Mistake (part 3)

Di sebuah area perumahan yang dipenuhi orang dan kamera serta peralatan syuting lainnya, tampak seorang yeoja yang terduduk di sebuah kursi santai dengan lembaran tebal naskah yang harus dihapalnya. Raut muka yeoja itu tampak serius menghapal satu demi satu dialog yang harus diucapkannya untuk take berikutnya. Saking seriusnya, ia sampai tidak menyadari kedatangan seorang namja tampan yang menjadi lawan mainnya dalam daily drama kali ini.

“Yoona-ssi? Kau serius sekali menghapalnya. Tidak makan dulu?” tanya namja itu kepada yeoja yang baru berusia 17 tahun bernama Im Yoona. Yeoja itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum mendapati lawan main yang sudah dianggapnya kakak itu telah berada di sampingnya.

“Ah, Jaejung oppa, mengagetkanku saja.” Balas Yoona sambil tersenyum kecil. Yeoja itu menggeser posisi duduknya untuk memberikan namja yang bernama Park Jaejung itu sedikit tempat. Jaejung balas tersenyum dan mendudukkan diri di samping Yoona.

“Pertanyaanku tadi belum kau jawab. Kau tidak makan dulu?” tanya Jaejung lagi.

“Ah, aku sudah makan Oppa, tenang saja. Oppa salah bertanya seperti itu. Seharusnya oppa bertanya sudah berapa kali aku makan, hahaha.” Jawab Yoona setengah bercanda. Jaejung ikut tertawa mendengar gurauan itu.

“Hahaha, bisa saja kau ini! Ya, sepertinya aku memang salah. Aku lupa kalau kau ini shiksin. Tapi aku heran, kenapa badanmu tetap saja kecil? Jangan-jangan ada naga di perutmu ya?” gurau Jaejung yang langsung mendapat pukulan pelan di bahunya.

“Ya! Bukan naga, oppa. Tapi monster. Puas?” balas Yoona sambil memajukan bibirnya yang justru membuatnya terlihat seperti anak kecil.

“Hahaha, kau ini lucu sekali seperti anak kecil. Pantas saja kau mendapat nickname Im choding.” Ujar Jaejung sambil mengacak pelan puncak kepala Yoona. Sementara itu, Yoona hanya diam dan tersenyum canggung. Dia memang sudah menganggap Jaejung sebagai kakak laki-lakinya, namun perlakuan namja itu sekarang tetap saja membuat debaran jantungnya melonjak tidak karuan.

“Oppa, berhenti mengacak rambutku! Nanti stylish lagi-lagi memarahiku gara-gara tatanan rambut hasil karyanya berantakan seperti ini.” Ujar Yoona sambil menyingkirkan tangan kekar namja itu dari kepalanya. “Lihat, sutradara sudah memanggil kita untuk take berikutnya. Ayo oppa!” lanjut Yoona sambil berdiri dan berjalan mendahului Jaejung ke arah sutradara yang sedang mengatur sudut kamera dan berbagai properti lainnya di jalanan kecil yang menjadi setting tempat kali ini.

“Baiklah, ayo!” tanggap Jaejung sambil mengikuti arah langkah Yoona. Begitulah, keduanya kembali tenggelam dalam kesibukan mereka di dunia peran. Kesibukan mereka baru selesai saat jam menunjukkan pukul 04.00 KST. Setelah itu semua kru dan pemain mulai berkemas untuk meninggalkan lokasi syuting dan beristirahat sebelum keesokan harinya mereka harus memulai kembali rutinitas kesibukan yang sama.

Yoona dan sang manajer, Song Kibum, tengah berada dalam perjalanan pulang ke dorm SNSD ketika ponsel yeoja itu menyenandungkan lagu Complete, menandakan ada panggilan masuk ke nomornya. Sepagi ini siapa yang menelepon ya? tanya Yoona dalam hati. Pertanyaannya segera terjawab saat matanya membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Kyuhyun Oppa is calling.

“Yeoboseyo? Ne oppa, ini aku. Ada apa?”

“…”

“Ne, aku baru saja selesai syuting dramaku. Kenapa oppa?”

“…”

“Ah, itu. Mianhae oppa, sepertinya aku tidak bisa. Aku capek sekali. Lagipula besok aku masih ada agenda. Jeongmal mianhae oppa.”

“…”

“Hmm, begini saja oppa, bagaimana kalau rencana itu kita lakukan minggu depan saja? Sepertinya agendaku tidak terlalu padat.”

“…”

“Ah, nde, arraseo.”

“…”

“Ne, oppa, gomawoyo. Kau tidak perlu khawatir. Aku kan yeoja yang kuat, haha.”

“…”

“Ne, annyeonghi jumuseyo oppa.”

Klik. Sambungan telepon dimatikan. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Yoona mengatur posisi kursinya dan menyandarkan punggungnya. Kedua mata yeoja itu perlahan tertutup dan beberapa saat kemudian tarikan napasnya mulai naik-turun secara teratur. Manajernya melirik sebentar dan tersenyum lega begitu melihat artisnya tertidur lelap.

Tiga puluh menit kemudian mobil yang dikendarai Yoona dan manajernya telah sampai di sebuah bangunan mirip apartemen berwarna biru. Mobil itu dibawa ke arah basement dan diparkir di salah satu tempat yang berdekatan dengan lift menuju ke lantai di atasnya. Song Kibum mematikan mesin mobil dan melihat ke kursi belakang tempat Yoona tertidur. Ah, yeoja itu belum bangun juga. Bagaimana ini? Dia tertidur pulas sekali. Aku tidak tega membangunkannya, gumam manajer itu. Ia tampak bingung harus melakukan apa ketika sesosok namja tampak menghampirinya dari arah lift yang baru saja terbuka.

“Kibum hyung, sedang apa?” Song Kibum terlonjak kaget dan memutar badannya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memastikan identitas namja itu. Tubuhnya yang menegang perlahan melemas saat mengenali siapa namja yang berada di hadapannya kini.

“Ah, Kyuhyun-aa. Kau membuatku kaget saja.” Desah sang manajer lega. Setelah itu sekelebat pertanyaan melintas di pikiran sang manajer saat menyadari adanya keganjilan dalam situasi ini.

“Tapi… apa yang sedang kau lakukan di sini Kyu-aa? Kau mau berkeliaran ya?” tanya Song Kibum sambil menyipitkan mata curiga. Kyuhyun melotot tidak percaya mendengar pertanyaan itu.

“Mworago? Aish, tentu saja tidak. Hyung aneh-aneh saja. Meski aku terkenal sebagai evil maknae, tetapi bukan watakku untuk berkeliaran seperti sangkaan hyung. Lebih baik aku bermain game sampai malam daripada berkeliaran.” Jawab Kyuhyun setengah mencibir. Song Kibum menggaruk belakang kepalanya dan mengangguk pelan, membenarkan pernyataan Kyuhyun.

“Ah, benar juga. Lalu apa yang kau lakukan di sini? Bukankah lima jam lagi kau harus bersiap dengan kelompokmu untuk tampil di suatu acara?” tanya Song Kibum lagi. Kyuhyun tampak salah tingkah saat mendengar pertanyaan manajer SNSD yang juga manajer kelompoknya itu.

“Ah, itu, aku… aku hanya ingin membantu hyung.” Jawab Kyuhyun gugup. Song Kibum mengangkat sebelah alisnya keheranan.

“Membantuku? Memangnya apa yang bisa kau bantu?” tanya Song Kibum masih belum bisa menangkap maksud Kyuhyun.

“Itu… aku mau membantu hyung… membawa Yoona ke dormnya.” Jawab Kyuhyun akhirnya. Wajahnya terlihat sedikit merona saat mengucapkan hal itu.

“Ah, itu. Hahaha, baiklah. Aku merasa tertolong. Tapi, apa kau kuat membawa Yoona sampai ke lantai dormnya?” tanya Song Kibum yang tampak meragukan kekuatan fisik Kyuhyun.

“Tentu saja! Hyung jangan meremehkan aku ya. Sudahlah, lebih baik sekarang kubawa Yoona ke atas. Kasihan dia tertidur dengan posisi seperti itu. Pasti terasa tidak nyaman. Lebih baik hyung membantuku membawakan barang-barang Yoona ke atas.” Ujar Kyuhyun akhirnya. Song Kibum hanya mengangkat bahu dan memberi jalan untuk namja itu masuk ke dalam mobil.

Kyuhyun memandang lekat wajah Yoona yang tampak damai dalam tidurnya. Neomu yeoppo, pujinya dalam hati. Dengan hati-hati, ia menyelipkan kedua tangannya ke bawah tubuh Yoona dan mengangkat gadis itu dari kursinya dalam posisi seorang bridal yang digendong pasangannya. Ia mendekap erat tubuh Yoona dalam gendongannya dan mendekatkan tubuh yeoja itu ke dadanya.

“Ayo hyung, kasian Yoona. Dia pasti kedinginan.” Ajak Kyuhyun pada manajer mereka. Song Kibum mengangguk dan mengikuti langkah Kyuhyun ke dalam lift. Mereka memasuki lift dan menekan tombol angka dimana dorm SNSD berada. Tidak sampai lima menit pintu lift terbuka dan menampakkan lorong panjang yang diterangi beberapa lampu. Kyuhyun melangkah keluar dengan Yoona yang masih tertidur pulas di dekapannya dan disusul Song Kibum dengan beberapa barang bawaan yeoja itu. Keduanya melangkah perlahan dan berhenti tepat di depan sebuah pintu yang mereka kenali sebagai pintu dorm SNSD. Song Kibum melangkah ke depan dan menekan bel interkom. Perlu waktu beberapa menit sebelum akhirnya mereka dapat mendengar sebuah suara dari dalam ruangan itu.

“Yeoboseyo? Kaukah itu Kibum oppa?” tanya seorang yeoja yang Kyuhyun kenali sebagai Seohyun, maknae SNSD. Seohyun memang member yang selalu cepat terbangun jika ada suara yang dirasa mengganggu.

“Ne, Seohyun-aa. Tolong bukakan pintunya.” Jawab Song Kibum. Tidak terdengar lagi suara balasan dari interkom dan sebagai gantinya pintu ruangan itu terbuka. Seohyun terlihat masih mengantuk dengan baju piyama bergambar tokoh kartun kodok kesayangannya, Keroro. Yeoja itu berusaha terlihat terjaga saat melihat kedatangan manajernya.

“Ah, Kibum oppa, mana Yoona eonnie? Aku tidak… hah? Kyuhyun oppa? Yoona eonnie? Apa yang…?” Seohyun tampak kebingungan merangkai kalimat pertanyaan dari mulutnya. Yeoja itu hanya bisa menatap Kyuhyun dan Yoona bergantian tanpa tahu harus berkata apa.

“Ah, itu, tadi Kyuhyun-aa menawarkan bantuan untuk membawa Yoona ke sini. Aku tidak tega membangunkannya, tapi aku juga tidak kuat untuk menggendongnya sampai ke dorm kalian. Untunglah Kyuhyun-aa datang.” Jelas Song Kibum panjang lebar. Seohyun tampak mengangguk-angguk mengerti. Sejenak kemudian yeoja itu tersadar dan segera merapatkan tubuhnya ke dinding, memberi jalan pada Kyuhyun untuk membawa Yoona masuk.

“Maaf Seohyun-aa kalau aku mengagetkanmu. Ngomong-ngomong kamar Yoona dimana?” tanya Kyuhyun setelah mereka bertiga masuk ke dalam dorm. Song Kibum meletakkan barang-barang Yoona di atas kursi yang terletak di ruang santai SNSD.

“Kamar Yoona eonnie ada di sebelah sini, oppa. Tapi tunggu sebentar, sepertinya Yuri eonnie masih tidur. Aku akan membangunkannya dulu supaya tidak ada jeritan yang membangunkan seluruh member. Tidak apa-apa kan oppa?” tanya Seohyun meminta persetujuan Kyuhyun. Namja itu mengangguk dan tersenyum maklum. Dia pun tidak mau menjadi penyebab teriakan di dorm yang berisi sembilan yeoja cantik itu.

Setelah berkutat dengan penolakan Yuri dan terjadi adegan kecil tarik-menarik selimut, akhirnya Yuri terbangun dan melangkah keluar kamar. Bahasa tubuhnya yang jelas-jelas menunjukkan kalau yeoja itu masih setengah tertidur langsung terjaga sepenuhnya saat melihat Kyuhyun berdiri di depannya. Terlebih saat kedua matanya turun ke bawah dan melihat Yoona yang berada dalam gendongan namja itu.

“Ya! Apa yang terjadi dengan Yoona? Kenapa kau menggendongnya? Apa dia sakit?” cecar Yuri dengan nada suara yang sedikit keras. Seohyun terpaksa mencengkeram pergelangan tangan yeoja itu untuk mengingatkannya yang justru melotot ke arahnya.

“Eonnie, jangan berteriak seperti itu. Nanti yang lain bangun.” Bisik Seohyun takut-takut.

“Tapi Seohyunie…” Kalimat protesnya segera dipotong oleh perkataan Kyuhyun.

“Yoona hanya tidur, Yuri-aa. Dan aku menggendongnya karena Kibum hyung tidak tega membangunkannya. Tentu kau tidak mengharapkan Kibum hyung menggendong Yoona sampai ke atas sini kan?” jelas Kyuhyun tidak sabar. Tangannya mulai gemetar kelelahan meski ia tidak menyesali keberadaan tubuh Yoona dalam pelukannya.

“Tapi, tapi…” Yuri masih saja berusaha membantah dan terlihat kebingungan.

“Sudahlah Yuri-aa, biarkan aku masuk dan membaringkan Yoona.” pinta Kyuhyun lemah. Yuri yang masih saja terdiam kebingungan tidak cepat merespon permintaan Kyuhyun sehingga Seohyun terpaksa menarik tubuh eonnienya itu untuk menyingkir dan memberi jalan pada Kyuhyun.

“Terima kasih Seohyun-aa.” Ujar Kyuhyun yang dibalas anggukan diam oleh yeoja itu. Kyuhyun masuk ke dalam dan dengan hati-hati meletakkan Yoona ke atas tempat tidur. Selimut putih yang tampak berantakan akibat tragedi tarik-menarik antara Yuri dan Seohyun sebelumnya ditarik namja itu sampai menutupi tubuh Yoona sebatas dada. Matanya menangkap senyuman kecil di wajah Yoona seolah yeoja itu tahu dan berterima kasih pada Kyuhyun. Kyuhyun balas tersenyum kecil. Setelah memastikan Yoona dapat tertidur dengan posisi lebih baik, namja itu melangkah keluar dan membungkuk singkat pada dua yeoja yang terus mengamatinya sedari tadi.

“Kalau begitu aku pulang dulu. Maaf telah membangunkan kalian. Annyeong Yuri-aa, Seohyun-aa.” Pamit Kyuhyun. Yuri balas membungkuk meski pikirannya masih saja dijejali banyak pertanyaan yang membuatnya bingung. Hanya Seohyun yang bereaksi wajar dan memaksa untuk mengatar Kyuhyun dan manajernya sampai ke depan pintu dorm.

“Tidak apa-apa oppa. Terima kasih telah mengantar Yoona eonnie. Mari, aku antar ke depan.” Ajak Seohyun yang mendapat anggukan dari kedua namja itu.

“Baiklah, kalau begitu aku juga pulang dulu. Annyeong Yuri-aa.” Pamit Song Kibum sambil membungkuk singkat dan mengikuti langkah dua maknae dalam kelompoknya masing-masing itu. Setelah berbasa-basi singkat dan berpamitan sekali lagi, Kyuhyun dan Song Kibum berjalan meninggalkan dorm SNSD. Terdengar suara pintu ditutup yang disertai dengan kemunculan Seohyun tak lama kemudian.

“Yuri eonnie, kalau kau masih mengantuk, tidurlah.” Ujar Seohyun lembut. Yuri hanya mengangguk dan akhirnya berhasil memproses dengan baik peristiwa yang baru saja terjadi di depan matanya. Sebelum ia kembali masuk ke dalam kamar, ia memanggil Seohyun.

“Seohyunie?” Seohyun yang baru saja hendak kembali ke kamarnya berbalik menghadap Yuri.

“Ne, eonnie?” Yuri tampak kesulitan mengutarakan apa yang ingin dikatakannya. Ia memandang Seohyun lama sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengucapkannya.

“Noreul gwaenchanayo?”

Gambar

When The Last Teardrop Falls (part 4)

I will stand tall

“Dimana Yoona? Bagaimana keadaannya sekarang?” cecar Dong Hae begitu melihat sosok Jong Hyun yang berjalan ke arahnya. Jong Hyun yang terlalu lelah dan marah pada kakaknya hanya diam dan menyeret Dong Hae ke depan ruang IGD tempat Yoona berada. Tanpa mengatakan apa-apa dan mengacuhkan tatapan bertanya dari sepasang mata kakaknya, namja itu langsung mengajak Dong Hae memasuki ruang IGD dan membawanya tepat ke depan ranjang tempat Yoona berbaring.

Dong Hae menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Yeoja yang beberapa jam lalu ditemuinya dalam kondisi baik-baik saja sekarang tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan berbagai selang melintang di sekujur tubuh kurusnya. Saat itu Dong Hae tidak membayangkan betapa hancurnya perasaan Yoona ketika ia mengakui kebenaran perasaannya pada Eun Soo. Saat itu Dong Hae hanya memikirkan kebahagiaan seseorang atas pengakuannya, namun yang dimaksud namja itu bukanlah kebahagiaan Yoona. Bukannya Dong Hae tidak memikirkan perasaan Yoona, namun dia memang dihadapkan dengan situasi yang memaksanya harus memilih.

“Ah, Dong Hae hyung. Maaf telah membuatmu harus datang selarut ini. Andai Yoona tidak memanggil namamu, tentu aku tidak akan memaksa Jong Hyun untuk memintamu datang.” Ujar Seulong yang tidak mengetahui apapun tentang hubungan Dong Hae dan adiknya sekarang. Yoona memang pribadi yang ceria, namun dia jarang menceritakan masalahnya pada siapapun bahkan kepada kakak kandungnya. Yeoja itu pintar menyembunyikan isi hatinya dengan kekonyolan yang kerap kali dilakukannya di depan orang lain. Karena itulah Seulong masih beranggapan status Dong Hae dan adiknya tidak berubah sebagaimana yang ia tahu tiga tahun lalu.

“Yoona memanggil namaku? Jeongmalyo?” tanya Dong Hae memastikan keseriusan ucapan  Seulong. Sementara yang ditanya hanya mengangguk mengiyakan.

“Benar hyung, Yoona memanggil namamu.” Tegas Jong Hyun yang kali ini membuat Dong Hae sedikit tersentak. Seketika perasaan bersalah menderanya saat melihat kondisi Yoona dan raut wajah adiknya secara bergantian. ‘Apakah aku telah menyakiti keduanya? Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan?’ gumam Dong Hae. Perlahan didekatinya Yoona yang belum juga sadar. Seulong segera berdiri dan mempersilahkan Dong Hae untuk menggantikan tempatnya di samping Yoona. Dong Hae menurut. Begitu ia duduk, tangan Yoona yang sedari tadi digenggam Seulong segera digantikan oleh genggaman Dong Hae.

“Yoong, ireona. Oppa sudah datang. Mian kalau Oppa terlambat. Ireona Yoong-aa, jebal.” Bisik Dong Hae lembut, membujuk yeoja itu untuk segera sadar seperti yang dilakukan Seulong dan Jong Hyun sebelumnya. Bujukan yang sebelumnya gagal membuat Yoona sadar. Ternyata begitu mendengar suara Dong Hae, yeoja itu perlahan membuka kedua matanya.

“Dong Hae oppa?” tanya Yoona lirih. Seulong dan Jong Hyun yang menyaksikan itu menghela napas lega. Di waktu yang bersamaan, rasa sakit kembali menyerang Jong Hyun. Namja itu hanya mampu tersenyum getir mendapati kenyataan hanya kakaknya-lah yang diharapkan Yoona. Hanya suara kakaknya yang mampu merangsang kesadaran Yoona untuk kembali. Ya, hanya kakaknya.

“Syukurlah, akhirnya kau sadar.” Ucap Dong Hae sambil tersenyum lega. Sebisa mungkin dia menghindari bertatapan dengan adiknya ketika melihat Yoona sadar. Sementara itu Seulong yang tampak gembira segera menghambur ke arah Yoona dan memeluk adiknya. Yoona yang mendapat pelukan erat dari kakaknya berusaha melepaskan diri dengan napas tersengal.

“Op..pa, ap..po. A..ku ti..dak bi..sa ber..na..pas..” Begitu mendengar rintihan adiknya, Seulong tersadar dan menarik kembali tubuhnya. Wajahnya memerah menahan malu. Ia menyeringai kecil pada Yoona yang merengut, Dong Hae yang berusaha menahan tawanya, dan Jong Hyun yang menatapnya tidak percaya.

“Mianhae Yoong, oppa terlalu senang kamu sudah sadar.” Bela Seulong yang mengundang tawa dari ketiga orang tersebut. Setelah mendapat pemeriksaan dari dokter dan mengurus administrasi rumah sakit, Yoona segera dibawa pulang oleh Seulong menggunakan mobil Jong Hyun. Jong Hyun yang tahu diri mempersilahkan Seulong untuk berdua dengan Yoona sementara dia akan ikut dalam mobil Dong Hae. Awalnya Seulong dan Yoona menolak ide itu, namun setelah berdebat kecil dan membuat Yoona hampir jatuh pingsan lagi, ide itu diterima. Mobil Selong yang berada di penginapan keluarga Lee akan diantarkan oleh Jong Hyun esok pagi ke rumah keluarga Im. Dengan begitu Jong Hyun dapat mengambil mobilnya kembali. Dan malam yang panjang itu akhirnya berakhir.

And know that you’re here with me in my heart

“Oppa, ayolah, aku kuat kok. Aku masih bisa bernyanyi dan menari. Lihatlah! Jadi ijinkan aku ya? Jebal.” Bujuk Yoona pada kakaknya. Pagi ini ia mempunyai jadwal untuk perform bersama grupnya di suatu acara yang juga menghadirkan grup kakaknya. Yoona adalah seseorang yang bertanggung jawab, oleh karena itu ia menolak untuk bed rest meskipun kondisi tubuhnya masih lemah dan berniat untuk tetap tampil di acara tersebut. Seulong yang mengetahui watak adiknya itu hanya mampu memberikan tatapan apakah-kamu-yakin pada Yoona yang sedari tadi terus membujuknya.

“Oppaa, jebal. Eonnideul dan Seo sudah menungguku di dorm. Tadi pagi aku sudah memberitahu mereka kalau aku akan tetap tampil di acara itu. Kumohon oppa, ya?” bujuk Yoona entah untuk yang keberapa kalinya dengan menunjukkan tatapan merajuknya. Seulong menghela napas melihat jurus ampuh yang dikeluarkan adiknya ketika meminta sesuatu padanya. Akhirnya, dengan berat hati namja berpostur tinggi itu menganggukkan kepalanya. Begitu mendapat ijin dari kakaknya, yeoja yang baru saja selesai membintangi drama ketiganya sebagai lead role itu meloncat senang dan memeluk Seulong.

“Gomawo oppa! Neomu neomu gomawoyo!” Seulong tersenyum tipis dan membelai lembut kepala adiknya.

“Tapi ingat, jangan terlalu memaksakan diri. Oppa akan terus memantaumu. Oppa juga akan minta tolong pada semua kru dan pengisi acara untuk ikut menjagamu kalau-kalau oppa sedang tidak ada di sekitarmu. Arraseo?” ujar Seulong yang mendapat beliakan mata tidak percaya dari Yoona.

“Mwoya? Shireo! Oppa pikir aku masih kecil sampai harus dijaga oleh semua kru dan pengisi acara? Aish, aku sudah dewasa oppa. Aku bisa menjaga diriku. Kalau mau, biar eonnideul-Seo dan oppadeul Super Junior saja yang oppa mintai tolong. Bagaimana?” tawar Yoona. Seulong berpura-pura memikirkan penawaran itu. Ia tidak juga menjawab sampai adiknya memukul bahunya.

“Oppa! Jangan pura-pura seperti itu. Aku tahu oppa pasti setuju.” Ujar Yoona sambil mengerucutkan bibirnya, tanda kalau dia sedang kesal. Seulong yang melihat raut kesal adiknya itu hanya tertawa yang membuat Yoona semakin kesal. Namja itu segera menyadari hal tersebut dan menghentikan tawanya.

“Arra, arra. Oppa hanya akan minta tolong pada mereka untuk menjagamu. Jangan ngambek lagi ya. Senyuum.” Bujuk Seulong sambil menarik kedua sudut bibir adiknya dengan cubitan kecil, memaksa yeoja itu untuk tersenyum yang segera mendapat tepisan tangan dari Yoona.

“Appo! Ne, aku tidak ngambek lagi. Lihat, aku sudah tersenyum seperti yang oppa minta.” Ujar Yoona sambil memamerkan senyum kekanakannya. Seulong tersenyum lebar dan mengacak rambut yeoja itu, tentunya tanpa bermaksud merusak tatanan rambut adiknya. Yoona tidak merespon apa yang diperbuat kakaknya karena dia terlalu sibuk mengaduk-aduk tas selempangnya. Begitu dia mendapatkan apa yang dicarinya, dia menjerit pelan yang membuat Seulong kaget dan panik.

“Ya! Sudah jam 06.30! Oppa, kita akan terlambat kalau tidak berangkat sekarang! Apalagi oppa harus mengantarku dulu ke dorm. Kita berangkat sekarang oppa, kajja!” Tanpa menunggu jawaban apapun dari Seulong, adiknya itu segera menarik tangan Seulong dan mengajaknya keluar apartemen tempat keduanya tinggal. Setelah mengunci pintu apartemen, Yoona kembali menyeret Seulong ke dalam lift dan menekan tombol basement. Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, namja yang tengah bersiap untuk drama terbarunya itu menurut saja saat Yoona menyuruhnya masuk ke kursi pengemudi dan mengantarkannya ke dorm SNSD.

Sepanjang perjalanan ponsel keduanya terus bergetar, menandakan ada beberapa panggilan masuk yang berusaha diacuhkan oleh keduanya. Kedua orang tersebut tidak perlu membuka ponsel untuk mengetahui siapa yang menelepon mereka karena dapat dipastikan itu telepon dari manajer dan leader masing-masing. Setelah sepuluh menit berkutat dengan keramaian jalanan kota Seoul, keduanya sampai di dorm SNSD. Seulong yang belum sepenuhnya percaya pada kondisi Yoona memaksa untuk menemani yeoja itu sampai di depan pintu apartemen yang menjadi dorm SNSD. Begitu pintu apartemen itu terbuka, terjadi keributan kecil yang memaksa Seulong menarik Taeyeon –leader SNSD- untuk memintanya ikut menjaga Yoona selama acara pagi ini. Yeoja yang santer digosipkan telah lama menjalin hubungan dengan salah satu leader boyband ternama di naungan manajemen yang sama itu hanya menggangguk dan mempersilahkan Seulong untuk bersiap-siap dengan grupnya.

Seulong telah berada di lobby apartemen ketika ia bertemu dengan seseorang yang sangat dikenalnya. Ia berlari menghampiri orang tersebut. Orang yang dihampirinya menatap kaget bercampur bingung karena tidak menyangka akan bertemu di tempat itu.

“Seulong?”

“Ah, kebetulan sekali bisa bertemu hyung di sini. Aku baru saja mengantar Yoona ke dormnya. Oh iya, sekalian aku minta tolong pada hyung untuk ikut menjaganya ya? Dia ribut sekali ingin tetap tampil di acara hari ini meskipun aku sudah menyuruhnya untuk bed rest. Maaf hyung, aku harus segera ke dorm. Jo Kwon sudah berkali-kali menelepon dari tadi. Sekali lagi tolong jaga Yoona, hyung. Aku berangkat dulu hyung, annyeong!” Ujar Seulong pada orang tersebut yang diakhiri bungkukan badannya sebelum ia berlari menuju pintu keluar. Sementara itu, orang yang dipanggil “hyung” hanya terpana mendengar penjelasan Seulong yang tanpa jeda. Belum hilang kebingungannya, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungnya dari belakang.

“Teuki hyung, kenapa malah diam di sini? Katanya ingin menjemput Taeyeon?” tanya seseorang itu. Orang yang dipanggil “Teuki hyung” atau yang biasa dikenal sebagai Leeteuk memutar badannya dan mendapati salah satu dongsaengnya di grup tengah menatapnya keheranan.

“Ah, itu. Tadi aku bertemu Seulong dan mendadak aku diberondong olehnya tentang Yoona.” jawab Leeteuk sambil memasuki lift yang terbuka. Begitu lift tertutup, tangannya segera memencet tombol lantai dimana dorm SNSD berada.

“Yoona?” tanya namja yang berada di sampingnya.

“Iya, dia memintaku untuk menjaga Yoona karena gadis itu tetap ngotot ingin tampil di acara pagi ini.” Jawab Leeteuk tanpa memandang lawan bicaranya. Namja di sampingnya baru saja ingin menanggapi jawaban Leeteuk ketika pintu lift mendadak terbuka dan memperlihatkan sembilan yeoja cantik yang sudah bersiap dengan bawaan masing-masing. Kesembilan yeoja itu serentak menyuarakan pertanyaan yang sama pada kedua namja yang masih berdiam di dalam lift.

“Leeteuk oppa? Eunhyuk oppa?”