In Love with Noona (part 2)

            “Noona!” teriak seorang namja yang masih mengenakan kostum panggung lengkap dengan tatanan rambut dan polesan make up di wajahnya. Ia melambaikan tangan dengan semangat kepada seorang yeoja yang terlihat kebingungan. Yeoja itu memalingkan mukanya dan menatap lurus ke arah sumber teriakan. Begitu sepasang matanya mengenali siapa namja itu, ia melangkahkan kaki lebih cepat sambil berusaha menerobos kerumunan di depannya.

            “Taemin-aa! Ternyata di sini ruang ganti kalian. Aku dan Yuri eonnie beberapa kali salah mengetuk pintu.” terang seorang yeoja berambut panjang lurus kehitaman itu yang kali ini hanya mengenakan jaket hoodie kuning dengan paduan legging hitam dan sepatu kets putih.

            “Bagaimana dengan syuting drama terbarumu, noona? Apa semuanya lancar?” tanya namja bernama Taemin sambil menggiring yeoja itu masuk ke dalam ruang ganti yang diberi keterangan ‘SHinee’s room’. Keempat namja lainnya yang masih sibuk mematut diri mereka di depan cermin langsung menoleh dan terkejut begitu mendapati salah seorang seniornya di agensi mendadak ada bersama mereka.

            “Yoona noona! Sejak kapan noona ada di sini?” tanya salah seorang dari mereka yang berpostur paling tinggi.

            “Baru saja. Dan sebentar lagi Yuri eonnie juga akan datang.” jawab Yoona, menampilkan senyum manisnya. Sepasang mata namja yang tadi bertanya padanya membulat tidak percaya.

            “Mworago?! Yuri noona juga datang? Ah, bagaimana ini? Apa dandananku sempurna? Ani, apa aku terlihat tampan dengan kostum ini?” racau namja itu sambil meraba dan merapikan penampilannya. Tangannya bergerak gugup yang mengakibatkan tatanan rambutnya sedikit berubah dari seharusnya.

            “Ya! Choi Minho! Kau malah membuat rambutmu berantakan!” bentak salah seorang dari mereka yang notabene adalah leader SHinee, Onew. Minho langsung menurunkan tangannya dan menatap Onew sambil meringis kecil. Sementara itu Yoona malah tertawa kencang melihat keajaiban yang baru saja terjadi.

            “Hahaha, ada apa denganmu Minho-aa? Kenapa kau selalu gugup dan salah tingkah tiap kali aku menyebut nama Yuri eonnie? Jangan-jangan kau menyukainya ya?” tuduh Yoona. Kedua matanya menyipit curiga dengan telunjuk kanan teracung lurus ke arah Minho. Sontak keempat orang lainnya yang juga dikenal sebagai member SHinee memusatkan perhatian mereka pada Minho dan menunggu jawaban namja itu.

            “Ah, ani, aniyo. Bukan begitu, aku.. aku bukannya menyukai Yuri noona. Jangan salah paham, tapi aku..” Minho belum menyelesaikan kalimatnya ketika mendadak pintu ruangan mereka terbuka ke dalam.

            “Annyeong! Ah, mian aku terlambat. Aku membeli ini dulu untuk kalian.” ujar seorang yeoja sambil mengangkat sekantong penuh belanjaan. Kelima orang yang berada di ruangan itu langsung memalingkan muka dan menatap penuh harap ke arah kantong tersebut.

            “Makanaan!” teriak mereka bersamaan sambil menghambur ke arah yeoja yang membawanya. Yeoja itu langsung menyadari situasi yang tidak diinginkannya itu dan segera menahan mereka di tempatnya.

            “Ya! Berhenti atau ini akan aku berikan pada artis lainnya!” ancam yeoja itu dengan menjauhkan kantong belanjaan itu dari mereka. Rupanya ancaman itu ampuh untuk menghentikan lima orang beringas yang sangat sensitif jika bertemu dengan makanan. Sayangnya karena ia terlalu berkonsentrasi untuk menghindari serangan lima manusia setengah shiksin itu, ia tidak memperhatikan kalau sedari tadi ada seorang namja yang bertingkah canggung setelah kedatangannya. Namja itu malah tersenyum tidak jelas dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Namja itu belum juga menyadari kalau tindakannya itu akan berhadiah amukan dahsyat dari hair stylish mereka.

            “Ayolah Yuri-aa, kita sudah lapar. Ani, sangat lapar malah. Berikan makanannya, ne?” bujuk Onew yang mendapat dukungan dari Taemin sambil memasang wajah memelas mereka.

            “Benar noona, kita lapar sekali sampai-sampai kita hampir saja memakan Yoona noona kalau noona tidak segera datang membawa makanan.” bujuk salah satu namja paling stylish di grup tersebut, Key, yang langsung mendapat jitakan keras di kepalanya.

            “Mwo? Kau ingin memakanku? Aish, analogimu jelek sekali Key-aa. Berapa sih nilai bahasamu di sekolah?” omel Yoona pada Key yang hanya bisa menatapnya sambil meringis kesakitan.

            “Yah, nilainya masih standarlah kalau seingatku.” jawab namja yang berpostur paling pendek namun menempati posisi sebagai main vocalist di grupnya, Jonghyun. Key mendelik ke arah Jonghyun yang ditanggapi dengan pandangan benar-kan-apa-yang-kubilang oleh lawannya.

            “Sudah sudah, ini makanannya.” lerai Yuri sambil meletakkan kantong berisi beberapa bungkus makanan ringan itu di atas meja panjang yang terletak di dalam ruangan. Kontan kelima orang tersebut langsung menyerbu makanan-makanan itu.

            “Aku mau yang ini!” teriak Onew sambil menarik satu kantong makanan ringan berupa keripik kentang beraroma ayam bakar.

            “Dasar ayam.” ejek Jonghyun dalam bisikan yang rupanya masih terdengar oleh Onew. Onew mendelik padanya dan menjauh sambil mendekap erat makanan ringan favoritnya. Jonghyun dengan santai mengambil satu bungkus keripik rumput laut kering beraroma pedas, “Aku ambil yang ini noona”.

            “Aku mau yang ini.. Ya! Kenapa kau merebut makananku? Ya! Kembalikan Taemin-aa!” teriak Key frustasi sambil mengejar Taemin yang mengambil sebungkus keripik bulat rasa keju kesukaannya. Taemin yang tidak merasa bersalah langsung membuka bungkusan itu dan memakannya dengan nikmat.

            “Key-aa, sudahlah, biarkan Taemin makan itu. Ini, kau berbagi denganku saja.” tawar Yoona yang bermaksud untuk melerai perebutan makanan antara Taemin dan Key. Yoona melambaikan tangan kanannya, meminta Key untuk bergabung dengannya dan Yuri di atas sofa. Sementara Onew dan Jonghyun memilih untuk memakan makanan mereka di kursi rias masing-masing. Key yang mendapat tawaran itu langsung berbalik dan tersenyum senang begitu Yoona mau berbagi makanan dengannya.

            “Jeongmalyo? Ah, kau memang malaikat noona! Tidak seperti Taemin.” sindir Key pada Taemin yang memajukan bibir bawahnya. Bahunya melorot dengan pandangan cemburu yang terang-terangan diperlihatkannya kepada Key dan Yoona.

            “Aigo, ada apa denganmu Taemin-aa? Apa kau mau bergabung bersamaku dan Key di sini?” ajak Yoona yang menyadari perubahan raut wajah Taemin. Mendadak raut itu menampilkan seluas senyum bahagia khas anak-anak begitu mendengar ajakan noona yang dikaguminya.

            “Andwe! Kenapa kau mengajaknya juga noona? Dia kan sudah mendapat makanan yang diinginkannya.” protes Key.

            “Key-aa, berhenti bersikap seperti anak kecil. Memang apa salahnya kalau Taemin ikut bergabung? Toh kalian malah bisa saling bertukar makanan kan?” jelas Yoona berusaha bijak dalam menanggapi protes dongsaengnya itu. Kali ini giliran Key yang memajukan bibir bawahnya. Dengan enggan akhirnya Key mengalah dan menggeser tempat duduknya.

            “Gomawoyoo noona!” ujar Taemin dengan gaya aegyonya. Yuri yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah kehebohan tadi mereda, yeoja itu akhirnya menyadari kalau ada satu orang yang belum mengambil makanannya. Matanya beredar mengelilingi ruangan dan berhenti di tempat seorang namja berdiri kebingungan sambil melihat ke arahnya.

            “Minho-aa, kenapa kau diam saja di situ? Sini, ambil makananmu dan makanlah sebelum kalian tampil.” ajak Yuri pada Minho. Namja yang diajaknya membulatkan mata dan membuka mulut yang sukses membuat Yuri tertawa melihatnya.

            “Hahaha, kau kenapa? Habis melihat hantu?” tanya Yuri ketika Minho tidak juga memberikan reaksi berarti atas ajakannya. Minho tergeragap dan menggeleng cepat.

            “A.. Aniyo, noona. Aniyo.” jawab Minho. Selanjutnya guna menghindari pertanyaan lebih jauh dari Yuri, namja itu memutuskan untuk menerima ajakan yeoja yang diam-diam disukainya itu. Dengan canggung ia meraih sebungkus makanan ringan dan berusaha membukanya. Namun tangannya yang berkeringat akibat sensasi aneh yang muncul karena kehadiran seorang yeoja itu membuatnya kesulitan untuk merobek bagian atas pembungkusnya. Yuri yang menyadari kesulitan Minho segera beranjak dan menjajari tinggi namja itu yang berbeda hampir 10 cm lebih dari tinggi tubuhnya sendiri.

            “Sini aku bantu untuk membukanya.” tawar Yuri. Tanpa menunggu persetujuan  dari Minho, yeoja itu langsung mengambil bungkusan makanan yang berada di genggaman tangan Minho. Tanpa mengalami kesulitan berarti ia mampu merobek pembungkus atasnya dan menyerahkan kembali makanan itu kepada Minho.

            “Ini, makanlah. Waktu kalian tampil tinggal setengah jam lagi.” ucap Yuri mengingatkan. Minho hanya mengangguk patuh dan mulai memasukkan makanan satu persatu ke dalam mulutnya. Ia masih terbuai oleh kelembutan dan senyum manis Yuri sampai sebuah tangan mencengkeram bahunya dan menjatuhkannya ke atas kursi rias dengan sedikit kasar.

            “Ya! Choi Minho! Apa tadi yang sudah aku katakan padamu? Jangan terlalu banyak menggerak-gerakkan tanganmu. Lihatlah rambutmu sekarang, aish, menyusahkan hair stylish saja.” omel Onew pada salah satu dongsaengnya itu. Rupanya ia telah selesai memakan camilan sebelum tampilnya dan kembali bersiap untuk pertunjukan malam ini. Minho tersentak kaget. Naasnya namja itu tersedak makanan yang masih memenuhi mulutnya.

            “Uhuk uhuk! Uhuk uhuk” Onew dengan sigap mengambil botol minuman yang berada di meja rias Minho dan mengangsurkannya pada namja itu. Minho meraih botol yang berisi setengah dari takarannya dan menenggak isinya dengan cepat.

            “Pelan-pelan saja minumnya, pabo.” tegur Jonghyun dari belakang. Minho terpaksa menahan diri untuk tidak memukul atau setidaknya membalas Onew dan Jonghyun yang telah mempermalukannya di depan Yuri. Setelah menghabiskan air yang berada di dalam botol, Minho lagi-lagi terpaksa menahan diri saat hair stylish grup mereka datang dan ikut memarahi perbuatannya. Yuri yang tidak tega melihat salah satu namdongsaengnya diperlakukan seperti itu memutuskan untuk menyemangati Minho.

            “Minho-aa, hwaiting! Aku yakin penampilanmu malam ini akan charming seperti biasanya.” ujar Yuri yang berhasil memunculkan rona merah di pipi namja itu.

            “Mengaku sajalah kalau kau memang menyukainya, Minho-aa.” bisik Onew penuh kemenangan saat melihat perubahan rona itu di pipi Minho, namja yang ia tahu sangat dingin kepada yeoja-yeoja yang dikenalnya. Minho menoleh dan menatap panik pada Onew seakan meminta hyungnya untuk merahasiakan hal tersebut dari member lainnya.

            “Ah, arraseo.” bisik Onew yang langsung mengerti isyarat Minho. Segera setelah ia menggoda Minho, namja yang bernama asli Lee Jinki itu berbalik menghadap ke tiga member lainnya yang telah siap.

            “Kalian sudah siap untuk malam ini?” tanyanya pada Jonghyun, Key, dan Taemin. Ketiganya mengangguk mantap dan menjawab, “Ne, hyung! Kami siap!”.

            “Baiklah, sambil menunggu Minho, lebih baik kita saling berpegangan tangan dan berdoa untuk kesuksesan pertunjukan malam ini. Yoona-aa, Yuri-aa, ayo bergabung dan berdoalah untuk kita semua.” ajak Minho. Yoona dan Yuri mengangguk setuju dan bergegas membentuk lingkaran bersama empat member SHinee. Jemari kedua yeoja itu langsung bertautan dengan jemari keempat namja yang baru beberapa bulan ini memulai debutnya.

            Minho mengerang pelan saat melihat jemari Yuri berkaitan dengan Onew dan Jonghyun, bukan dengannya. Sementara salah seorang di antara mereka merasakan denyut jantungnya meningkat. Bukan karena pertunjukan malam ini, tetapi karena jemarinya kini menaut jemari seseorang yang dengan lancangnya mencuri hati serta pikirannya. Seseorang yang dengan sukses menjadi cinta pertamanya.

-o0o0o-

            “Noo..” langkah Taemin terhenti begitu melihat seorang namja datang dan menghampiri seseorang yang hendak dipanggilnya. Kedua matanya menyipit, berusaha untuk mengenali siapa namja tersebut. Begitu ia tahu siapa gerangan namja itu, mulutnya mendesiskan satu nama dengan intonasi bertanya yang ia tujukan untuk dirinya, “Kibum hyung?”.

            Sementara itu, kedua orang yang tengah diamati oleh Taemin tampak terlibat dalam perbincangan seru. Dari kedekatan jarak serta ekspresi mereka saja orang lain dapat menduga kalau keduanya sudah kenal dekat.

            “Annyeong Kibum oppa! Tumben kau masih di sini?” sapa seorang yeoja dengan jaket tebal yang dikenakannya. Rambut panjangnya diikat satu dengan aksen sedikit acak. Namja yang disapa tersenyum dan berjalan mendekati yeoja itu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam celana hitam longgarnya.

            “Annyeong Yoona-aa. Ah, itu, tadi ada barangku yang tertinggal. Jadi aku harus kembali ke sini untuk mengambilnya.” jelas Kibum. Yoona mengangguk pelan mendengarnya. Mendadak pikirannya kembali dijejali oleh satu pertanyaan yang terus menghantuinya ketika ia mengingat atau bertemu dengan namja yang kini ada di hadapannya.

            Rupanya Kibum memperhatikan Yoona yang mendadak diam dan seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ah, mungkin malam ini aku bisa keluar bersamanya sebentar. Sudah lama aku tidak menikmati waktu berduaan dengan Yoona, batin namja itu. Setelah merasa yakin dengan niatnya, namja itu memanggil Yoona yang masih diam saja.

            “Yoona-aa, Yoona-aa, apa kau baik-baik saja?” tanya Kibum sambil melambaikan tangannya di depan muka yeoja itu. Yoona tergeragap dan kembali menjejak dunia nyata begitu mendengar seseorang memanggilnya.

            “Ah, ne, aku baik-baik saja oppa. Apa kau mau pulang sekarang?” tanya Yoona. Namja itu menggeleng yang mengundang kerut kebingungan di kening Yoona.

            “Ani, aku belum mau pulang. Mendadak aku ingin mengajakmu berjalan-jalan. Apa kau mau?” tanya namja itu. Sontak Yoona membulatkan matanya tidak percaya mendengar ajakan tiba-tiba dari namja yang menjadi partner beraktingnya semasa mereka menjadi trainee.

            Sama halnya dengan Yoona, Taemin pun merasakan keterkejutan yang sama dengan yeoja itu. Kibum hyung mau mengajak Yoona noona berjalan-jalan? Apa mereka biasa melakukan itu? tanya namja yang baru berusia 16 tahun itu dalam hati. Namja itu makin kaget saat melihat Yoona menganggukkan kepalanya.

            “Ne, baiklah oppa. Kebetulan aku masih ada waktu satu jam sebelum harus ke tempat syuting. Memang oppa mau mengajakku kemana?” tanya Yoona penasaran. Kibum mengangkat bahunya dengan kepala sedikit ditelengkan ke kiri, “Molla. Tempat biasa mungkin?”.

            Mendengar itu Yoona mendaratkan cubitannya ke lengan Kibum yang membuat namja itu mengaduh kesakitan.

            “Aw! Ya, kenapa kau mencubitku?” tanya Kibum sambil menggosok-gosok lengannya yang menjadi korban cubitan Yoona. Meski tidak keras, namun cubitan yeoja itu dikenal mampu merubah kulit menjadi merah, bahkan membiru untuk beberapa kasus yang memancing respon lebih dahsyat.

            “Aniyo. Aku hanya ingin mencubit oppa, haha. Sudahlah, lebih baik kita pergi sekarang. Kajja!” ajak Yoona sambil menarik tangan Kibum untuk keluar dari bangunan berlantai empat itu. Kibum mengalah dan mengikuti langkah yeoja itu keluar dari pintu dorong. Keduanya segera lenyap dari pandangan Taemin menembus warna-warni lampu daerah Apku Jung di malam hari.

            “Mereka mau kemana semalam ini? Aish, aku bahkan tidak sempat memberikan ini untuk Yoona noona. Mengesalkan!” ucap Taemin dengan kekesalan yang tidak berusaha untuk disembunyikannya. Akhirnya setelah 15 menit menguping serta mengamati Yoona dan Kibum, namja itu memutuskan untuk kembali ke ruang latihan grupnya.

-o0o0o-

            “Oppa, kapan kau akan kembali?” tanya seorang yeoja yang menghadapkan wajahnya pada aliran tenang sungai Han di bawahnya. Namja yang berada di sebelahnya menoleh dan menaikkan salah satu alisnya, “Maksudmu?”.

            “Aku yakin oppa tahu maksudku.” desah yeoja itu. Kepalanya yang tadi lurus menatap ke depan kini tertunduk. Namja itu turut mendesah begitu menyadari arah pertanyaan yeoja yang sudah lama dikenalnya itu.

            “Yoona-aa, aku tidak tahu kapan akan kembali. Tapi kau tidak perlu khawatir, sebagian diriku tetap beridentitaskan member Super Junior. Aku pun berharap dapat kembali dan berkumpul bersama mereka lagi, tapi bukan sekarang.” jelas namja itu setenang mungkin. Emosinya mulai tercampur tidak karuan saat orang-orang yang dekat dengannya menanyakan hal yang sama.

            “Kibum oppa, kami merindukanmu. ELF merindukanmu.” ucap Yoona yang berjuang keras menahan air matanya agar tidak jatuh. Dan aku juga merindukanmu, sambung yeoja itu dalam hati.

            “Suatu saat nanti aku pasti kembali. Aku menjanjikan itu padamu, Yoona-aa. Aku pasti akan kembali.” ujar Kibum pelan. Meski dia tidak tahu kapan tepatnya, tetapi dia yakin kalau dia akan kembali. Terlebih ada seorang yang sangat berharga baginya kini tengah menunggunya pulang.

            Yoona tidak mampu untuk berkata apapun setelah mendengar janji yang Kibum ikrarkan di hadapannya. Ia berusaha untuk mempercayai janji itu dan bertahan untuk tetap berharap akan sebuah keajaiban yang membawa Kibum kembali pada grupnya.

            Kibum seolah merasakan apa yang dirasakan yeoja itu. Tanpa dapat dicegah namja itu menarik tubuh Yoona ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap lembut rambut Yoona dan untuk beberapa detik mengeratkan pelukannya pada yeoja itu.

            Dalam pelukan Kibum, Yoona tidak mampu menahan air matanya lebih lama lagi. Ia terisak perlahan dan membenamkan diri di pelukan Kibum yang selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan untuknya. Setelah membiarkan dirinya terhanyut, Yoona akhirnya melepaskan diri dari pelukan Kibum dan menatap namja itu.

            “Antar aku ke tempat syuting ya oppa? Aku pasti terlambat kalau harus menunggu manajer oppa menjemput dan mengantarkan ke sana. Ne?” pinta Yoona dengan wajah memelasnya. Kibum tertawa dan refleks mengacak puncak kepala yeoja itu. Namja itu mengerti kalau Yoona tidak ingin membahas lebih lanjut tentang pertanyaannya tadi.

            “Arraseo. Aku akan mengantar tuan putri kemanapun dia ingin pergi.” balas Kibum setengah bercanda. Yoona ikut tertawa mendengarnya. Tak lama keduanya berjalan ke tempat mobil Kibum diparkir dan masuk ke dalamnya dengan campuran rasa yang berusaha untuk mereka tutupi satu sama lain.

            Mereka tidak pernah tahu kalau sedari tadi ada dua orang yang mengawasi keduanya sejak mereka datang. Kedua orang itu tersembunyi di dalam mobil van hitam yang dikemudikan oleh supir kepercayaan mereka.

            “Tuh kan, apa yang kubilang hyung. Sepertinya Kibum hyung dan Yoona noona ada hubungan khusus.”bisik seorang namja yang berusia dua tahun lebih muda itu kepada namja di sampingnya.

            “Aish, kita kan belum tau pasti Taemin-aa. Lagipula baru sekali ini kita melihat mereka pergi berdua.” sanggah namja itu sambil beringsut menjauh dari namja yang dipanggilnya Taemin. Selama 30 menit keduanya mengawasi Kibum dan Yoona dari dalam van dengan menggunakan teropong mini yang mereka pinjam dari dua orang trainee perempuan di agensinya.

            “Tapi tadi hyung melihat mereka berpelukan kan? Apa itu bukan bukti kalau mereka ada apa-apa?” ucap Taemin yang masih bertahan dengan kecurigaannya.

            “Berpelukan bukan berarti mereka sepasang kekasih, Taemin-aa. Apa kau tidak pernah melihat Yoona noona berpelukan dengan seorang namja?” balas namja itu yang membangkitkan keingintahuan Taemin lebih jauh.

            “Apa? Yoona noona pernah berpelukan dengan namja selain Kibum hyung?!” teriak Taemin histeris yang membuatnya mendapat jitakan keras dari lawan bicaranya.

            “Ya! Bisakah kau tidak berteriak? Telingaku masih berfungsi normal tahu?” sungut namja itu sambil mengusap-usap telinganya. Taemin memperlihatkan cengiran tanpa dosanya.

            “Hehehe, mianhae Key hyung. Aku hanya kaget saat kau bilang pernah melihat Yoona noona berpelukan dengan namja lain. Tapi apa itu benar?” tanya Taemin lagi. Kini keduanya sudah meluncur di jalanan lapang menuju dorm mereka untuk menghindari kemarahan Onew jika tahu kedua dongsaengnya malah keluar malam-malam padahal besok siang mereka harus kembali tampil dalam rangka debut grup mereka.

            “Tentu saja! Hei, memangnya kau hidup di dunia mana sih? Tidak pernah kenal dengan yang namanya internet ya?” tanya Key setengah mencibir. Taemin memberengut begitu mendengarnya.

            “Aish, tentu saja aku tahu hyung! Cuma aku tidak punya banyak waktu untuk online seperti hyung.” balas Taemin. Key menutup kedua telinganya dan berlagak seolah tidak mendengar apa yang Taemin katakan.

            “Hei, hyung, memang apa yang pernah kau temukan tentang Yoona noona? Kau bilang pernah melihatnya berpelukan dengan namja lain? Dimana kau melihatnya hyung?” cecar Taemin.

            “Y-O-U-T-U-B-E. Aku melihatnya di youtube, arraseo?” jawab Key singkat yang tentu saja tidak memuaskan Taemin.

            “Apa itu? Bagaimana cara menggunakannya?” tanya Taemin gigih.

            “Aish, youtube saja kau tidak tahu? Benar-benar.. Ya sudahlah, nanti di dorm aku akan mengajarimu apa-apa yang perlu kau tahu. Sekarang lebih baik kau biarkan aku istirahat, ne? Seharian ini latihan dan mendadak harus menemanimu memata-matai sunbae kita sendiri, haah, capeknya.” ucap Key. Namja itu menguap lebar dan menggeliat tidak nyaman sebelum akhirnya jatuh tertidur hanya dalam hitungan detik.

            “Gomawo hyung!” pekik Taemin tertahan. Matanya berbinar dan tidak menunjukkan kelelahan sama sekali setelah dijanjikan Key untuk mempelajari hal yang baru baginya. Namun binar itu tidak bertahan lama karena lima menit kemudian kedua matanya tertutup rapat dan namja itupun tertidur lelap di kursi sebelah Key.

 

Mistake (part 4)

Waktu masih menunjukkan pukul 05.00 KST ketika sebuah ponsel bergetar pelan dan mengusik mimpi indah seorang yeoja berparas cantik. Yeoja itu menggeliat sebentar dan sebelah tangannya menggapai-gapai ke segala arah, berusaha mencari sumber getaran itu. Begitu tangannya berhasil meraih benda yang dimaksud, ditariknya benda itu dan dihadapkannya tepat di depan wajahnya. Kedua matanya memicing untuk menghalangi sinar lampu yang menerobos tanpa ampun ke dalam retinanya. Setelah berhasil menyesuaikan dengan rangsang cahaya di sekitarnya, kedua mata yeoja itu terbuka dengan kelopak yang sedikit menggantung menahan kantuk. Dengan gerakan lamban, ia memiringkan kepala dan menyipitkan mata untuk melihat apa yang tertera di layar ponselnya. 1 new message. Kening yeoja itu langsung berkerut begitu mendapati satu pesan terpampang di layar ponsel itu. Siapa sih yang berani sms pagi-pagi buta begini? rutuk yeoja itu dalam hati. Ia segera menekan perintah view dan terpampanglah sederet kalimat dari orang yang memiliki janji dengannya hari ini.

From : GameKyu Oppa

Hei nenek rusa, bangun! Ingat janjimu hari ini untuk menemaniku berjalan-jalan. Cepat bersiaplah karena 30 menit lagi aku akan sampai di dorm-mu. Arra?

“Aish, hampir saja aku lupa kalau hari ini ada janji dengan Kyuhyun oppa.” Desah yeoja itu. Dengan berat hati ia menyingkap selimut yang menyelubungi tubuhnya dan beranjak bangun dari tempat tidur. Tanpa berkata apapun, ia mengambil selembar handuk bersih dari dalam lemari dan sebuah sikat gigi dari tempat penyimpanannya lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian terdengarlah guyuran shower dari dalamnya. Sepuluh menit kemudian yeoja itu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah yang segar setelah terbasuh air shower. Badannya menguarkan harum sabun mandi beraroma apel yang menyegarkan. Rambutnya yang panjang terlihat basah dengan wangi bergamodt yang tercium samar-samar. Setelah menyampirkan handuk di tempat jemuran dan meletakkan kembali sikat giginya, yeoja itu berjalan ke arah lemari kayu yang berada di sudut ruangan lalu membuka salah satu pintunya. Ia sibuk memilah-milah baju yang akan dipakainya sampai ia menemukan setelan dress putih kasual dengan lengan pendek berenda dan pita yang menjuntai manis di bagian pinggang. Ia menarik dress itu dan segera berganti pakaian. Begitu selesai berpakaian, ia melangkah ke meja rias dan mengambil hair dryer. Ujung kabel alat itu dimasukkan ke dalam stop kontak yang berada di samping meja rias. Begitu tersambung dengan aliran listrik, alat itu dinyalakan dan diarahkan ke rambutnya yang masih basah. Perlu waktu 10 menit untuk membuat rambutnya kering sempurna. Setelah itu, ia mengambil sisir dan menata rambutnya dengan membuat belahan samping dan menjepitnya dengan jepitan sederhana. Belahan lainnya dibiarkan menjuntai begitu saja. Sebagai sentuhan terakhirnya, ia memoleskan make up tipis ke wajahnya dan menyemprotkan parfum ke leher, belakang telinga, serta pergelangan tangannya.

“Selesai. Sekarang aku tinggal menunggu Kyuhyun oppa sambil membuat sarapan.” Ujar yeoja itu sambil mematut dirinya di depan cermin meja rias sekali lagi. Setelah puas dengan hasilnya, ia melangkah keluar dan menuju ke dapur dimana telah ada seorang yeoja lainnya di sana tengah menyeduh susu putih.

“Annyeong Hyunnie-aa.” Sapa yeoja itu pada yeoja lainnya yang tengah menyeduh susu. Yeoja yang disapa mendongak dan terlihat kaget saat melihat siapa yang menyapanya barusan.

“Ah, annyeong… Yoona eonnie? Tumben sekali sepagi ini sudah rapi? Apa hari ini eonnie ada jadwal?” tanya Seohyun sambil menatap bingung ke arah Yoona. Susu putih yang diseduhnya sudah jadi dan tinggal diminum.

“Ani, hari ini aku tidak ada jadwal tapi ada janji dengan Kyuhyun oppa. Kemarin dia memintaku untuk menemaninya berjalan-jalan entah kemana.” Jawab Yoona sambil membuka lemari dapur dan mengambil mangkuk serta gelas dari dalamnya. Tanpa memperhatikan kerutan di kening Seohyun yang semakin dalam, ia menuangkan sekotak sereal ke dalam mangkuk dan mencampurnya dengan susu kotak dingin yang berada di kulkas.

“Berjalan-jalan? Dengan Kyuhyun oppa? Apa itu tidak bahaya eonnie? Maksudku, kalian kan sama-sama public figure yang diincar media. Apa tidak apa-apa berjalan-jalan seperti itu?” tanya Seohyun lagi. Yoona memandang dongsaengnya dan tersenyum menenangkan.

“Tenanglah, aku dan Kyuhyun oppa tidak sebodoh itu. Tentu saja kami sudah menyiapkan kostum penyamaran masing-masing agar tidak mudah dikenali. Oh iya, ngomong-ngomong mala mini kita ada jadwal perform ya?” tanya Yoona sambil membawa semangkuk sereal dan segelas air putih ke ruang makan dan meletakkan kedua benda itu di atas meja makan.

“Ne, malam ini kita ada jadwal perform untuk mempromosikan single terbaru kita. Eonnie tidak berniat untuk pulang malam kan?” selidik Seohyun. Sekarang yeoja itu telah duduk berhadapan dengan Yoona yang asyik melahap sarapannya.

“Tentu saja tidak! Aku tahu kewajibanku, Hyunnie.” Jawab Yoona sambil menyuapkan sesendok sereal ke dalam mulutnya. Seohyun hanya mengangguk mengerti dan meminum susunya. Kedua yeoja itu terlarut dalam kegiatan masing-masing dan tidak lagi terlibat dalam percakapan. Beberapa saat kemudian, baik Yoona maupun Seohyun sudah menyelesaikan santapan paginya masing-masing. Yoona berdiri dan baru saja mau membawa mangkuk dan gelas kotornya ke dapur ketika Seohyun mencegahnya.

“Biar aku saja eonnie. Eonnie bersiap-siaplah dulu.” tawar Seohyun sambil mengambil alih mangkuk dan gelas kosong dari tangan Yoona.

“Baiklah, gomawo Hyunnie-aa.” Balas Yoona sambil tersenyum berterima kasih. Seohyun hanya mengangguk kecil dan membawa peralatan makan yang kotor itu ke bawah keran air di dapur. Yoona telah berada di kamarnya ketika didengarnya kucuran air keran dari dapur. Yeoja itu baru saja keluar dari kamar ketika didengarnya Seohyun bertanya lagi.

“Apa eonnie berjanji dengan Kyuhyun oppa di suatu tempat untuk bertemu?” Yoona menelengkan kepalanya menndengar pertanyaan itu dan menggeleng cepat.

“Ani, dia yang akan menjemputku. Waeyo?” balas Yoona. Seohyun tampak salah tingkkah dan memainkan jemarinya di depan dada.

“Aniyo, eonnie. Aku hanya ingin tahu. Oh iya, apa manajer Kibum oppa sudah tahu hal ini? Kalau eonnie akan pergi dengan Kyuhyun oppa?” tanya Seohyun lagi.

“Ne, aku sudah meminta izin padanya kemarin. Aku juga sudah memberitahu Taeng eonnie dan Fany eonnie tentang janjiku ini. Jadi kau tenanglah, arraseo?” jawab Yoona tersenyum kecil. Seohyun mengangguk singkat. Sebelum ia sempat mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya, bel pintu dorm berbunyi.

“Ah, itu pastilah Kyuhyun oppa! Kalau begitu aku berangkat dulu ya. Tolong sampaikan pada yang lain kalau aku akan pulang setelah makan siang. Oh iya, dan tolong kau kunci pintunya dari dalam Hyunnie-aa. Annyeong!” pamit Yoona. Yeoja itu segera mengambil mantel coklatnya yang berada di tiang gantungan dan sepasang sepatu hak tingginya dari barisan rak di dinding lorong menuju pintu keluar. Seohyun mengikuti langkah Yoona dan hanya mampu melihat nanar pada satu sosok yang berada di balik tubuh Yoona. Cho Kyuhyun.

Kyuhyun menyadari ada orang lain di belakang Yoona dan menjulurkan kepala melewati bahu Yoona untuk melihatnya. Senyumnya terkembang begitu melihat Seohyun.

“Ah, Seohyun-aa, annyeong! Maaf kalau aku membangunkanmu.” Sapa Kyuhyun ramah. Sementara itu Seohyun hanya tersenyum kecil dan menjawab, “Annyeong Kyuhyun oppa! Aniyo, kau tidak membangunkanku. Kebetulan aku bangun lebih dulu karena ingin melanjutkan membaca buku yang baru saja kubeli kemarin”.

“Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, aku dan Yoona pergi dulu ya. Annyeong.” Pamit Kyuhyun sambil menggamit tangan Yoona dan menariknya keluar dari dorm.

“Annyeong Hyunnie-aa.” Pamit Yoona sambil menatap Seohyun tanpa melepaskan pegangan tangan Kyuhyun dari tangannya.

“Annyeong Kyuhyun oppa, Yoona eonnie. Semoga perjalanan kalian menyenangkan.” Balas Seohyun. Matanya yang semula melihat kedua wajah yang dikenalnya itu langsung turun ke pemandangan yang membuat sebelah hatinya nyeri. Tautan tangan Kyuhyun dan Yoona yang seakan tak akan pernah bisa terpisahkan.

Begitu kedua orang itu pergi, Seohyun melangkah ke pintu dan meraih pegangannya lalu menutupnya dengan pelan. Tanpa bersuara, ia segera memasukkan serangkaian kombinasi angka yang merupakan kode kunci pintu dorm mereka. Setelah itu, yeoja yang berusia setahun lebih muda dari Yoona itu menghembuskan napas berat dan melangkah kembali ke dalam kamarnya.

-o0o0o-

Di dalam sebuah mobil sedan berwarna biru gelap, terdapat seorang namja dan yeoja yang terlibat dalam pembicaraan hangat. Namja yang duduk di kursi pengemudi itu berpakaian kasual dengan mantel hitam tebal tersampir di bantalan kursi. Sebuah kacamata hitam bertengger manis di hidungnya yang mancung. Kulit putihnya yang tampak terawat terkena berkas pantulan sinar matahari yang baru saja merangkak naik menerangi penjuru kota Seoul. Sementara itu, seorang yeoja yang duduk di sebelahnya tampak bersandar nyaman sambil sesekali memainkan tangannya seolah tengah memimpin sekelompok orkestra di atas panggung. Yeoja itu juga mengenakan kacamata hitam untuk melindungi matanya dari pantulan cahaya yang menyorot langsung ke matanya.

“Oppa, sebenarnya kita mau kemana?” tanya yeoja itu masih dengan tangannya yang bermain-main di udara mengikuti alunan musik yang terdengar dari perangkat audio di dalam mobil itu.

“Rahasia. Kau akan tahu nanti saat kita sampai di sana.” Balas namja itu sambil tersenyum misterius. Wajahnya sempat berpaling sebentar menatap yeoja yang ada di sampingnya. Kedua alisnya terangkat penuh makna yang membuat yeoja itu semakin penasaran.

“Aish, pakai main rahasia-rahasiaan segala! Oppa tidak asyik!” ujar yeoja itu sambil mengerucutkan bibir mungilnya. Kedua tangannya yang tadi bermain kini bersedekap terlipat di depan dada.

“Begitu saja marah. Sudahlah Yoong, kau tenang saja. Aku tidak akan membawamu ke tempat yang aneh-aneh. Percayalah padaku.” ujar namja itu sambil mengusap pelan bahu yeoja itu.

“Bagaimana aku bisa percaya? Selama ini kan oppa selalu saja menjahiliku.” Ucap yeoja itu sambil memiringkan kepalanya dengan pandangan mata yang sedikit disipitkan.

“Hahaha, itu tidak akan terjadi kali ini Yoong. Percayalah padaku, ne?” pinta namja itu. Pandangannya terfokus pada jalanan di depannya yang mulai ramai dipadati oleh kendaraan lainnya.

“Aku akan percaya kalau oppa memberitahuku kemana kita akan pergi.” Balas yeoja itu tidak mau kalah. Namja di sebelahnya menghembuskan napas pelan dan berbalik menghadap yeoja itu. Untunglah saat itu mobil tengah berhenti karena terhalang lampu merah yang menyala.

“Yoong, aku mohon.” Pinta namja itu sekali lagi. Yeoja di sebelahnya hanya mengangkat bahu acuh.

“Aniyo, Kyuhyun oppa. Katakan dulu kita mau kemana baru aku mau percaya padamu.” Balas yeoja itu tetap pada pendiriannya. Namja yang dipanggil Kyuhyun itu mendesah dan memajukan badannya ke arah yeoja itu yang tak lain adalah Yoona. Melihat tubuh Kyuhyun yang condong ke arahnya membuat Yoona sedikit memundurkan punggungnya dan menatap dengan mata membeliak lebar.

“Kyuhyun oppa! Apa… apa yang ingin kau lakukan?” tanya Yoona dalam bisikan. Kyuhyun tidak menjawab pertanyaan itu dan malah semakin memajukan tubuhnya sampai akhirnya kedua bibir mereka bertemu dalam kecupan singkat.

“Diamlah Yoong, atau aku terpaksa menutup mulutmu dengan ciumanku lagi.” ujar Kyuhyun sambil mengerling nakal. Posisi tubuhnya kini sudah kembali ke tempat semula. Salah satu tangannya tampak menggeser persneling mobil dan memindahkan gigi lalu menginjak rem untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka. Sementara itu Yoona masih terlihat shock dengan perlakuan Kyuhyun tadi dan hanya bisa menatap Kyuhyun dalam sepersekian detik sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

“Kau… Ya! Apa yang baru saja kau lakukan huh? Seenaknya saja menciumku! Memangnya aku mainan yang bisa seenaknya kau cium begitu saja? Cih.” Cibir Yoona sambil memalingkan wajah keluar jendela. Sebenarnya ia melakukan hal itu bukan karena marah, namun karena ia harus menyembunyikan wajahnya yang merona merah setelah ciuman itu. Ia hanya tidak ingin Kyuhyun melihatnya memerah seperti kepiting rebus.

“Sudahlah Yoong, aku tahu kau tidak marah padaku. Aku bahkan yakin kalau kau menyukai ciumanku. Benar kan?” tanya Kyuhyun dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Tanpa sadar senyumnya terkulum saat ia mengingat kembali perasaan ketika ia mencium yeoja itu. Meski singkat, namun ia menikmatinya. Ingatannya itu segera buyar saat sebuah pukulan ringan mendarat di bahunya.

“Ya! Enak saja! Siapa bilang kalau aku menyukainya? Kau sembarangan saja oppa.” Bantah Yoona. Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya tanpa memandang yeoja itu, “Benarkah? Lalu kenapa tadi tidak ada perlawanan sedikitpun darimu saat aku menciummu?”. Yoona tampak terkejut mendapat pertanyaan seperti itu.

“Itu… itu karena kau tiba-tiba saja menciumku! Bagaimana mungkin aku melawan? Hahaha, ada-ada saja kau oppa.” Jawab Yoona sambil memaksakan tawa untuk menutupi kecanggungannya. Kyuhyun hanya tersenyum tipis mendengarnya dan tetap berkonsentrasi pada jalanan di depannya. Tidak berapa lama kemudian, namja itu membelokkan kemudinya ke suatu area parker yang cukup luas dengan sebuah bangunan menjulang tinggi di tengahnya. Yoona mendongak untuk melihat bangunan apakah itu. Begitu menyadari kemana Kyuhyun membawanya, Yoona menatap namja itu dengan penuh pertanyaan.

“Katedral Myeongdong? Untuk apa kau membawaku ke sini oppa? Bukankah hari ini bukan hari Minggu?” cecar Yoona. Kyuhyun hanya berpaling sebentar dan mulai memarkir mobilnya di salah satu garis batas yang terdapat di sana. Setelah yakin mobilnya terparkir dengan benar, Kyuhyun membuka sabuk pengamannya dan membuka kunci mobil secara otomatis. Ia melangkah turun dan melihat melalui sudut matanya kalau yeoja itu juga mengikuti gerakannya.

“Oppa, kau belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa kau membawaku ke sini?” tanya Yoona lagi sambil berjalan memutari bagian depan mobil dan berdiri bersisian dengan Kyuhyun. Kini keduanya telah mengenakan mantel masing-masing dengan topi yang menutupi kepala mereka sampai sebatas mata. Kacamata hitam tetap bertengger di hidung mereka untuk menyempurnakan penyamaran kali ini.

“Ayo kita masuk!” ajak Kyuhyun tanpa menjawab pertanyaan Yoona. Sebagai gantinya dia menggenggam tangan Yoona dan menariknya untuk memasuki katedral yang cukup terkenal itu. Mau tidak mau Yoona mengikuti langkah kaki Kyuhyun dan berjalan memasuki ruangan dalam katedral yang luas. Barisan bangku kayu coklat tempat para jemaat biasa duduk dan mendengarkan khotbah pemuka agama berjajar rapi di kanan-kiri jalan utama menuju altar. Pagi itu tidak banyak jemaat yang datang karena memang tidak ada jadwal ibadah. Kyuhyun mengajak Yoona terus berjalan melewati barisan bangku-bangku tersebut dan berhenti tepat di depan altar dan patung Bunda Maria. Yoona menolehkan wajahnya ke arah Kyuhyun dan melihat namja itu menutup matanya.

“Berdoalah bersamaku, Yoong. Berdoalah untuk hubungan kita.” Perintah Kyuhyun dalam bisikan lembut yang membuat Yoona memajukan badannya untuk memastikan pendengarannya.

“Nde? Apa katamu oppa? Berdoa untuk hubungan kita? Maksudmu?” tanya Yoona. Kyuhyun membuka matanya dan menatap lembut ke arah Yoona.

“Ikuti saja apa yang kuperintahkan Yoong, jebal.” Pinta Kyuhyun. Yoona bermaksud menolak permintaan itu, namun batinnya menolak dan mengikuti Kyuhyun yang telah berlutut di bawah patung Bunda Maria dengan kedua tangan ditangkupkan di depan dada. Seulas senyum kecil tersungging di wajah yeoja itu ketika ia melihat keteduhan dan kedamaian di wajah Kyuhyun dengan kedua mata yang terpejam. Yoona turut memejamkan mata dan membisikkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Tuhan, aku mohon lindungilah kami, umatMu, dimanapun kami berada. Berkahilah kami dengan karuniaMu dan limpahilah kami dengan cinta kasihMu. Bukakan jalan rezekiMu dan tuntunlah kami untuk tetap berada di jalanMu. Tuhan, aku meminta padamu akan satu hal, tolong berikan aku kesempatan untuk terus melindungi Yoona, untuk tetap berada di dekatnya, untuk tetap bersamanya. Aku mencintainya Tuhan, aku mencintainya dengan segenap jiwaku. Jika Kau izinkan, sandingkan aku dengannya dalam ikatan suci pernikahan di depan altar suciMu. Amin. Kyuhyun mengakhiri doanya dan membuat tanda salib di dadanya. Kemudian dia membuka mata dan mendapati Yoona tengah menatapnya sambil tersenyum manis.

“Waeyo?” tanya Kyuhyun saat melihat Yoona tersenyum seperti itu padanya. Yeoja itu hanya menggeleng. Kyuhyun hanya mengangkat bahu dan tidak berminat untuk bertanya lebih lanjut. Namja itu kemudian berdiri dan membersihkan sedikit debu yang menempel di celananya. Setelah selesai, ia kembali menggamit tangan Yoona dan menggenggamnya. Kemudian kedua orang itu melangkah keluar.

“Sepertinya doamu panjang sekali oppa.” Tebak Yoona sambil berjalan bersisian dengan Kyuhyun yang dibiarkannya menggenggam tangannya. Kyuhyun menoleh dan tersenyum penuh rahasia.

“Benarkah? Yah, mungkin saja doaku memang lebih panjang darimu.” Jawab Kyuhyun santai. Mendadak langkahnya terhenti dan membuat Yoona tersentak.

“Ada apa oppa? Apa ada yang tertinggal?” tanya Yoona bingung. Kyuhyun menggeleng dan menatap Yoona penuh selidik.

“Apakah aku boleh tahu apa isi doamu tadi?” tanya Kyuhyun dengan mimik penasaran. Yoona menarik dagunya dan menatap tidak mengerti. Beberapa detik kemudian dia kembali melemaskan kepalanya dan tersenyum penuh arti.

“Aniyo. Aku tidak akan memberitahu oppa. Itu rahasia!” jawab Yoona sambil mengedipkan sebelah matanya. Kyuhyun tampak kecewa dengan jawaban Yoona, namun hal itu tidak terlalu dipikirkannya.

“Arraseo. Kalau begitu, ayo kita ke perhentian selanjutnya. Kajja!” ajak Kyuhyun semangat sambil menarik Yoona keluar dari katedral. Sinar matahari yang baru sepenggalah naik langsung menyinari keduanya saat mereka telah berada di luar. Dengan langkah ringan, keduanya berjalan menghampiri sebuah mobil yang terparkir agak jauh dari pintu masuk katedral. Kyuhyun membuka kunci otomatis mobilnya dan membukakan pintu penumpang untuk Yoona. Yeoja itu menggumamkan terima kasih sebelum Kyuhyun menutup pelan pintu itu. Kemudian ia berjalan memutari bagian depan mobil dan membuka pintu pengemudi lalu masuk ke dalam dan memasang sabuk pengaman. Namja itu memasukkan kunci mobil ke lubang di bawah kemudi dan memutarnya. Tak lama kemudian terdengarlah deruman halus dari mesin mobil itu dan perlahan mobil itu meninggalkan area parker katedral kembali menembus jalanan Seoul.

Yoona menoleh ke arah Kyuhyun dan tersenyum kecil. Oppa ingin tahu apa doaku? Aku berdoa agar kita selalu sehat dan sukses, terutama untukmu. Aku memohon padaNya untuk menyembuhkanmu atau setidaknya mengurangi sakit paru-parumu. Aku berharap kau sehat selamanya oppa, gumam yeoja itu dalam hati dan kembali mengalihkan pandangannya ke jalanan di depannya.

Heartbreak (part 3)

Udara malam yang cukup dingin tidak membuat pengunjung yang kebanyakan berpasangan angkat kaki dari landaian berumput di tepian Sungai Han. Pemandangan pelangi di malam hari memancar dari tepi jembatan Sungai Han dan menukik masuk ke dalam kegelapan aliran tenang sungai yang terkenal itu. Biasan berbagai warna indah itu menjerat sepasang mata yeoja cantik yang tengah mendekap tubuh kurusnya dengan kedua tangannya, berharap menemukan sedikit kehangatan.

“Oppa kan sudah memintamu untuk istirahat di rumah Yoong, bukan malah berkeliaran seperti ini.” Tegur seorang namja di sampingnya dalam suara bariton yang menenangkan. Yeoja itu menoleh sesaat dan tersenyum lemah.

“Aku bosan oppa. Lagipula aku sudah merasa baikan. Kalau oppa tidak percaya, ini, rasakan saja.” ucapnya sambil menarik tangan kanan namja yang setia menemaninya itu ke dadanya tanpa ragu-ragu. Yeoja itu dapat merasakan sentakan kecil dari tangan yang ditariknya, namun ia tidak peduli. Ia hanya ingin namja itu tahu kalau ucapannya benar.

“Ne, ne, sudah. Aku bisa merasakannya. Syukurlah kalau jantungmu baik-baik saja, Nona Im Yoon Ah.”  Ucap namja itu dalam nada setengah menggoda yeoja yang dua tahun ini dekat dengannya. Dan benar saja, yeoja bernama Im Yoon Ah atau biasa dipanggil Yoona itu mendelik tajam ke arahnya sambil menggembungkan kedua pipi tirusnya.

“Tuan muda Choi Siwon calon dokter tampan yang digilai banyak yeoja di kampus..” sergah Yoona sehalus mungkin yang jelas dibuat-buat, “stop memanggilku nona! Ya! Bukankah aku sudah pernah bilang kalau aku tidak suka dipanggil nona? Aish” lanjut yeoja itu, namun kali ini tanpa kehalusan suara seperti tadi.  Choi Siwon atau Siwon tergelak mendengarnya.

“Hahaha, iya iya, aku tahu. Gomawo untuk pujiannya. Apa itu tulus dari hatimu? Kalau aku adalah calon dokter tampan? Huh?” canda Siwon lagi yang langsung mendapat pelototan tajam dari Yoona.

“Oppa!” Siwon kembali tertawa mendengar protes kecil yeoja itu dan tanpa sadar meraih Yoona ke dalam pelukannya. Tubuh Yoona mendadak kaku saat Siwon melingkarkan lengan kiri di bahunya. Namun, kekakuan itu hanya berlangsung sesaat dan segera berganti dengan rasa nyaman yang menelusup masuk ke dalam hatinya.

Menyadari kalau Yoona malah meringkuk nyaman di dadanya membuat Siwon semakin mengeratkan pelukannya dengan melingkarkan lengan kanannya menutupi tubuh ringkih yeoja yang sangat disayanginya itu.

“Oppa..” panggil Yoona pelan. Siwon menunduk dan tersenyum menatap seraut wajah yang menatapnya dalam ekspresi yang tidak dikenalinya tanpa melepaskan pelukannya dari tubuh Yoona.

“Ada apa Yoong? Apa kau masih merasa kedinginan?” tanya Siwon.

“Aniyo. Aku.. Aku hanya.. Ingin selalu bersamamu, oppa.” Jawab yeoja itu lugas. Siwon terdiam mendengarnya dan belum bisa menebak arah pembicaraan Yoona. Oleh karena itu ia memutuskan untuk diam saja dan menunggu Yoona melanjutkan perkataannya.

“Jangan tinggalkan aku, oppa. Jangan pernah tinggalkan aku.” pinta Yoona dalam bisikan sebelum ia jatuh dalam ketidaksadaran dan memaksa Siwon untuk melarikan yeoja itu ke rumah sakit terdekat.

-o0o0o-

Siang itu Yoona berjalan sendiri menyusuri koridor kampusnya yang tampak sepi. Terang saja, hampir semua mahasiswa berada di dalam ruangan kelas dan sibuk menahan kantuk juga lapar demi secuil ilmu dari dosen pengajar. Bukannya Yoona membolos, tetapi pagi tadi ia mendapat serangan dan terpaksa mampir ke rumah sakit tempatnya menjalani banyak pemeriksaan demi memperoleh kembali napas dan detak kehidupannya. Ia benci mengakui hal ini, namun ia pun menyadari kalau kondisinya semakin memburuk setiap harinya. Berbagai obat dan terapi yang diberikan kepadanya seolah tidak bekerja. Ia tahu jantungnya tidak membaik sebagaimana harapan dokter dan orangtuanya. Jantungnya hanya bertahan semampu yang obat-obatan dan terapi itu berikan padanya.

Seperti kebiasaannya, saat ia merasa bosan dan hendak menyerah atas hidupnya, ruang musik adalah satu-satunya tempat yang menjadi tujuannya. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah grand piano tua yang masih terawat baik beserta beberapa jenis alat musik lainnya. Piano merupakan satu-satunya alat musik yang dikuasai Yoona dengan baik dan menjadi media pengekspresian dirinya. Bermain piano, itulah tujuannya siang ini. Ia ingin meluapkan segala perasaannya lewat tuts-tuts hitam putih grand piano yang pertama kali diketahuinya di hari ketiga ia berkuliah di tempat ini.

Yoona sedikit mempercepat langkahnya saat pintu ruang musik sudah terlihat olehnya. Sebuah senyum dan binar kerinduan jelas terlihat di paras yeoja itu. Dengan kerinduan yang memuncak itulah ia meraih gagang pintu ruang musik dan mendorong pintu itu ke dalam, menampakkan satu pemandangan ganjil yang mengejutkannya.

“Siwon oppa?!” panggil Yoona dalam keterkejutan luar biasa. Ditatapnya lekat-lekat satu sosok yang kini juga menatapnya dalam pandang kebingungan.

“Maaf, siapa yang agassi maksud dengan Siwon?” tanya namja itu sopan. Tubuhnya yang semula larut dalam permainan piano memperdengarkan nada gubahan Chopin yang dikenali Yoona kini berdiri canggung.

“Kau.. Kau.. Siwon oppa. Aku tahu kau akan kembali. Aku tahu kau tidak akan meninggalkanku sendiri. Aku tahu.” Racau Yoona dengan tubuh bergetar akibat luapan kegembiraan yang dirasakannya. Telapak tangan kanannya menutup mulutnya yang masih ternganga tidak percaya melihat satu sosok yang ia pikir telah pergi selamanya.

“Oppa!” Tanpa memperhatikan kebingungan yang sangat tergambar di wajah namja itu, Yoona berlari dan menubrukkan dirinya ke dalam pelukan nyaman yang dirindukannya. Ia melingkarkan kedua tangannya di sekeliling pinggang namja yang disangkanya sebagai Siwon dan memeluknya erat.

“A, ah, agassi, maaf, aku bukan Siwon. Aku..” penjelasan yang coba namja itu berikan pada Yoona langsung dipotong oleh isak tangis yeoja itu.

“Oppa, kumohon.. hiks, jangan lagi.. hiks, tinggalkan aku.. sendiri. Kumohon.” Pinta Yoona dalam isakannya yang teredam di pelukan namja itu. Penyangkalan yang sedari tadi terus dilakukan oleh namja itu terhenti begitu ia mendengar permintaan Yoona. Hatinya terenyuh melihat seorang yeoja yang tidak dikenal mendadak salah mengenalinya sebagai Siwon dan menangis memintanya jangan pergi.. lagi?

“Ba.. Baiklah, aku tidak akan meninggalkanmu. Tapi tolong ijinkan aku menjelaskan beberapa hal padamu, agassi.” Ucap namja itu memohon pengertian Yoona untuk mendengarkannya. Perlahan Yoona melepas pelukannya dan menatap namja itu sambil menyusut air matanya.

“Ah, ne, mianhae oppa. Aku hanya terlalu senang bisa bertemu denganmu lagi. Apa yang ingin oppa jelaskan padaku?” tanya Yoona menengadahkan wajahnya ingin tahu. Namja itu tersenyum kikuk dipandangi Yoona seperti itu. Untunglah ia berhasil menguasai dirinya kembali dan mengatakan apa yang ingin dijelaskannya guna meluruskan kesalahpahaman di antara mereka.

“Pertama, ya baiklah, untuk sekarang dan melihat kondisimu, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri. Tetapi maaf, aku akan berada di sampingmu bukan sebagai Siwon. Siapapun yang kamu maksud sebagai Siwon, itu bukanlah aku. Dan kedua, namaku Ahn Chil Hyun atau kamu bisa memanggilku Kangta jika mau. Aku pengajar baru di klub musik universitas ini menggantikan Dana sunbae.” Jelas Ahn Chil Hyun atau Kangta panjang lebar. Yoona terbelalak kaget mendengarnya dan berkali-kali mendesiskan “tidak mungkin” sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak kenyataan kalau namja di hadapannya kini bukanlah Choi Siwon.

“Kumohon percayalah. Aku bukan Siwon. Namaku Kangta.” Tegas Kangta sekali lagi. Yoona melangkah mundur menjauhi Kangta, berusaha memastikan kalau penjelasan namja itu benar adanya. Setelah beberapa langkah, Yoona dapat melihat perbedaan nyata namja yang mengenalkan dirinya sebagai Kangta dengan Siwon. Perbedaan-perbedaan itu semakin mewujud dan membuat Yoona jatuh terduduk lemas dengan tatapan kosong.

Kangta yang melihat yeoja itu mendadak jatuh bergegas menghampirinya. Dapat dilihatnya wajah yeoja itu memucat dan tubuhnya bergetar hebat.

“Agassi, apa kamu baik-baik saja? Agassi?” tanya Kangta cemas. Yoona tidak juga menjawab pertanyaan Kangta dan membuat namja itu semakin khawatir pada kondisinya.

“Agassi, agassi! Apa perlu kupanggilkan seseorang?” tanya Kangta lagi. Kali ini ia mengguncang-guncangkan bahu Yoona untuk memancing respon yeoja itu. Setelah guncangan entah yang keberapa kalinya, akhirnya Yoona memberikan respon.

“Tolong tinggalkan aku sendiri.” Pinta Yoona lemah sambil menutup kedua matanya. Kangta tampak kebingungan. Ia merasa kondisi yeoja itu tidak benar dan butuh seseorang untuk terus bersamanya, namun permintaan yeoja itu juga tidak bisa dibantah. Setelah melalui pergumulan batin yang hebat, Kangta memutuskan untuk memenuhi permintaan yeoja itu dan meninggalkannya sendirian. Namun sebelum ia pergi, ia meletakkan secara paksa kartu namanya di telapak kanan yeoja itu.

“Aku akan pergi. Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku dan aku akan datang untukmu. Aku janji.” Ujar Kangta. Setelah beberapa detik dan tidak mendapat respon dari Yoona, namja itu perlahan melangkah pergi sambil kedua matanya terus mengawasi yeoja itu. Ketika ia telah berada di ambang pintu, yeoja itu belum juga bergerak dari posisinya. Sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan kondisi yeoja yang belum juga ia ketahui namanya itu, namun siang ini ia perlu bertemu dengan pimpinan universitas untuk penjelasan hak dan tanggung jawabnya sebagai pelatih klub musik yang baru. Akhirnya dengan enggan ia berjalan pergi menjauhi ruang musik dan menuju ke gedung utama universitas.

-o0o0o-

Seorang yeoja berjalan tergesa menyusuri lorong kampus. Tangan kanannya sedari tadi tak lepas menempelkan alat komunikasi mungil miliknya ke telinga, berusaha menghubungi seseorang yang saat ini tidak diketahui keberadaannya. Kekhawatiran jelas terlihat di wajahnya. Berkali-kali ia  memekik kesal saat panggilannya tidak juga dijawab.

“Yuri-aa!” Merasa namanya dipanggil oleh seseorang, yeoja itu menolehkan kepalanya ke belakang dan menemukan sesosok namja tampak berlari dengan napas tersengal ke arahnya.

“Minho oppa?” panggil Yuri kebingungan. Beberapa detik kemudian Minho telah sampai di hadapan Yuri. Keringat mengalir di pelipis dan keningnya serta napasnya yang memburu sukses membuat Yuri mencemaskan kondisi sunbaenya ini.

“Oppa, ada apa?” tanya Yuri. Kesibukannya menghubungi seseorang nun jauh di sana mendadak terlupakan begitu melihat kedatangan Minho yang tidak seperti biasanya.

“Apa kau melihat Yoona?” Hati Yuri mencelos begitu mendengar pertanyaan itu. Ah, iya, dia hanya peduli pada Yoona desah yeoja itu dalam kesakitan.

“Aku juga sedang mencarinya oppa. Dari tadi kutelepon tapi tidak diangkat.” Jawab Yuri. Pikirannya kembali melayang pada sahabatnya itu yang saat ini entah berada dimana.

“Aku juga sudah mencarinya kemana-mana, tapi belum ketemu. Apa mungkin dia ada di …” ucapan Minho terputus begitu sekelebat kemungkinan menuntunnya pada satu tempat yang biasa dikunjungi Yoona.

“Ruang musik!” ujar Minho dan Yuri berbarengan. Mereka telah sama-sama tahu kebiasaan Yoona untuk selalu datang ke ruang musik dan memainkan grand piano yang ada di sana.

“Ayo kita ke sana!” ajak Minho yang langsung menarik pergelangan tangan Yuri untuk bergegas ke ruang musik. Yuri yang belum siap dengan tarikan Minho yang tiba-tiba hanya bisa menurut dan ikut berlari-lari kecil demi mengimbangi kecepatan kaki namja itu. Ketika jarak mereka dengan ruang musik tinggal 3 meter lagi, ponsel Minho memekik nyaring.

“Yeoboseyo. Wae geurae, Jinki-aa?”

“…”

“Mwo?! Oke, aku dan Yuri segera menyusul ke sana. Gomawo Jinki-aa.” Klik. Begitu sambungan telepon terputus Minho segera berbalik arah dan lagi-lagi menarik Yuri untuk mengikutinya.

“Oppa! Kita mau kemana? Bukankah ruang musik di sana?” tanya Yuri yang kebingungan melihat perubahan arah Minho.

“Yoona ada di rumah sakit. Lima belas menit yang lalu Jinki menemukannya pingsan di ruang musik.” jelas Minho tanpa memandang Yuri.

“Nde?! Kalau begitu kita harus cepat ke sana oppa.” Putus Yuri. Adegan tarik-menarik pun berganti. Kini Yuri semakin mempercepat langkahnya dan memaksa Minho yang masih memegang pergelangannya terpontang-panting mengikutinya.

“Ya, ya, Yuri-aa! Jangan menyeretku seperti ini!” teriak Minho yang tidak digubris sama sekali oleh yeoja itu. Genggaman tangannya di pergelangan Yuri terlepas, membuatnya tertinggal di belakang langkah cepat yeoja itu.

Yuri yang tidak lagi merasakan genggaman tangan Minho menoleh ke belakang dan berhenti mendadak begitu melihat namja itu tertinggal beberapa langkah di belakangnya.

“Aish, oppa, cepatlah sedikit!” panggil Yuri tidak sabar. Begitu Minho berada di sampingnya, tanpa ragu Yuri menarik dan menyeret Minho ke area parkir kampus. Saking paniknya, yeoja itu bahkan tidak memperhatikan kerlingan senang di kedua mata Minho saat ia meraih pergelangan tangan namja itu dan menggenggamnya.

Begitu sampai di area parkir, Yuri tidak melihat keberadaan mobil Minho di tempat biasanya. Yeoja itu menoleh menatap Minho dan hendak menanyakannya.

“Mobilku dipakai Jinki. Sebelum ia menemukan Yoona, ia meminjamnya untuk mengambil gitarnya yang tertinggal di rumah. Dan sepertinya mobilku juga yang ia pakai untuk mengantar Yoona ke rumah sakit.” Jelas Minho yang mengerti arti tatapan Yuri kepadanya.

“Ah, kalau begitu kita pakai mobilku. Ayo oppa!” ucap Yuri yang kembali menyeret Minho menuju tempat mobilnya diparkir. Namja itu lagi-lagi menurut. Namun, saat Yuri memintanya masuk dan duduk di kursi penumpang, ia menolak.

“Ani. Kau yang duduk di sini dan aku yang mengemudi. Mana kuncinya?” perintah Minho cepat dengan telapak tangan terbuka meminta kunci mobil Yuri. Yeoja itu mendesah pasrah dan menyerahkan kunci mobilnya pada Minho. Keduanya segera masuk ke dalam dan tak lama kemudian mobil Hyundai Civic hitam itu melesat meninggalkan kawasan kampus menuju rumah sakit yang diberitahukan Jinki melalui sambungan telepon.

-o0o0o-

“Jinki-aa! Dimana Yoona? Bagaimana kondisinya?” tanya Minho beruntun pada salah satu teman dekatnya itu. Sementara namja yang ditanya hanya memandangi Minho dengan ekspresi aku-tidak-tahu dan menggerakkan kepalanya perlahan menunjuk pintu IGD yang masih tertutup.

“Oppa! Bagaimana Yoona? Apa dia baik-baik saja? Sekarang dimana dia?” cecar Yuri yang baru saja bergabung dengan kedua namja itu. Jinki menolehkan kepalanya dan menatap Yuri dengan pandang kelelahan. Minho yang sebenarnya masih belum memahami apa yang terjadi pada Jinki segera menjawab pertanyaan yeoja itu begitu sadar Jinki entah kenapa tidak juga menjawab pertanyaan Yuri.

“Yoona sekarang masih di IGD. Sampai sekarang kita belum tahu bagaimana kondisi dia saat ini.” Yuri mendesah berat. Kepalanya langsung tertunduk dan bahunya melorot lemas.

“Yoong..” panggil Yuri lirih, berharap Yoona mendengarnya dan segera keluar dari ruang IGD dalam keadaan baik-baik saja. Namun ia tahu, harapannya itu terlalu kecil kemungkinannya untuk terwujud. Rasa putus asa sedikit menelusup ke dalam pikirannya dan membuat yeoja itu mencari kekuatan dengan menyandarkan punggungnya di dinding rumah sakit yang dingin.

“Yoona akan baik-baik saja Yul, percayalah.” Ujar Minho, berusaha menguatkan Yuri sekaligus meyakinkan dirinya bahwa Yoona memang akan baik-baik saja.

“Aku.. percaya, oppa.” Balas Yuri sambil mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. Minho menghela napas berat dan mengusap kasar wajahnya. Kedua matanya yang semula intens menatap Yuri beralih ke pintu ruang IGD yang belum juga terbuka. Pikirannya kini hanya terfokus pada Yoona dan tidak menyadari kalau sedari tadi Jinki belum juga merubah posisinya.

“Aku mau ke kamar mandi sebentar.” Ucap Jinki memecah keheningan yang ada. Baik Minho maupun Yuri menoleh ke arahnya dan menautkan alis kebingungan. Meski keduanya sangat mencemaskan Yoona, namun keanehan sikap yang ditunjukkan Jinki sangat terlihat nyata. Terutama bagi Minho yang telah mengenal namja itu hampir tujuh tahun lamanya.

Tanpa menunggu jawaban dari kedua orang di hadapannya itu, Jinki berbalik dan berjalan menjauh ke salah satu sudut dengan papan petunjuk bertuliskan TOILET. Baru beberapa langkah ia berjalan, ia merasakan ada seseorang yang mengejarnya.

“Jinki-aa! Gidarike!” panggil Minho. Namja itu berhasil mengejar Jinki dan meraih bahu kanannya, memaksa teman dekatnya itu berbalik menatapnya.

“Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa hari ini kau bersikap aneh sekali? Apa kau ada masalah?” tanya Minho serius. Ia menatap tajam ke dalam mata teman dekatnya itu dan diam menunggu jawaban.

“Aku tidak apa-apa, Minho-aa. Aku hanya kelelahan. Itu saja.” jawab Jinki yang berusaha menghindar dari tatapan tajam Minho.

“Baiklah kalau kau belum mau jujur padaku. Itu pilihanmu.” Balas Minho. Ia menurunkan tangan kanannya dari bahu Jinki dan berbalik. Baru saja ia hendak melangkah meninggalkan Jinki, pintu ruang IGD terbuka dan memperlihatkan sesuatu yang mencekat jalan pernapasannya.

Yoona!