Heartbreak (part 5)

heartbreak 2

            Seorang yeoja dalam balutan pakaian seragam pasien berwarna hijau tampak duduk termenung di atas kursi roda. Kedua matanya menatap kosong ke dunia luar yang dilihatnya dari jendela kayu rendah dalam kamar inapnya. Kedua tangannya menangkup di atas pahanya yang tertutup selimut tebal berwarna putih, warna favoritnya.

Klek. Daun pintu kamar inapnya terdorong ke dalam dan memunculkan sesosok ramping yeoja berambut panjang.

“Yoong,” panggil yeoja berambut panjang itu sambil berjalan menghampiri Yoona, yeoja yang masih termenung di atas kursi roda.

“Mianhae aku baru bisa menjengukmu sekarang. Kemarin aku..”

“Sudahlah, tidak apa-apa Yul. Aku mengerti. Dia lebih membutuhkanmu. Bagaimana keadaannya sekarang?” sanggah Yoona dengan senyum lemahnya. Wajahnya yang semula lurus menghadap jendela kamar inapnya menoleh dan menatap Yuri, lawan bicaranya.

“Dia.. dia sudah.. pergi. Dia sudah.. tidak ada.. pagi ini.” jawab Yuri terbata. Kabut tipis membayang perlahan di kedua pelupuk yeoja itu. Sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak menangis di hadapan Yoona, namun ia gagal. Air matanya terlanjur menemukan jalan keluar dan mengalir deras membasahi pipinya.

“Aku turut berduka Yul. Maaf aku tidak bisa ada di sampingmu saat itu.” ucap Yoona dalam nada penyesalan. Ia menarik tangan Yuri dan membawa tubuh sahabatnya itu ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Yuri menangis tergugu dan mengusap lembut punggung yeoja itu berulang-ulang. Setelah tangisan Yuri mereda, ia merasakan tubuh sahabatnya itu menjauh darinya.

“Kau tidak perlu minta maaf Yoong, aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Justru aku yang seharusnya minta maaf karena tidak datang di hari kau sadar. Sahabat macam apa aku ini, aish.” rutuk Yuri dalam usahanya untuk mengalihkan topik pembicaraan. Yoona hanya tersenyum mendengar rutukan itu dan memahami maksud sahabatnya.

“Kau mau tahu sahabat seperti apa kau ini? Huh?” tanya Yoona. Yuri menelengkan kepalanya dan mengernyit kebingungan. Ia menurunkan posisi tubuhnya hingga hampir sejajar dengan posisi Yoona yang duduk di atas kursi roda.

“Apa?”

“Kau itu semacam sahabat yang sangat berarti untukku, Yul. Gomawo sudah mau menjadi sahabatku. Sahabat yang bahkan lebih memikirkan aku dibanding dirinya. Jeongmal gomawoyo.” Ucap Yoona tulus. Yuri yang mendengarnya langsung tersenyum haru dan kembali memeluk sahabatnya itu.

“Cheonma Yoong, gomawo sudah menjadi seorang yang bahkan lebih dekat dari saudara kandungku. Tetaplah bersamaku Yoong, tetaplah bersamaku.” Balas Yuri dalam bisikan. Tuhan, aku takut. Aku takut Kau akan mengambil Yoona dariku. Aku mohon beri ia kekuatan untuk bertahan. Aku mohon.

Klek. “Hei, ada dua yeoja cantik sedang reuni rupanya!” sapa seseorang dengan suara baritonnya yang sukses mengagetkan Yuri dan Yoona. Kedua yeoja itu melepas pelukan mereka dan menoleh bersamaan ke arah sumber suara.

“Minho oppa? Sejak kapan oppa masuk ke ruanganku?” tanya Yoona kepada seorang namja berpostur tinggi yang kali ini mengenakan jaket kulit berwarna coklat menutupi kemeja putih polos yang dikenakannya di dalam dengan celana jeans biru donker warna kesukaannya.

“Hmm, sekitar 20 detik yang lalulah.” Jawab Minho santai. Namja itu lalu tersenyum manis dan berjalan menghampiri kedua yeoja yang menjadi bagian penting dalam hidupnya.

“Apa kabar Yoong? Bagaimana keadaanmu hari ini? Kau sudah makan dan minum obat kan?” tanya Minho beruntun.

“Aish, oppa seperti eomma saja! Apa jangan-jangan oppa itu jelmaan eomma ya?” sungut Yoona sambil menggembungkan kedua pipi tirusnya. Minho tertawa melihatnya dan tanpa sadar mengusap kedua pipi Yoona, membuat Yoona dan Yuri tersentak.

“Oppa! Ya! Apa-apaan..” tepis Yoona cepat. Yeoja itu menatap Minho seolah namja itu gila. Selanjutnya tatapannya beralih kepada Yuri yang masih terlihat kaget dengan perilaku Minho baru saja. Minho yang melihat pergantian subjek pandang mata Yoona segera tersadar dan mengutuki tindakan refleksnya itu. Aish, dasar Minho pabo! Kau mau Yuri semakin salah paham padamu? Aargh!

“Err, sepertinya lebih baik aku keluar saja.” ucap Yuri memutus kecanggungan yang tercipta di antara mereka. Yeoja itu baru saja berbalik dan hendak melangkah keluar ketika sebuah tangan mencekal pergelangannya.

“Kau salah paham, Yuri-aa.” Yuri menoleh dan langsung bersitatap dengan Minho, senior sekaligus namja yang berhasil membuatnya jatuh cinta setelah apa yang dilakukan Kim Jong Woon, mantan kekasihnya, kepadanya.

“Aku.. aku tidak mengerti.” Ucap Yuri terbata. Ia menatap Yoona dan berusaha mencari jawaban itu dari sahabatnya. Dilihatnya Yoona menunduk dan menghela napas sebelum sahabatnya itu kembali menatapnya dalam pandangan yang diartikannya sebagai.. permintaan maaf?

“Sudah saatnya oppa menjelaskan semua kepadanya. Tidak ada gunanya kita menutupi ini lebih lama lagi. Katakan padanya, oppa. Katakan apa yang seharusnya dari dulu oppa katakan.” Ucap Yoona yang semakin membuat Yuri kebingungan.

“Jelaskan apa? Menutupi apa? Katakan yang seharusnya apa? Sebenarnya ada apa ini? Apa yang kalian sembunyikan dariku? Apa Yoong? Minho oppa?” tuntut Yuri kepada dua orang yang bersamanya kini. Baik Minho dan Yoona saling menatap dan menghela napas berat.

“Sudah waktunya oppa, bicaralah. Aku tidak apa-apa.” putus Yoona dalam senyum lemahnya. Yuri menatap mereka bergantian, menunggu siapa yang akan membicarakan apa padanya.

“Kita bicara di luar saja, Yuri-aa. Ayo.” Ajak Minho akhirnya. Namja yang tiga bulan lagi akan menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran itu menarik pergelangan Yuri yang masih berada dalam genggamannya. Yeoja itu menatap panik ke arah Yoona yang hanya dibalas anggukan oleh sahabatnya itu. Mau tidak mau akhirnya Yuri mengalah dan mengikuti Minho keluar ruangan. Dan di sanalah ia mengetahui kebenaran yang selama ini diragukannya.

-o0o0o-

            Hari ini Yoona sudah diperbolehkan pulang, oleh karena itu rumah kediaman keluarga Lim tampak sibuk menyiapkan sambutan kecil untuk kepulangannya. Keluarga Lim termasuk keluarga berada di daerahnya, maka wajar jika bangunan rumah mereka yang berlantai dua berdiri megah dengan arsitektur gaya Yunani kuno. Pagar besinya menjulang dengan kantor satpam yang dibangun di sudutnya. Tidak heran juga dengan rumah semegah itu dibutuhkan tiga pekerja –tidak termasuk dua satpam dan dua supir pribadi- untuk merawatnya. Meskipun begitu, keluarga Lim termasuk keluarga yang mudah bersosialisasi dengan tetangga sekitarnya. Tidak jarang mereka membantu tetangga yang membutuhkan. Namun banyak yang tidak tahu kalau putri bungsu keluarga itu, Lim Yoon Ah, menderita penyakit jantung. Yang mereka tahu hanyalah putri bungsu keluarga Lim sering keluar masuk rumah sakit dan jarang mengikuti acara yang diadakan di komplek perumahan mereka.

Para pekerja di rumah keluarga Lim sibuk membersihkan seluruh ruangan, terutama kamar Yoona. Di dalam kamar bernuansa putih itu telah tergantung banyak balon warna-warni di langit-langitnya dengan juntaian pita putih di bagian bawahnya. Ya, Yoona sangat menyukai balon. Bahkan ia lebih menyukai balon dibanding boneka seperti umumnya anak perempuan. Karena itu tidak mengherankan jika di dalam kamarnya kau hanya akan menemukan sebuah boneka berukuran cukup besar di atas ranjangnya. Itupun boneka berbentuk balon hadiah dari ayahnya untuk ulang tahunnya yang kesepuluh.

Subuh tadi ada empat orang yang sibuk menggembungkan balon-balon itu dan mengikat pita berwarna putih di ujungnya lalu melepasnya agar melayang di langit-langit kamar Yoona. Keempat orang itu adalah Siwan, Yuri, Minho, dan Jinki. Yuri dan Minho bahkan sampai rela menginap di rumah Yoona hanya untuk menyiapkan sambutan kecil itu. Tetapi tidak dengan Jinki yang merasa belum cukup akrab dengan keluarga Yoona, yeoja yang dicintainya. Sebenarnya sambutan seperti ini sudah beberapa kali dilakukan untuk menyambut kepulangan Yoona mengingat yeoja itu sering bolak-balik dirawat di rumah sakit karena kondisi jantungnya. Meski sudah beberapa kali dilakukan, namun mereka tidak pernah bosan untuk membuatnya lagi. Terlebih sepeninggal Siwon dimana Yoona lebih sering mengalami serangan mendadak.

“Bibi Son, apakah eomma sudah siap?” teriak Siwan kepada salah seorang pekerja di rumahnya yang tengah sibuk menata meja makan. Kali ini Siwan mengenakan kemeja putih dengan celana longgar berwarna hitam. Rambutnya sudah tersisir dan tertata rapi dengan aroma parfum maskulin yang menguar lembut. Hari ini Siwan beserta ibunya akan menjemput Yoona, sedangkan ketiga orang lainnya beserta ayahnya akan menunggu di rumah dan memastikan kesuksesan sambutan mereka kali ini.

“Sepertinya belum Tuan.” Jawab Bibi Son. Son Dam Yie, atau yang biasa dipanggil Bibi Son merupaka pekerja yang paling lama bekerja pada keluarga Lim. Usia Bibi Son hampir sama dengan Nyonya Lim, oleh karena itu baik Siwan maupun Yoona sudah menganggap Bibi Son sebagai ibu kedua mereka. Bibi Son sudah tidak memiliki sanak saudara, karena itulah ia memilih untuk terus bekerja kepada keluarga Lim yang sangat baik terhadapnya. Ia juga menganggap Yoona dan Siwan layaknya anak kandung yang tidak pernah dimilikinya.

“Ah, baiklah. Kalau begitu aku akan ke kamar eomma. Pastikan makanannya enak dan membangkitkan dewa shiksin dalam diri Yoona, Bi.” Gurau Siwan. Namja yang berencana untuk mengambil magister manajemen di Amerika itu berlari menuruni tangga dan mengedipkan sebelah matanya kepada Bibi Son yang hanya dibalas dengan tawa kecil. Setelah Siwan menghilang dari ruang makan, Bibi Son kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tok tok! “Eomma?” Tok tok! “Eomma, cepatlah.” Panggil Siwan tidak sabar. Namja itu melihat arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar orangtuanya untuk yang ketiga kalinya, sesosok wanita mungil keluar dari dalam.

“Aish, anak ini tidak sabaran sekali! Eomma baru saja memaksa appamu untuk mandi dan bersiap-siap. Nah, ayo kita berangkat! Eomma sudah siap.” Ucap Nyonya Lim bersemangat. Setelah berpamitan dengan suaminya yang baru selesai mandi, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu berjalan mengikuti Siwan menuju garasi mobil mereka.

“Bibi Son, jangan lupa bangunkan Minho dan Yuri lalu minta mereka untuk sarapan dulu.” pesan Nyonya Lim.

“Baik Nyonya. Nyonya dan Tuan Siwan berhati-hatilah di jalan.” Balas Bibi Son sopan.

“Ne. Kami pergi dulu.” pamit Nyonya Lim sebelum menghilang keluar melalui pintu depan. Tidak lama kemudian terdengar deruman halus dari depan yang diikuti dengan gemerisik roda pintu gerbang dan debuman pintu mobil yang tertutup. Setelah itu hening dan menyisakan dentingan teredam peralatan makan yang ditata sedemikian rupa di atas meja makan.

-o0o0o-

            “Welcome home uri Yoona!” teriak Tuan Lim, Minho, Yuri, dan Jinki bersamaan saat Yoona memasuki ruang tamu menggunakan kursi roda yang didorong oleh Siwan. Yeoja yang masih terlihat pucat itu tersenyum senang mendapat sambutan hangat dari keluarga dan teman terdekatnya.

“Gomawoyo. Gomawo appa, eomma. Gomawo Yul. Gomawo Minho oppa, Jinki oppa.” Ucap Yoona terharu.

“Hei, kenapa kau tidak mengucapkan terima kasih juga kepadaku? Aku kan juga ikut menyiapkan ini semua.” Protes Siwan dari belakang Yoona yang membuat yeoja itu menoleh memandang kakak semata wayangnya.

“Hahaha, mianhae oppa, aku lupa. Siapa suruh oppa terus di belakangku? Aku kan jadi tidak melihat oppa dan tidak sadar kalau oppa juga ada.” Canda Yoona sambil menjulurkan lidahnya keluar.

“Ya! Anak ini baru keluar rumah sakit sudah membuatku kesal. Adik macam apa kau ini, huh?” balas Siwan berpura-pura kesal.

“Tentu saja adik Siwan oppa yang paling cantik, paling manis, paling baik, dan paling pintar.” jawab Yoona percaya diri sambil menyunggingkan senyum khas anak-anaknya. Kontan semua yang berada di ruangan itu tertawa mendengar jawaban Yoona yang terdengar sangat percaya diri itu.

“Pastilah. Oppanya saja tampan, baik hati, pandai, cute. Pasti hal positif dariku menular padamu.” Sahut Siwan tidak mau kalah. Yoona tertawa mendengar itu dan memukul pelan tangan kakaknya.

“Hahaha, baiklah oppa. Kali ini aku akan terpaksa mengakui itu.” Siwan melotot mendengar balasan Yoona. Namun, sebelum namja itu sempat melontarkan balasannya mulutnya terkunci oleh ucapan dan tindakan Yoona selanjutnya.

“Gomawoyo Siwan oppa.” Ucap Yoona, memandang Siwan lembut dan menarik namja itu dalam pelukan yang dapat dilakukan oleh seorang yang duduk di kursi roda.

“Cheonma uri Yoongie.” Balas Siwan sambil mengusap puncak kepala Yoona penuh sayang.

“Saatnya makan! Ayo Yoong, kau pasti sudah lapar. Aku yakin dewa shiksin dalam perutmu itu sudah menagih haknya.” Ucap Yuri memecah keharuan yang tercipta dari adegan kakak beradik Lim itu. Siwan segera tersadar dan melepas pelukannya.

“Kajja!” tanggapnya sambil meraih pegangan di kursi roda untuk membantu yeoja itu menuju ruang makan. Namun sentuhan halus menyentuh punggung tangannya dan memaksanya untuk menoleh.

“Biar eomma saja, Siwan-aa.” pinta Nyonya Lim. Siwan mengangguk dan tersenyum. Ia melepaskan pegangannya dan membiarkan ibunya mengantar Yoona ke ruang makan rumah mereka.

Yoona mendongak menatap ibunya dan tersenyum, “Neomu neomu gomawoyo, eomma.”

-o0o0o-

            Seminggu lagi bulan November akan berakhir yang berarti musim dingin sudah berada di ujung mata. Musim yang sangat disukai Yoona itu sebentar lagi akan tiba dan memanjakan yeoja itu dengan pemandangan salju putihnya. Salju satu hal yang selalu dinikmatinya setiap musim dingin datang. Satu hal yang membawanya pada pemikiran akankah ia bertemu dengan butiran salju itu di tahun mendatang.

“Annyeong Yoona-aa.” sapa seorang namja yang mendadak ada di belakang Yoona. Yeoja yang tengah asyik menghabiskan sorenya di balkon kamarnya itu menoleh dan terdiam sesaat begitu melihat siapa yang baru saja menyapanya.

“Annyeong Jinki oppa.” Balas Yoona yang memaksakan seulas senyum di wajahnya.

“Udara sedingin ini dan kau lagi-lagi nekat untuk berada di balkon. Di dalam lebih hangat, Yoona-aa.” ucap Jinki yang perlahan menghampiri Yoona dan berdiri di samping yeoja itu.

“Aku bosan kalau terus-terusan di kamar. Aku ingin keluar dan bermain seperti yang lainnya. Aku ingin kembali ke kampus dan kuliah seperti biasanya. Aku ingin memainkan grand piano di ruang musik seperti sebelumnya.” Ucap Yoona sambil menerawang. Hampir sebulan setelah ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit ia belum juga diijinkan untuk menjalani aktivitas normalnya. Ia masih diharuskan beristirahat di rumah dan menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit. Akibat serangan terakhirnya itu dosis dalam obat-obatannya dinaikkan, bahkan ia mendapat satu jenis obat baru yang menurut dokternya berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah dalam pembuluhnya.

Jinki hanya diam saja sambil terus menatap pemandangan yang ditawarkan balkon kamar Yoona. Namja itu tahu Yoona belum selesai mengutarakan semua yang ada dalam pikirannya saat ini, karena itulah ia sengaja diam dan menunggu Yoona meneruskan ucapannya.

“Aku.. aku ingin.. menjadi yeoja yang.. normal, tanpa harus.. seperti ini.” Lanjut Yoona lirih. Pandangannya yang semula menerawang kini tertunduk dan berkabut. Jinki menghela napas dan menghadapkan tubuhnya ke arah Yoona.

“Kau yeoja paling normal yang pernah aku temui, Yoona-aa. Kau yeoja dengan kebaikan yang normal, kepintaran yang normal, bahkan kecantikan yang normal yang pernah aku kenal.” Ucap Jinki setengah bercanda. Rupanya namja itu berhasil karena ia melihat sudut-sudut bibir Yoona sedikit terangkat membentuk lengkungan ke bawah.

“Kau meledekku, oppa? Kau ingin mengatakan kalau aku biasa-biasa saja, huh? Tidak ada istimewanya? Itu yang ingin kau sampaikan, oppa?” protes Yoona sambil menyipitkan salah satu matanya saat menatap Jinki.

“Aku tidak bilang seperti itu. Kau saja yang berpikir negatif.” Goda Jinki. Yoona menggembungkan kedua pipinya dan mengerucutkan bibir, berakting kesal.

“Aish, tidak. Aku tidak berpikir negatif. Aku kan hanya mengucapkan apa yang aku tangkap dari perkataan oppa tadi.” Ucap Yoona tidak mau kalah.

“Berarti yang kamu tangkap itu hanya sisi negatifnya, Nona Lim Yoon Ah.” Balas Jinki. Yoona terpaku sejenak begitu mendengar panggilan itu. Panggilan yang dulu sering didengarnya dari seseorang yang kini telah tiada. Choi Siwon, cinta pertamanya.

“Jangan pernah memanggilku seperti itu, oppa. Aku.. tidak suka.” Pinta Yoona datar. Jinki yang menyadari perubahan yang tidak diinginkannya itu segera mengubah topik pembicaraan.

“Kudengar kau suka salju, benarkah?” tanya Jinki. Yoona tersenyum dan mengangguk.

“Aku sangat suka salju. Kalau oppa?” Yoona balik bertanya.

“Aku tidak begitu suka salju.” Jinki menjawab acuh sambil mengedikan bahunya.

“Wae? Salju kan indah.” Tanya Yoona tidak mengerti.

“Karena salju itu dingin. Dingin bisa membuat tubuhmu mati rasa dan itu tidak enak. Saat tubuhmu mati rasa seolah kau bukanlah pemilik dari tubuh itu sendiri.” Jawab Jinki.

“Hanya karena itu? Hanya karena oppa tidak suka mati rasa? Alasan macam apa itu?” tanya Yoona lagi.

“Karena mati rasa itulah aku tidak berhasil menyelamatkan Taemin dari dalam longsoran salju. Aku harus rela kehilangan dia untuk selamanya dan itu tepat terjadi di depan mataku. Aku melihatnya tertimbun, mendengarnya berteriak minta tolong, namun yang dapat kulakukan hanya berdiri membeku akibat dinginnya salju. Seluruh tubuhku mati rasa saat itu sehingga aku tidak mampu menggerakannya barang sesenti pun. Aku mendengarnya terus berteriak minta tolong sampai teriakan itu tidak terdengar lagi. Satu jam kemudian Appa dan Eomma datang bersama beberapa orang. Mereka membawaku ke tempat yang hangat dan menyelimutiku, menghindarkanku dari hipotermia yang bisa saja membunuhku. Sayangnya Taemin tidak punya satu jam itu. Ia tidak mampu bertahan dan.. dan.. tiga puluh menit kemudian aku mendengar Eomma berteriak. Dari teriakan itulah aku tahu kalau Taemin.. dia.. tidak selamat. Andai saja aku tidak kedinginan dan mati rasa saat itu, tentu Taemin masih ada saat ini. Andai saja.. ya, andai saja..” mendadak ucapannya terputus dan ia merasakan pelukan menenangkan dari seorang yang sedari tadi mendengarkan ceritanya.

“Sshh, sudah oppa, sudah. Uljimarayo. Hentikan. Mianhae telah membuatmu harus mengingat hal buruk itu. Mianhae, jeongmal mianhae.” Bisik Yoona penuh penyesalan. Kedua tangan kurusnya terus mengusap lembut punggung Jinki hingga namja itu merasa lebih rileks dan membalas pelukannya.

“Gomawoyo.” Balas Jinki lirih. Akhirnya setelah sekian lama ia mengalami siksaan batin akibat rasa bersalahnya yang begitu besar, ia kini menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tenang hanya dengan dipeluk olehnya. Setelah beberapa psikolog didatangkan oleh orangtuanya untuk menghapus trauma dan rasa bersalah itu, seorang datang dan membebaskannya. Seorang bernama Lim Yoon Ah. Seorang yeoja yang baru dikenalnya dan terancam pergi meninggalkannya secepat ia datang.

Tuhan, kumohon jangan ambil dia. Jangan ambil dia, Tuhan. Aku baru saja menemukannya dan tidak adil kalau aku harus cepat kehilangan dia. Kumohon beri dia lebih banyak waktu untuk bersamaku. Kumohon.

-o0o0o-

In Love with Noona (part 4)

In Love with Noona 2

            “Aargh, damn!” erang seorang namja berperawakan kurus sambil mengernyit kesakitan. Kedua tangannya memegangi pinggangnya yang dua jam ini ia paksakan untuk meliuk-liuk mengikuti gerakan dance yang diajarkan pelatihnya. Demi meraih impiannya sebagai entertainer, lebih tepatnya penyanyi sekaligus penari, ia tidak memedulikan rasa sakit yang mendera pinggangnya setiap usai latihan. Sewaktu kecil ia pernah mengalami kecelakaan yang berdampak buruk pada pinggangnya dimana ia sempat menyerah untuk meraih impiannya itu. Namun impian itu tidak pernah pudar, hingga kemudian Tuhan memudahkan jalannya menuju impian itu dengan berita kelolosannya sebagai salah satu trainee di SM management tahun lalu.

“Ada apa Jongin-ssi? Apa ada masalah?” tanya pelatihnya yang kebetulan mendengar erangan namja itu. Lelaki yang baru memasuki usia 30 itu telah lima tahun menjadi pelatih dance bagi para trainee laki-laki SM management dan menghasilkan banyak penari handal, salah satunya bernama Lee Hyukjae atau yang lebih dikenal sebagai Eunhyuk Super Junior.

“Animnida songsengnim.” dusta Jongin. Ya, tidak banyak yang mengetahui kalau dirinya memiliki cedera di pinggang yang mejadi salah satu bagian tubuh vital dalam banyak gerakan dance.

“Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan lagi. Masih ada beberapa gerakan yang harus kalian kuasai hari ini.” tegas pelatihnya kepada 25 trainee laki-laki yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk namja yang bernama lengkap Kim Jongin.

“Nee.” jawab para trainee patuh meskipun sebagian besar dari mereka sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Begitupun dengan Jongin. Namja itu berusaha untuk mengabaikan rasa sakit yang mendera pinggangnya dan berkonsentrasi dengan gerakan-gerakan baru yang diajarkan pelatihnya. Ia tahu bahwa ini bahkan belum juga menjadi awal dari perjuangannya, karena itu rasa sakit tidak dapat menghentikannya begitu saja.

-o0o0o-

            Seorang yeoja yang baru selesai dengan agenda individunya tampak berjalan tergesa-gesa menuju salah satu ruang latihan di gedung SM. Meski jelas ia sudah tampak lelah -teramat lelah- namun jadwal latihan dance tidak dapat ditinggalkannya hanya dengan alasan kelelahan. Ia tahu bahwa seluruh member yang tergabung dalam girlband SNSD bersamanya juga memiliki kepadatan agenda individu sepertinya dan tetap harus mengikuti latihan dance yang telah dijadwalkan.

Karena merasa terburu waktu, yeoja itu mempercepat langkahnya dan tanpa sengaja menabrak salah seorang trainee laki-laki yang mendadak keluar dari salah satu ruang latihan. Bruk!

“Auw!” pekik yeoja itu pelan sambil mengusap bahu kanannya yang tersenggol cukup keras dengan dada trainee itu.

“Aduh,” pekik trainee itu sambil mengernyit kesakitan dan memegangi pinggang kirinya. Rupanya tabrakan tidak sengaja itu membuat tas tangan sang yeoja mengenai pinggang kirinya dengan cukup keras.

“Ah, mianhamnida. Jeongmal mianhamnida.” ucap yeoja itu yang refleks membungkukkan badan dan meminta maaf pada trainee yang baru saja ditabraknya.

“Gwaenchanayo. Nan gwaenchana.” balas trainee itu yang belum menyadari siapa gerangan yang bertabrakan dengannya. Trainee itu mengangkat dagu dan terkejut begitu mengenali siapa yeoja yang ada di hadapannya saat ini.

“Yoona noona?”

Yoona mendongakkan kepalanya dan melihat seraut wajah laki-laki muda yang beberapa hari lalu berkenalan dengannya.

“Jo..ngin-ssi?” panggil yeoja itu memastikan.

“Ne, senang noona masih mengingatku. Maaf atas kecerobohanku.” ucap Jongin sambil membungkuk dalam di hadapan Yoona.

“Ah, sudahlah, lupakan itu. Toh aku juga salah tidak memperhatikan jalan di depanku.” balas Yoona, tersenyum manis. Tangannya terulur dan menyentuh lengan namja itu, meminta namja itu untuk tidak lagi membungkuk padanya.

“Tapi aku benar-benar minta maaf noona.” ucap Jongin lagi.

“Baiklah baiklah, aku maafkan. Baru selesai latihan ya?” tanya Yoona ramah.

“Ne, noona. Baru saja.. Aargh..” jawab Jongin yang mendadak mengerang kesakitan.

“Eh? Wae geuraeyo? Apa kau sakit?” tanya Yoona panik. Kedua matanya menelisik seluruh tubuh namja itu, berusaha mencari di bagian mana namja itu merasakan sakitnya.

“A.. Animnida noona. Aku tidak.. apa-apa..” elak Jongin dengan seluas senyum paksa. Yoona menaikkan kedua alisnya tidak percaya.

“Kau yakin? Tapi wajahmu pucat sekali.” balas Yoona khawatir. Yeoja itu bahkan lupa dengan jadwal latihannya demi melihat kondisi hoobaenya.

“Aku.. yakin. Aku.. tidak apa-apa, noona.” elak Jongin lagi. Yoona menurunkan kedua bahunya, menatap pasrah bercampur cemas atas kekeraskepalaan namja di hadapannya itu.

“Baiklah kalau memang kau baik-baik saja.” Yoona baru saja ingin melanjutkan perkataannya ketika ponsel yang berada di dalam tasnya berdering. Yeoja itu bergegas membuka penutup tasnya dan mengambil benda mungil itu.

“Yeoboseyo? Ah, ne, mianhae eonnie, aku hampir saja lupa! Ne, ne, aku segera ke sana. Annyeong.” Yoona menutup flip ponselnya dan kembali memandang Jongin.

“Ah, Jongin-ssi, mianhae, aku harus ke ruang latihan. Member lainnya sudah menungguku di sana. Tapi..” Yoona menggantung ucapannya dan menatap namja itu kebingungan.

“Sudahlah noona, aku tidak apa-apa. Lebih baik noona cepat ke ruang latihan. Maaf karena telah menghambat noona.” ucap Jongin. Yoona menggigit bibir bawahnya, tidak yakin apa yang harus ia lakukan sampai kedua matanya menangkap satu sosok yang ia yakin dapat membantunya.

“Leeteuk oppa!”

Namja yang dipanggil ‘Leeteuk’ segera menoleh dan melayangkan pandangan bertanya pada pemanggilnya.

“Ah, Yoong, wae?” tanya Leeteuk sambil mengubah arah jalannya begitu tahu Yoona-lah yang memanggilnya.

“Aku ingin minta tolong pada oppa, boleh kan?” tanya Yoona. Leeteuk tersenyum lembut dan memperlihatkan lesung pipinya yang menawan.

“Tentu saja! Sejak kapan kau jadi sungkan padaku, huh?” tanggap Leeteuk sedikit menggoda yeoja yang sudah lima tahun dikenalnya.

“Sudahlah oppa, aku sedang buru-buru. Oh iya, kenalkan ini Jongin, salah satu trainee di sini. Dia teman Taemin.” ujar Yoona sambil memperkenalkan keduanya satu sama lain. Jongin membungkuk kepada Leeteuk dan tersenyum segan.

“Annyeong hasimnikka sunbae. Naneun Kim Jongin imnida. Bangapseumnida.”

“Dan Jongin, ini Park Jungsoo oppa atau yah sekarang lebih dikenal sebagai Leeteuk oppa. Kau tentu tahu kalau dia adalah leader Super Junior dan member tertua bahkan di agensi.. Aaw! Ya! Itu sakit oppa!” ringis Yoona sambil mengusap kepalanya yang baru saja mendapat jitakan dari Leeteuk.

“Dasar bocah! Senang sekali membuatku terlihat sangat tua di mata trainee muda kita. Kau mau aku susah mendapat jodoh, huh?” omel Leeteuk setengah bercanda.

“Aish, memang kenyataannya seperti itu kan? Jangan sok muda deh, lebih baik oppa sadar umur sebelum Taeyeon eonnie, ah, iya, aku lupa! Taeyeon eonnie sudah menungguku!” pekik Yoona begitu menyadari dirinya sudah membuat member lainnya menunggu di ruang latihan.

“Ckck, anak ini, belum tua tapi sudah pikun. Oh iya, cepat katakan apa yang harus kulakukan untuk membantumu.” tanggap Leeteuk cepat.

“Aku minta tolong pada oppa untuk mengantar Jongin setidaknya sampai lobby. Dia sedang sakit tapi tidak mau mengaku padaku. Aku hanya takut terjadi apa-apa padanya. Bisa kan aku meminta itu padamu, oppa?” pinta Yoona gamblang dan sukses membuat Jongin tersentak.

“Ah, tidak perlu noona! Tidak perlu sunbae! Leeteuk sunbae tidak perlu mengantarku. Aku tidak apa-apa. Sungguh aku tidak apa-apa.” tolak Jongin cepat-cepat.

“Jongin-ssi, aku tahu kau sakit, meskipun aku tidak tahu sakit apa itu. Yang pasti wajahmu pucat dan bahkan..” Yoona menghentikan ucapannya dan menyentuh wajah namja itu “kau berkeringat dingin. Jadi jangan menyangkal atau menolak bantuanku, ne?” tegas Yoona. Sementara itu, baik Jongin maupun Leeteuk, menatap bingung bercampur kaget atas tindakan yang baru saja Yoong lakukan.

“A.. Ah, baiklah noona. Aku sungguh minta maaf sudah merepotkanmu.” ucap Jongin akhirnya. Namja itu tahu ia tidak akan dapat menolak lagi. Terlebih saat yeoja itu mendadak menyentuh wajahnya, tubuhnya langsung memberikan reaksi tertentu yang tidak dimengertinya. Ada apa ini? Kenapa aku jadi salah tingkah?

“Yoong.. Yoong-aa.. Sejak kapan.. kau.. menjadi perhatian seperti ini.. selain terhadap Bummie?” tanya Leeteuk terbata. Ia masih tidak habis pikir dengan apa yang baru saja Yoona lakukan pada trainee muda itu. Bahkan kepadaku saja ia tidak seperhatian itu! Batin namja itu bingung.

“Aish, ada apa dengan kalian? Apa itu salah? Apa salah kalau aku perhatian kepada namdongsaengku sendiri? Sudahlah, aku sudah sangat terlambat. Sekali lagi aku minta tolong padamu oppa untuk mengantar Jongin sampai ke lobby.” tanggap Yoona santai. “Dan kau, Jongin-ssi, cepat sembuh ya.” lanjut yeoja itu dengan senyum manisnya. Setelah itu, tanpa memperhatikan kebingungan yang masih terpancar dari paras Leeteuk-Jongin, Yoona berlari pelan menyusuri koridor dan menghilang ke dalam salah satu ruang latihan dalam gedung itu.

“Jongin-ssi, mari kita ke bawah.” ajak Leeteuk, tersenyum seolah mengantar seorang trainee yang baru saja dikenalnya dan dalam keadaan sakit ke lobby adalah hal biasa. Padahal di pikirannya masih berputar banyak pertanyaan tentang perilaku Yoona yang menurutnya aneh dan tidak biasa. Ah, aku bisa menanyakannya nanti, putus Leeteuk dalam hati. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah melakukan apa yang diminta yeoja itu padanya.

Jongin segera tersadar dari keterpakuannya dan memandang Leeteuk, “Ne sunbae.” Keduanya lalu berjalan bersama -dengan Jongin yang berjalan terpincang sambil memegangi pinggang kirinya- menuju lobby gedung SM yang berada di lantai satu.

-o0o0o-

            “Jonginnie! Bagaimana keadaanmu? Apa masih sakit?” tanya seorang namja kepada namja lainnya yang terbaring di tempat tidur.

“Ah, ternyata kau hyung. Aku sudah tidak apa-apa, meski yah, masih sakit sedikit.” jawab Jongin lemah. Namja itu berusaha untuk bangun dan mendudukkan dirinya ketika tiba-tiba ada satu tangan yang menahannya.

“Sudahlah Jongin-aa, jangan memaksakan diri kalau memang masih sakit.” Jongin menolehkan kepalanya dan mendapati sosok yang dikenalnya.

“Minho hyung? Kau juga ikut? Tapi.. Bukankah SHinee sedang ada tour promo?” tanya Jongin bingung. Ia kembali merebahkan diri karena memang pinggangnya masih belum bisa diajak kompromi.

“Memang, tapi mendengar kabar dari Taemin kalau kau sakit membuatku khawatir. Karena itu aku dan Taemin menjengukmu. Apa kau tidak senang kalau kami datang?” tanya Minho setengah bercanda.

“A.. Ani, aniyo. Tentu saja aku senang. Hyung jangan salah paham dulu.” sergah Jongin cepat.

“Hahaha, kau ini! Selalu saja menganggap serius candaanku. Aku hanya bercanda, Jongin-aa.” sahut Minho dalam tawanya. Jongin memajukan bibirnya, merasa kesal karena lagi-lagi kena dicandai oleh para hyungnya.

“Oh ya, darimana Taemin hyung tahu kalau aku sakit?” tanya Jongin tiba-tiba kepada namja yang pertama bertanya padanya tadi. Seingat namja itu ia tidak memberitahukan insiden sakitnya kepada siapapun dan tidak ada yang mengetahuinya tadi kecuali..

“Yoona noona. Aku tahu itu dari Yoona noona.” jawab Taemin dingin. Namja itu menatap Jongin dengan pandangan cemburu yang membuat Jongin bingung.

“Ada apa denganmu, hyung? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Jongin tidak mengerti. Taemin hanya membuang muka dan berdiri menjauh dari ranjang Jongin.

“Ada apa dengannya hyung? Apa aku telah berbuat salah padanya?” tanya Jongin yang kali ini ditujukan pada Minho. Namja itu kemudian tersenyum penuh arti dan mendekat ke arahnya.

“Dia cemburu padamu. Apa kau tidak tahu kalau dia sangat menyukai Yoona noona?” jawab Minho dalam bisikan yang cukup keras untuk didengar Taemin.

“Apa?”

“Hei, siapa bilang aku cemburu? Hyung jangan mengada-ada! Aku tidak cemburu! Cih.” sangkal Taemin cepat sambil membalikkan badannya menghadap Minho dan Jongin.

“Akuilah Taemin-aa, aku tahu kau cemburu. Iya kan?” goda Minho.

“Be.. Benarkah itu hyung? Kau cemburu padaku?” tanya Jongin hati-hati.

“Ani! Siapa yang cemburu padamu? Aku sama sekali tidak cemburu padamu. Minho hyung hanya mengada-ada. Jangan dengarkan dia.” sanggah Taemin lagi. Kulit wajahnya yang semula putih bersih perlahan memerah seperti kepiting rebus.

“Taemin-aa..?” Rupanya Minho belum menyerah untuk menggoda dan membuat maknae dalam kelompoknya itu mengaku.

“…”

“Hyung?” Kali ini Jongin yaang bersuara, namun tidak bermaksud untuk menggoda Taemin, melainkan mencari kebenaran atas pernyataan Minho sebelumnya.

“…”

“Taeminnie?” Lagi-lagi Minho menggoda maknaenya.

“…”

“Aaargghh, baiklah! Baiklah! Aku mengaku kalau aku menyukai Yoona noona! Aku mengaku kalau aku cemburu padamu, Jongin-aa! Sekarang kalian puas, huh?” aku Taemin setengah berteriak. Wajahnya kini benar-benar memerah dengan napas yang sedikit tersengal.

Baik Minho maupun Jongin hanya mampu terpana mendengar pengakuan Taemin. Terlebih Jongin yang diam-diam juga memiliki perasaan yang sama untuk orang yang sama. Ya, seorang trainee muda bernama Kim Jongin telah jatuh cinta pada seniornya yang baru setahun lalu debut, Im Yoona.

Bagaimana ini? Apa aku harus mengalah untuk Taemin hyung? Tapi.. aku juga sangat menyukai Yoona noona. Aarrgh, aku bingung!

-o0o0o-

            Terrt. Sebuah ponsel flip berwarna merah muda-putih bergetar pelan, menandakan ada satu pesan masuk. Getaran itu langsung menyadarkan pemiliknya yang tengah berkutat dengan sebundal naskah dialog yang harus dihapalnya untuk take adegan berikutnya. Dengan satu tangan masih menggenggam bundalan naskah, ia mencari benda mungil itu di dalam sakunya dan menariknya keluar. Ia membuka flip ponselnya dan mendapati satu pesan baru di layarnya. Belum sempat ia membuka pesan itu, sebuah tangan kekar seorang lelaki menepuk pelan bahunya.

“Yoona-aa, sutradara sudah memanggil kita ke lokasi berikutnya.” Yeoja yang dipanggil Yoona itu mendongak dan tersenyum mendapati sesosok namja yang belakangan ini selalu menemaninya di lokasi syuting.

“Oh, ne. Kalau begitu ayo kita ke sana Jaejung oppa!” ajak Yoona antusias. Yeoja itu bergegas berdiri dari duduknya dan berjalan bersama Park Jaejung, lawan main dalam daily drama pertamanya, menuju lokasi yang dimaksud. Satu pesan yang masuk ke dalam ponselnya segera terlupakan karena ia terlanjur tenggelam dalam agenda syuting strippingnya.

Sementara itu, seseorang yang mengirimi yeoja itu pesan tengah gelisah menunggu balasan. Aish, kemana anak itu? Kenapa pesanku belum juga dibalas?

“Kibum-ssi, sudah saatnya kita take scene selanjutnya.” tegur seorang namja paruh baya kepada seorang namja berparas tampan yang sempat terlihat gelisah.

“Ah, ne. Baiklah hyung. Mari.” ajak namja bernama Kibum itu sambil memaksakan seluas senyum untuk menutupi kegelisahannya. Kumohon Yoong, balaslah pesanku, pinta namja itu dalam hati sebelum berlalu dan tenggelam dalam kepadatan jadwal syutingnya.

-o0o0o-

            “Yoona-aa! Yoona-aa! Gidariseyo!” panggil seorang namja kepada Yoona yang baru saja selesai tampil bersama kelompoknya di panggung salah satu acara musik ternama di Korea.

“Ah, Onew oppa! Annyeong.” sapa Yoona sambil membungkuk dalam kepada Onew yang notabene setahun lebih tua darinya. Onew balas membungkuk singkat dan kembali memandang Yoona dengan ekspresi cemas.

“Yoona-aa, aku butuh bantuanmu sekarang.” pinta Onew tanpa basa-basi. Yoona langsung mengerutkan alis kebingungan.

“Bantuan apa oppa?” tanya Yoona. Yeoja itu memilih untuk memisahkan diri dari kelompoknya yang beristirahat di ruang ganti dan mendekati Onew.

“Taemin.. Taemin..” Namja itu tidak tahu harus mulai dari mana, sehingga yang mampu diucapkannya hanyalah nama Taemin, maknae kelompoknya, yang memang menjadi masalahnya saat ini.

“Ada apa dengan Taemin, oppa?” tanya Yoona lagi. Kali ini ia mencondongkan tubuh ke arah Onew dan menunjukkan raut kecemasannya.

“Dia sakit, Yoona-aa. Badannya demam tinggi sekali. Padahal malam ini kita harus tampil. Dia menolak untuk minum obat. Dia bilang.. Dia bilang..” lagi-lagi Onew terbata-bata dalam memberikan jawaban yang sukses meningkatkan kecemasan Yoona.

“Apa? Kenapa oppa tidak jujur saja pada manajer oppa tentang keadaan Taemin? Setahuku pihak acara tidak akan memaksa untuk tampil kalau memang kondisinya tidak memungkinkan.” jelas Yoona cepat.

“Aniyo, Yoona-aa. Kami sudah mengatakan hal itu dan memaksanya untuk beristirahat di dorm, tapi dia ngotot ingin tetap tampil. Sebenarnya dia mau minum obat asalkan.. asalkan.. kau yang mencekokinya.” ucap Onew yang akhirnya berhasil mengatakan apa yang sebelumnya tersumbat di tenggorokannya.

“Apa?! Aish, dasar anak itu! Baiklah oppa, aku mau. Dimana ruang ganti kalian?” tanya Yoona bersemangat. Bukan apa-apa, tetapi sejak Yoona mengenal Taemin, ia sudah jatuh hati pada namja itu dan terlanjur menyayanginya seperti adik sendiri. Maklum saja, Yoona adalah bungsu dari dua bersaudara dalam keluarganya. Meski tingkah lakunya sangat kekanakan, namun di dalam hatinya ia sangat menginginkan kehadiran seorang adik yang lucu. Dan hal itu ia dapatkan dari Taemin. Bukan berarti Seohyun tidak ia anggap sebagai adik, namun pemikiran Seohyun yang seringkali lebih dewasa darinya membuat Yoona merasa kalau dialah sang maknae. Meskipun begitu, ia tetap berusaha untuk menjadi kakak yang baik bagi Seohyun.

“Eh? Ah, kalau begitu ayo ikut denganku. Ruang ganti kami ada di sana.” ajak Onew sambil menuntun yeoja itu menuju ruang ganti kelompoknya. Begitu sampai di depan ruang ganti bertuliskan ‘SHinee’s Room’, Yoona langsung mendorong pintunya ke belakang dan melesat menuju satu sosok yang terbaring di atas sofa tanpa memperhatikan tatapan member SHinee lainnya.

“Taeminnie! Astaga, lihat dirimu sekarang! Lemas dan wajahmu sangat pucat. Dan.. ” Yoona menggantung ucapannya lalu menempelkan punggung tangannya ke kening Taemin. “Demammu tinggi sekali! Dengan demam setinggi ini kau masih nekat mau tampil? Ckck. Apa kau sudah minum obat, huh?” lanjut Yoona dalam omelannya. Sementara itu Taemin hanya mampu terbengong-bengong menyaksikan bukti ke-overprotektif-an Yoona.

“Yoona noona, apa yang kau..?” belum sempat Taemin menyelesaikan ucapannya, yeoja itu sudah mengacungkan telapaknya dengan beberapa butir obat di atasnya.

“Minum ini dan kau boleh tampil, arraseo?” perintah Yoona tegas. Sementara Taemin yang masih belum bisa memproses perintah Yoona hanya terdiam. Karena obat-obat itu tidak juga diambil oleh Taemin, Yoona merasa gemas dan berniat untuk meminumkannya secara paksa.

“Kau mau minum sendiri atau aku yang akan memasukkan paksa obat-obat ini ke mulutmu?” tanya Yoona tegas. Taemin tersadar dan membelalakkan kedua matanya.

“Ne?! Ani! Biar aku yang meminumnya sendiri, noona.” tolak Taemin yang langsung mengambil semua butiran obat itu dan meminumnya dalam sekali tenggak.

“Nah, begitu kan lebih baik. Good boy.” puji Yoona sambil mengusap dan menepuk pelan kedua pipi Taemin. “Ini minumnya.” lanjut Yoona sambil mengangsurkan sebotol air mineral yang ada di atas meja. Taemin berusaha menggapai dan memegang botol itu, namun rasa pusing tiba-tiba menderanya.

“Aargh” ringis Taemin yang kembali menjatuhkan kepalanya ke sandaran lengan sofa yang ditidurinya. Yoona terkesiap kaget, begitupun member SHinee lainnya hingga mereka langsung mendekat dan mengerumuni Taemin.

“Taemin-aa, kau kenapa?”

“Mana yang sakit?”

“Apa perlu kupanggil manajer hyung dan memintanya untuk mengantarmu ke rumah sakit?

Banyak pertanyaan berdengung di kepala Taemin dan membuat kondisi namja itu semakin memburuk. Dengan sisa tenaganya, ia bersama untuk mendudukkan diri dan membuat satu keputusan.

“Aku tetap akan tampil. Aku sudah minum obatnya dan aku akan baik-baik saja. Aku janjikan itu pada kalian.” putus Taemin yang menimbulkan kalimat penolakan dari member lainnya.

“Andwe, Taemin-aa! Kau tidak harus tampil. Kau harus istirahat.”

No, big no Taemin! Aku tidak akan mengijinkanmu tampil.”

“Kau sedang sakit, Taemin-aa, kau jangan memaksakan diri.”

Taemin merasa pusing dengan rentetan larangan dari para hyungnya yang mendadak menjadi super bawel malam ini. Meski demamnya memang belum turun, namun ia tidak merasa selemah itu. Terlebih setelah Yoona datang dan sangat terlihat mengkhawatirkannya. Entah kenapa kekhawatiran dan perhatian yang baru saja yeoja itu tunjukkan telah menyuntikkan tambahan tenaga dalam diri Taemin, membuatnya yakin kalau dia akan sanggup tampil malam ini.

“Hyung! Diamlah! Aku pusing mendengar kebawelan kalian. Pokoknya malam ini aku tetap mau tampil. Titik tanpa koma.” Tegas Taemin sekali lagi yang berhasil membungkam mulut Minho, Key, Jonghyun, dan bahkan Onew sang leader.

            “Tapi Taeminnie..” Yoona yang hendak menyuarakan keberatannya langsung dibungkam Taemin dengan pelukan tiba-tiba ke arahnya.

“Tenanglah noona, aku tidak akan apa-apa. Aku senang noona mengkhawatirkanku. Gomawoyo. Sepertinya aku harus lebih sering membuatmu khawatir agar kau mau memperhatikanku, hehe.” Bisik Taemin halus sambil menyunggingkan senyum jahilnya yang tentu saja tidak dapat dilihat Yoona.

“Taemin-aa, apa-apaan kau..?” tanya Yoona yang masih dibekap Taemin dalam pelukannya. Yeoja itu baru benar-benar tersadar dan hendak berontak melepaskan diri ketika pelukan Taemin mengendur dan kemudian terlepas.

“Ayo hyung, sepuluh menit lagi kita tampil! Kajja!” ajak Taemin antusias seolah demam yang dirasakannya mendadak hilang. Minho, Key, Jonghyun, dan Onew masih beku dalam keterkejutannya sampai Taemin terpaksa berteriak sekali lagi.

“HYUNG! Ayo!”

“Ah, ne, ne.” Keempat orang itu tersentak sadar dan bergegas menyesaki pintu keluar menuju backstage, meninggalkan Yoona yang masih ternganga kebingungan. Sebelum menghilang ke dalam backstage, Taemin kembali menyembulkan kepalanya dari balik pintu dan tersenyum, “Saranghaeyo Yoona noona”.

Mistake (part 6)

Mistake 2

Sungmin oppa is calling.

“Yeoboseyo? Ne, wae geuraeyo oppa?” tanya seorang yeoja yang tengah berkutat dengan beberapa bahan masakan di atas meja dapur. Celemek coklat bermotif bunga sakura melekat pas di tubuhnya yang terbilang tinggi semampai. Earphone terpasang di telinga kirinya, membuatnya dapat berkomunikasi dengan Sungmin sementara kedua tangannya sibuk memotong-motong setumpuk sayuran hijau di hadapannya. Gerakannya terhenti begitu mendengar kabar yang diberitahukan oleh Sungmin di ujung sana.

“Nde? Apa oppa bilang? Oppa sedang tidak bercanda kan?” pekiknya keras dan membuat keempat yeoja lainnya yang sedang berada di ruangan yang sama menoleh ke arahnya. Empat pasang mata menatapnya dengan sebelah alis dinaikkan, meminta jawaban dari yeoja yang memekik tadi. Sayangnya yeoja itu tidak menyadari pernyataan bahasa tubuh mereka. Ia malah terlihat panik dan meracau dengan seseorang dalam sambungan telepon itu.

“Kok bisa? Maksudku, kemarin dia baik-baik saja. Apa.. apa dia.. tidak apa-apa?” tanya yeoja itu sambil membuka ikatan celemek di pinggangnya dan melepas kaitan celemek itu dari leher jenjangnya. Sayuran yang baru setengah terpotong tampak dibiarkan begitu saja dengan pisau yang digeletakkan seenaknya. Yeoja itu kini berjalan tergesa menuju salah satu kursi makan yang berada tidak jauh dari meja dapur dan meraih secara serampangan sebuah jaket biru gelap dari sandarannya. Tanpa melepaskan earphone dari telinganya, ia bergegas keluar dan menuju lorong yang mengarah ke pintu keluar.

“Mianhae eonnie, aku harus ke dorm oppadeul Super Junior sekarang. Annyeong!” pamit yeoja itu sambil mengikatkan tali sepatu ketsnya. Jaket biru gelap itu telah menutupi tubuhnya meski terlihat sedikit berantakan. Sebuah kacamata hitam telah bertengger di hidung mancungnya, menutupi sepasang mata yang mulai memerah menahan air mata. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, yeoja itu membuka selot pintu dari dalam dan menghambur keluar, menyisakan senyuman misterius dari keempat temannya.

“Saatnya pertunjukan dimulai!” teriak keempat yeoja yang masih berada di dapur berbarengan. Kedua tangan mereka terangkat ke udara, bahkan dua orang di antaranya sampai meloncat. Entah apa yang membuat mereka mendadak senang seperti itu. Namun yang jelas mereka berempat langsung sibuk menyingkirkan dan membersihkan peralatan memasak mereka ke tempatnya semula. Sayuran yang telah terpotong dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tempat khusus, begitu juga bahan makanan lainnya. Begitu semuanya telah kembali rapi, keempatnya segera berhamburan masuk ke dalam kamar dan keluar dengan dandanan yang berbeda.

“Ayo kita susul dia!” ajak salah seorang dari mereka. Ketiga temannya mengangguk setuju dan mulai bersiap meninggalkan dorm dengan pakaian penyamaran masing-masing. Setelah siap, keempat yeoja yang dikenal publik sebagai Taeyeon, Tiffany, Jessica dan Hyoyeon segera keluar dan berjalan cepat ke suatu tempat yang mereka kenal. Dorm Super Junior.

-o0o0o-

Sementara itu, di dorm Super Junior telah terjadi kehebohan dengan kedatangan seorang yeoja berjaket biru gelap. Yeoja itu langsung menghambur ke dalam dan berlari ke arah kamar salah seorang member Super Junior tanpa membiarkan satu orangpun menghalanginya. Begitu ia telah sampai di ruangan yang dimaksud, kedua matanya terbelalak kaget melihat seseorang yang sangat dikenalnya terbujur lemah di atas tempat tidur. Wajahnya pucat dengan kedua mata terpejam.

“Kyuhyun oppa!” teriak yeoja itu yang langsung berlari ke arah orang yang dipanggilnya. Ia berhenti di samping ranjang itu dengan tubuh yang ditahan oleh seorang namja. Pandangannya dengan cepat beralih dan menemui seraut wajah yang beberapa menit lalu menghubunginya.

“Sungmin oppa, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Kyuhyun oppa sampai pingsan seperti ini? Apa manajer Kibum hyung sudah dihubungi? Apa dokter manajemen akan segera memeriksanya?” tanya yeoja itu beruntun dengan suara bergetar menahan tangis. Sungmin yang menahan tubuh yeoja itu menggeleng pelan.

“Aniyo, aku juga tidak tahu Yoong. Kami tidak tahu apa yang terjadi sampai dia pingsan seperti ini. Manajer Kibum hyung dan dokter manajemen sudah berusaha kami hubungi, tapi ponsel keduanya sedang sibuk.” Jawab Sungmin sambil mendudukkan yeoja bernama Yoong, atau lebih dikenal sebagai Yoona, di samping Kyuhyun yang belum sadarkan diri. Bahu Yoona melorot begitu mendengar jawaban Sungmin.

“Tapi.. tapi, kenapa kalian diam saja? Apa.. apa tidak ada yang punya kenalan seorang dokter?” tanya Yoona yang masih dilanda kepanikan. Pandangannya beredar ke sekitar ruangan yang berisi beberapa namja yang telah dikenalnya. Sungmin, Ryeowook, Donghae, Eunhyuk, Leeteuk dan Yesung. Semuanya berdiri mematung tanpa melakukan apapun. Tentu ini membuat Yoona merasa geram.

“Oppa! Kyuhyun oppa pingsan dan kalian hanya diam? Lakukan sesuatu, jebal.” Pinta Yoona sambil menggigit bibir bawahnya, suatu tanda kalau yeoja itu tengah menahan dirinya agar tidak berteriak ataupun melakukan sesuatu yang kasar pada oppadeulnya. Leeteuk menghembuskan napas berat dan berjalan perlahan ke arah Yoona. Kedua matanya menatap prihatin pada yeoja yang dikenal dekat dengannya sejak masa pelatihan.

“Cium dia, Yoong.” Ujar Leeteuk pelan. Yoona yang mendengar perkataan itu hanya dapat menatap namja di depannya dengan pandangan yang seolah menyatakan apa-kau-sudah-gila-oppa.

“Nde? Oppa! Ini bukan saatnya bercanda! Kau keterlaluan! Dongsaengmu sakit dan kau..” kemarahan Yoona terpotong oleh ucapan Sungmin yang menyentuh bahunya perlahan.

“Lakukan saja Yoong. Meski aku tahu ini terdengar konyol, tetapi kita juga harus percaya kalau keajaiban itu memang ada. Kau tentu tahu kisah tentang putri tidur dan putri salju kan? Lakukan apa yang penyelamat mereka lakukan, Yoong. Cium dia.” Ujar Sungmin yang menambah kebingungan Yoona. Matanya melotot tidak percaya begitu mendengar penjelasan Sungmin yang dirasanya tidak masuk akal dan kekanak-kanakan.

“Nde? Oppa! Apa-apaan kau? Itu hanya dongeng pengantar tidur! Yang dibutuhkan Kyuhyun oppa adalah dokter, bukan ciuman! Ada apa dengan kalian sebenarnya?” tanya Yoona dengan kemarahan yang sudah dapat ditutupi lagi.

“Yoong, jebal.” Kali ini Donghae berusaha membujuk Yoona. Yeoja itu menatap tajam ke arah Donghae yang justru tidak surut langkah menghadapinya. Namja itu malah berjalan mendekatinya dan duduk berlutut di hadapannya, “Jebal”. Pandangannya terlihat jelas memohon pada yeoja yang masih bergeming. Melihat Donghae yang berlutut memohon padanya jelas membuat Yoona merasa tidak tega. Perlahan tubuhnya mulai melemas dan menatap pasrah pada lima namja lainnya. Kelima pasang mata itu memancarkan pernyataan yang sama, memohon padanya untuk melakukan apa yang diminta oleh Leeteuk.

“Baiklah, meski aku masih tidak mengerti kenapa kalian terlalu percaya pada dongeng pengantar tidur seperti itu, aku akan mencobanya. Aku yakin ini tidak akan menyadarkan Kyuhyun oppa, tetapi aku tidak ingin berdebat dengan kalian lebih lama.” Ujar Yoona mengalah. Kepalanya tertunduk lemas dan kemudian terangkat memandangi Kyuhyun yang masih terpejam. Perlahan yeoja itu mendekatkan kepalanya ke arah namja yang telah resmi menjadi kekasihnya. Suatu hubungan yang terlanjur diketahui oleh member Super Junior dan SNSD lainnya akibat Kyuhyun yang tidak sengaja memanggilnya “chagi” saat mereka semua tengah berkumpul untuk membahas pertunangan Leeteuk dengan Taeyeon bulan lalu. Yeoja itu memejamkan kedua matanya begitu jarak antara bibirnya dengan Kyuhyun tinggal beberapa millimeter. Bangunlah oppa, harap Yoona dalam hati. Cup! Bibirnya mendarat lembut di atas bibir Kyuhyun.

“Gomawo chagi-aa. Happy 3rd months anniversary.” Bisik seseorang di telinganya dengan lembut. Yoona membuka kedua matanya dan mendapati sepasang mata kekasihnya menatap nakal ke arahnya. Yeoja itu segera menarik tubuhnya dan hendak mengusap bibirnya ketika salah satu tangan Kyuhyun mencegahnya.

“Andwe. Kau tidak boleh menghapusnya. Aku tidak ingin kau menghilangkan bukti ciuman pertama darimu kepadaku.” Cegah Kyuhyun. Sekarang namja itu telah tersadar sepenuhnya dan mendudukkan diri dengan mudah sehingga menyamai tinggi mata kekasihnya. Salah satu tangan yeoja itu yang masih bebas segera mendaratkan beberapa pukulan ringan di bahu dan lengan Kyuhyun.

“Kau jahat, oppa! Tega sekali kau mengerjaiku! Kau tahu betapa takutnya aku saat melihatmu seperti tadi? Kau jahat!” pekik Yoona. Mendadak yeoja itu memalingkan kepalanya dan mendaratkan tatapan kesal kepada enam namja lainnya yang tengah menahan tawa.

“Ya! Oppa! Kalian semua berkomplot, huh?” tuduh Yoona dengan mata disipitkan. Keenam namja yang dituduh tidak menjawab apa-apa. Mereka malah tertawa terbahak-bahak begitu melihat ekspresi Yoona. Yeoja itu menggembungkan pipinya pertanda kesal.

“Hahaha, kau lucu sekali Yoong! Lagipula kenapa kau mau saja menuruti perkataan Teuki hyung? Jelas-jelas kau tidak percaya, haha.” Ucap Eunhyuk yang berusaha mengendalikan tawanya.

“Sejak kapan ciuman dapat menyadarkan seseorang, Yoong? Kecuali ciuman itu untuk memberikan napas buatan, haha.” Kali ini Leeteuk yang menertawakan kebodohan Yoona. Yeoja itu memang dikenal mudah dikerjai, meskipun dia juga ahli dalam mengerjai orang lain. Entah kenapa dua sifat yang bertolak belakang ini justru ada dalam diri Yoona. Orang-orang yang mengenalnya pun tidak habis pikir mengenai hal itu.

“Oppaa!” teriak Yoona kesal melihat dirinya ditertawai habis-habisan begitu. Kyuhyun yang menyadari kekesalan Yoona segera memeluk yeoja itu dan mengusap puncak kepalanya.

“Sudahlah, Yoong, jangan pedulikan mereka. Bagaimana kalau kau menciumku lagi?” tanya Kyuhyun iseng yang langsung mendapat cubitan keras di pinggangnya.

“Aduuh! Appo! Arra, arra..” ucap Kyuhyun sambil melepaskan Yoona dari pelukannya dan mengangkat tangan ke atas sebagai tanda dia menyerah. Kamar Kyuhyun yang masih dipenuhi gelak tawa itu bertambah heboh begitu ada empat yeoja yang bergabung di dalamnya.

“Hahaha, kena juga kalian!” teriak Taeyeon sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Kyuhyun dan Yoona. Yoona membuka mulutnya dan menatap tidak percaya pada keempat yeoja yang mendadak bergabung dalam keributan itu.

“Eonnie?! Jadi kalian juga ikut bersekongkol dengan mereka?” tanya Yoona yang dijawab anggukan bersemangat dari Taeyeon, Tiffany, Jessica dan Hyeoyeon.

“Nde! Tentu saja kami tidak mau ketinggalan, Yoong.” Tambah Tiffany yang tanpa sengaja memperlihatkan eye smile-nya akibat tawa lebarnya. Yoona merengut kembali sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Happy 3rd months anniversary KyuNa!” teriak mereka semua bersamaan yang langsung mendapat lemparan bantal dari Yoona. Kyuhyun hanya tergelak melihat adegan perang bantal yang mendadak terjadi di dalam kamarnya. Meski ia harus merapikan kamarnya nanti, namun saat ini ia begitu bahagia karena Yoona ada bersamanya. Ia tidak bisa memikirkan hal lain sekarang kecuali memeluk pinggang Yoona dan menciumi wangi bergamodt dari rambutnya meski yeoja itu malah asyik perang bantal dengan member lainnya.

Di lain pihak, Yoona merasa terharu dengan beberapa member yang turut merayakan tanggal bahagianya. Meski dia sempat merasa kesal karena telah dikerjai, namun perasaan kesal itu menguap begitu saja saat tangan Kyuhyun melingkar di pinggangnya. Yeoja itu berpura-pura untuk tidak menyadari apa yang dilakukan Kyuhyun dengan terus berperang bantal bersama eonniedeul dan oppadeulnya. Padahal jantungnya berpacu cepat begitu tubuhnya bersentuhan dengan Kyuhyun.

“Nan neomu neomu neo saranghae, uri Yoongie.” Bisik Kyuhyun yang segera dibalas oleh Yoona tanpa berpaling menatap namja itu, “Nado saranghae, uri Kyuppa”.

When The Last Teardrop Falls (part 7)

for fanfic 2

When I was meant to walk these streets alone

Pagi ini Yoona sudah beraktivitas seperti biasanya. Jadwal yeoja itu kembali padat oleh pemotretan, syuting tayangan komersial suatu produk, dan latihan rutin SNSD. Taeyeon yang masih khawatir dengan kesehatan Yoona telah meminta Hyeoyeon untuk selalu menyiapkan bekal makan siang bagi dongsaengnya itu. Terlebih Seulong, yang mendapat penjelasan dari dokter rumah sakit, memberitahunya bahwa kondisi pencernaan Yoona saat ini tidak lagi sebaik dulu. Sebagai eonnie sekaligus leader bagi grupnya, Taeyeon memang terkenal sangat perhatian terhadap semua membernya.

“Yoong, sepagi ini kau mau kemana?” tanya seorang yeoja yang tengah beraktivitas rutin seperti biasanya, yaitu melakukan gerakan-gerakan pemanasan.

“Pagi ini aku ada jadwal pengambilan gambar, Yuri eonnie. Settingnya memang pagi hari, jadi aku harus sudah sampai di sana sebelum jam 07.30. Sebentar lagi manajer oppa akan datang menjemputku.” Jawab Yoona sambil merapikan ikatan rambutnya. Yuri menggeleng tidak percaya begitu mendengar jawaban Yoona.

“Ckck, kau ini baru sembuh sudah sibuk lagi.” Decak Yuri. Di beberapa area kaos putih yang dikenakan yeoja itu terlihat basah. Kulitnya yang mulus telah bersimbah keringat. Sepertinya ia sudah cukup lama melakukan pemanasan.

“Aku sudah sehat, eonnie. Lagipula aku sudah tanda tangan kontrak, tidak mungkin aku mungkir tanpa alasan.” Ucap Yoona riang. Sepertinya suasana hati Yoona sedang bagus. Sampai-sampai Hyeoyeon yang sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Yoona menoleh ke arah yeoja yang disebut-sebut mempunyai banyak fanboy itu.

“Kelihatannya kau sedang senang, Yoong. Meskipun aku tahu kau adalah gadis yang ceria, tapi kali ini nada suaramu berbeda. Apakah aku benar?” tebak Hyeoyeon. Yoona mendongak dan mendapati semua orang yang sedang berada di ruangan itu menatapnya dengan penuh selidik.

“Sepertinya Hyeoyeon benar, aku juga …” belum selesai seorang yeoja mengutarakan pendapatnya, ia sudah dipotong oleh ucapan dari yeoja lainnya.

“Hyeoyeon eonnie, Young-aa. Hyeoyeon eonnie.” Ujar yeoja berambut blonde dengan potongan pendek sambil menekankan perkataannya pada kata ‘eonnie’. Sementara itu yang ditegur hanya merengut kesal. Ia tidak pernah biasa memanggil member lainnya dengan sebutan eonnie meskipun mereka memang lebih tua darinya.

“Ne, ne Sunny-aa.” Balas yeoja yang dikenal sebagai member paling tinggi di SNSD, Choi Sooyoung. Yeoja yang dipanggil Sunny menoleh dan mendelik kesal.

“Sudah, sudah! Kalian ini, pagi-pagi sudah ribut.” Lerai Taeyeon tegas. Kedua yeoja itu segera terdiam, meskipun bahasa tubuh keduanya kini menunjukkan kalau keduanya saling meledek satu sama lain.

“Hmm, sepertinya apa yang dikatakan Hyeoyeon ada benarnya. Kau terlihat berbeda pagi ini, Yoong.” Ujar Taeyeon sambil mengelus-elus dagunya. Yoona mendadak salah tingkah ditatap seperti itu oleh eonniedeulnya.

“A… Aniyo eonnie! Aku merasa biasa saja. Ah, Hyeoyeon eonnie saja yang berlebihan, hahaha.” Jelas Yoona yang diikuti tawa canggung dari mulutnya. Baru saja ia hendak beranjak dan menghindari pertanyaan-pertanyaan berikutnya, Seohyun datang menghampirinya sambil membawa sesuatu di genggaman tangannya.

“Yoona eonnie! Ponselmu tertinggal di meja.” Teriak Seohyun sambil mengangsurkan benda mungil itu ke tangan Yoona.

“Gomawo Hyunnie! Aku mencari ini dari tadi. Ternyata aku tinggal di meja, hehe.” Ujar Yoona dengan wajah sumringah.

“Cheonmaneyo eonnie.” Balas Seohyun sambil tersenyum. Sebelum ia berbalik dan kembali ke kamar, maknae SNSD itu tampak mengerutkan kening seolah mengingat sesuatu. Tak lama kemudian wajahnya kembali cerah dan melanjutkan perkataannya, “Oh iya, aku baru ingat. Tadi ada yang menelepon Yoona eonnie. Belum sempat aku angkat, ponselnya sudah berhenti bergetar.”

“Nuguya?” tanya Yoona.

“Jonghyun oppa.” Jawab Seohyun. Yoona terkejut mendengarnya, namun ia berusaha menutupi keterkejutannya itu dan kembali bertanya dengan bersikap sebiasa mungkin.

“SHinee Kim Jonghyun?” Seohyun menggeleng.

“Aniyo. Lee Jonghyun oppa, adik Donghae oppa.” Jawab Seohyun polos. Yoona melotot mendengar kepolosan Seohyun. Wajahnya seketika memerah begitu mendengar nama Lee Jonghyun. Sialnya perubahan itu terlihat jelas oleh Taeyeon, Yuri, Hyeoyeon, Sunny, Sooyoung dan Seohyun yang saat itu tengah memperhatikannya.

“O… Oh, ne, arraseo. Aku tidak tahu kenapa dia menghubungiku, tapi aku akan menghubunginya nanti.” Ujar Yoona, kikuk.

“Oke, oke, kami tidak akan mencecarmu saat ini Yoong. Kau sudah hampir terlambat untuk ke lokasi pengambilan gambarmu. Sekarang pergilah, tapi nanti malam kau harus menceritakan semuanya kepada kami. Ingat Yoong, semuanya.” Ucap Yuri dengan penekanan pada kata ‘semuanya’. Yuri bukannya tidak merasa penasaran, namun dia tahu Yoona sedang sibuk pagi ini. Dia hanya tidak mau membuat jadwal yeodongsaengnya itu berantakan karena interogasi dari member lainnya yang penasaran akan perubahan Yoona. Dan ia tahu kalau tindakannya ini disetujui oleh Taeyeon, Hyeoyeon, Sunny dan Seohyun meskipun Sooyoung langsung melotot protes kepadanya.

“Ne, baiklah Yuri eonnie. Aku berangkat dulu, annyeong!” pamit Yoona yang segera dicegah oleh Hyeoyeon.

“Yoongie, tunggu! Ini bekalmu. Jangan lupa dimakan dan dihabiskan ya!” pesan Hyeoyeon sambil memberikan kotak bekal makanan berukuran sedang yang berisi hasil masakannya. Yoona berbalik dan segera mengambil kotak bekal itu.

“Ah, iya, aku lupa! Gomawoyo eonnie, pasti aku habiskan. Yaksoke.” Ujar Yoona sambil tersenyum lebar dan berlari ke arah pintu. Tanpa kesulitan berarti ia berhasil membuka pintu apartemen dan berjalan keluar. Sebelum menutup pintu ia kembali berpamitan pada member lainnya.

“Annyeonghi gyeseyo, eonnie, Hyunnie.” Pintu apartemen langsung terkunci secara otomatis begitu Yoona menutupnya dari luar. Suasana di dalam apartemen yang juga dorm SNSD kembali seperti biasa. Para penghuninya mulai sibuk dengan jadwal masing-masing. Sementara itu, Yoona yang telah berada di luar telah berubah menjadi pribadi yang lain. Ia yang tampak ceria, bahkan hari ini dianggap berlebihan oleh Hyeoyeon, sekarang menampakkan raut kelelahan. Manajer yang menemaninya menatap khawatir dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

“Yoona-ssi, neo gwaenchanayo?” Yoona mendongak dan tersenyum tipis.

“Nan gwaenchanayo oppa. Kau tidak perlu khawatir.” Jawabnya. Ia tahu jawaban itu tidak memuaskan manajernya. Terbukti dari kedua mata manajernya yang masih menatapnya. Yoona menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah manajernya.

“Aku serius oppa, aku baik-baik saja. Ayo oppa, kita harus cepat kalau tidak mau terlambat. Lagipula aku sudah tidak sabar untuk menikmati suasana pantai di pagi hari seperti ini.” Ujar Yoona sambil menunjukkan ekspresi tidak sabar dan bersemangatnya. Manajernya menghembuskan napas lega begitu melihat ekspresi yang biasa ia temukan pada diri Im Yoona. Laki-laki itu bertambah lega saat mendengar gumaman Yoona selanjutnya, “Hmm, sepertinya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku pergi ke pantai sepagi ini.”

“Kalau begitu naiklah, kau terlihat sangat tidak sabaran. Semoga kau tidak mengeluh kalau-kalau kita terjebak macet di perjalanan.” Sahut sang manajer santai sambil membukakan pintu penumpang untuk Yoona.

“Nde? Macet? Aish, aku harap tidak ada macet pagi ini. Aku benci kemacetan.” Rutuk Yoona sambil memasuki mobil dan mendudukkan diri di kursi penumpang. Seperti yang telah diajarkan Seohyun berulang kali padanya tentang pentingnya keselamatan selama berkendara, kini secara otomatis ia langsung mengenakan sabuk pengaman begitu duduk di kursinya. Di posisi kursi manapun itu. Setelah menutupkan pintu mobil untuk Yoona, manajernya segera memasuki kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil.

“Kita berangkat Yoona-ssi. Aku ucapkan selamat kembali dalam kegilaan jadwalmu.” Gurau manajernya yang segera mendapat tawa khas Yoona, crocodile laugh. Mobil hitam itu segera meluncur dan membelah jalanan kota Seoul yang telah ramai oleh pengguna jalan lainnya. Baru sepuluh menit mereka berkendara, ponsel milik Yoona bergetar dan memekik nyaring menyuarakan lagu Complete, salah satu lagu dalam album pertama SNSD yang juga menjadi lagu favoritnya.

Lee Jonghyun is calling. Yoona mengerutkan keningnya dan merasa kebingungan. Dia menghubungiku lagi? sebenarnya ada apa? Apa terjadi sesuatu padanya? Atau pada Donghae oppa? Ia terus berspekulasi dengan pikirannya, dan sebelum spekulasi itu memburuk ia memutuskan untuk menjawabnya.

“Yeoboseyo?”

“…”

“Ne, ini aku, Yoona. Maaf kalau tadi pagi aku tidak menjawab teleponmu, Jonghyun-ssi. Aku lupa dimana meletakkan ponselku sampai Seohyun menemukannya dan memberikannya padaku.”

“…”

“Ya ya, tertawalah sesukamu. Aku akan menunggu sampai kau selesai menertawaiku.”

“…”

“Aniyo, aku tidak marah. Untuk apa? Marah akan membuatku menua lebih cepat, haha.”

“…”

“Jonghyun-ssi, sebenarnya ada apa? Kenapa kau sampai harus menghubungiku dua kali hari ini? Apakah terjadi sesuatu denganmu?”

“…”

“Oh, syukurlah kalau tidak terjadi apapun. Err, bagaimana dengan Donghae oppa? Apakah terjadi sesuatu dengannya? Ani, maksudku bagaimana kabarnya?”

“…”

“Oh, ne. Aku senang kalau kalian baik-baik saja. Sepertinya di sana ribut sekali Jonghyun-ssi, kau ada dimana saat ini?”

“…”

“Jeongmalyo? Ah, chukaeyo! Semoga dramamu sukses.”

“…”

“Ne, drama terbaruku baru saja selesai. Yah, sejujurnya aku agak kecewa dengan rating dramaku kali ini. Tapi harus kuakui kalau kemampuan beraktingku semakin terasah berkat drama ini. Apakah kau pernah menontonnya?”

“…”

“Mwo? Jeongmalyo? Kau menonton seluruh episode sampai selesai? Gomapseumnida Jonghyun-ssi.”

“…”

“Aniyo. Pada awalnya aku sangat canggung karena itu drama pertamaku setelah 3 tahun vakum. Untunglah Geunsuk oppa dan pemain lainnya terus membantuku, termasuk para staff. Semua pujianmu itu akan aku sampaikan pada mereka karena merekalah yang lebih berhak mendapatkannya.”

“…”

“Hahaha, terserah padamu.”

“…”

“Sekarang? Hmm, sekarang aku sedang dalam perjalanan ke tempat pengambilan gambar untuk iklan.”

“…”

“Ah, ne, aku mengerti. Sampaikan salamku pada seluruh kru. Semoga harimu menyenangkan Jonghyun-ssi.”

“…”

“Chankkanman, err Jonghyun-ssi, tolong sampaikan juga salamku untuk err Donghae oppa ya. Annyeong.” Begitu sambungan terputus, Yoona segera menurunkan ponselnya dari telinga dan memandang keluar jendela. Donghae oppa, apa yang sedang kau lakukan saat ini? Apa kau sudah makan? Aku lega kau baik-baik saja. Tahukah kau oppa? Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Dan aku sangat berharap telepon tadi adalah darimu, gumam Yoona dalam hati yang diikuti dengan helaan napas berat dari mulutnya. Ia mengalihkan pandangannya sebelum ada air mata yang keluar. Tangannya merogoh tas yang dibawanya dan menarik sesuatu keluar. Sebuah earphone. Ujung earphone itu ia masukkan ke dalam lubang earphone di iPod miliknya. Begitu ia memasang bantalan earphone itu ke telinganya, yeoja itu segera larut dalam dunia buatannya dan tidak mengatakan apapun sampai mereka tiba di lokasi pengambilan gambar hari ini.

Heartbreak (part 4)

“Oppa, kenapa oppa lama sekali?” tanya seorang yeoja bergaun putih panjang sedikit kesal begitu  melihat seorang namja berpakaian serba putih menghampirinya. Namja yang dimaksud oleh yeoja itu hanya tersenyum kecut meminta maaf sambil menggaruk tengkuknya canggung.

“Ah, mianhae Yoong. Tadi aku ada sedikit urusan.” Jawab namja itu begitu sampai di hadapan yeoja berambut panjang bergelombang yang tengah menatapnya sambil mengerucutkan bibirnya ke depan, tanda kalau yeoja itu tidak sepenuhnya menerima jawaban yang ia berikan.

“Memang urusan apa? Sebegitu pentingkah sampai kau lupa janjimu untuk menemuiku?” tuntut yeoja itu lagi. Yeoja bergaun putih panjang dengan rambut panjang bergelombang itu bernama Lim Yoon Ah atau biasa dipanggil Yoona. Sedangkan namja tampan yang tengah bersamanya adalah Choi Siwon. Keduanya kini tengah berada di suatu tempat yang tidak terjamah dunia manusia dimana segala sesuatu di sekeliling mereka serba putih dan beraura kedamaian.

“Aku baru saja menanyakan tentang hidupmu, Yoong.” Jawab Siwon tenang sambil menuntun Yoona untuk duduk di salah satu ayunan dari besi putih yang ada di tempat itu. Yoona menurut dan mendudukkan dirinya di atas ayunan dengan bagian bawah gaunnya menyapu dasar ayunan itu.

“Menanyakan tentang hidupku? Maksud oppa?” tanya Yoona tidak mengerti. Kedua matanya menelisik ke dalam dua bola mata Siwon yang menatapnya hangat.

“Belum saatnya kau pergi, Yoong. Kau ada di sini hanya untuk sementara, setelah itu kau harus kembali.” Jawab Siwon lugas. Yoona memundurkan kepalanya dan tatapannya kini berubah curiga. Tangan kanannya yang semula tergenggam erat dalam tangan kiri Siwon langsung ditariknya menjauh. Sikap tubuhnya kini memunculkan gestur waspada atas keterangan namja itu berikutnya.

“Kau harus kembali, Yoong. Belum saatnya kau berada di sini bersamaku. Belum saatnya kau mati.” Terang Siwon sekali lagi yang sukses membuat Yoona terpaku dalam keterkejutannya. Kedua tangannya mendekap mulutnya yang terbuka. Matanya memancarkan rasa tidak percaya yang ditegaskan dengan gelengan kepala berulang-ulang darinya.

“Suatu hari nanti kau akan ada di sini bersamaku, bersama orang-orang lainnya yang kau lihat akhir-akhir ini. Tetapi tidak sekarang. Sekarang kau harus kembali. Aku sendiri yang akan mengantarmu. Kajja.” Ajak Siwon sambil menjulurkan telapak tangannya yang terbuka ke arah Yoona yang masih saja terpaku.

“Yoong, kajja! Banyak orang sedang menunggumu saat ini.” Ajak Siwon sekali lagi. Yoona mendongak menatap Siwon dengan pandangan memohon yang dijawab dengan gelengan pelan oleh namja itu.

“Aniyo Yoong, kau harus pulang.” Tegas Siwon yang membuat Yoona tidak bisa membantah lagi. Dengan berat hati akhirnya Yoona menanggapi uluran tangan Siwon dan mengikutinya berjalan ke sebuah gerbang lengkung putih yang akan mengantarnya kembali ke dunia. Dunia yang tidak ingin ditinggalinya tanpa Siwon di sampingnya. Dunia yang justru akan mempertemukannya pada seseorang yang mencintainya sepenuh hati.

-o0o0o-

“Si.. won.. oppa..” panggil seorang yeoja dalam bisikan lirih. Sedikit kerutan terlihat di keningnya. Sebuah masker oksigen terpasang di wajah pucatnya. Cairan infus mengalir masuk ke dalam aliran darahnya melalui selang dan jarum yang ditusukkan di pergelangan tangan kanannya. Sementara lintangan kabel elektroda tampak simpang siur di atas dadanya yang tertutup baju pasien berwarna hijau. Lintangan kabel itu tersambung ke sebuah alat berbentuk kotak yang berada di samping kiri ranjang yeoja itu, memperlihatkan beberapa angka dan garis yang memberikan gambaran kehidupannya.

“Yoona-aa, kau sudah sadar? Kau sudah sadar anakku?” panggil seorang yeoja paruh baya yang segera menghambur ke arah anaknya. Kedua matanya terlihat sembab karena tidak berhenti menangisi kondisi putri semata wayangnya kini.

“Eomma..” panggil seorang namja yang turut menemani yeoja paruh baya itu. Namja itu langsung menghampiri ibunya dan memegang kedua bahunya. Kedua telinganya kurang peka sehingga ia tidak mendengar apa yang didengar ibunya. Dan hal itu membuatnya mengira ibunya kembali meracau seperti malam sebelumnya saat menunggui yeoja yang tak lain adalah adiknya, Lim Yoon Ah.

“Panggil dokter, Siwan-aa! Panggil dokter dan katakan kalau Yoona sudah sadar! Cepatlah!” perintah ibunya tanpa menghadap Siwan, kakak laki-laki sekaligus anak tertua keluarga Lim.

“Tapi eomma..” Siwan yang masih berpikiran ibunya meracau berusaha untuk menenangkan ibunya justru mendapat perintah yang lebih tegas lagi.

“Cepat panggil dokter sekarang!”

“Baiklah, baiklah, aku akan memanggil dokter. Eomma tunggu sebentar ya.” Ucap Siwan akhirnya. Namja yang hanya berbeda dua tahun lebih tua dari Yoona itu membuka pintu ruangan tempat adiknya dirawat dan berlari mencari dokter jaga.

“Dokter! Dokter! Saya butuh bantuan Anda!” teriaknya pada seorang namja berambut keperakan yang melintas di lorong di depannya. Jas putih yang dikenakannya dan stetoskop yang terkalung di lehernya membuat Siwan yakin kalau orang tersebut adalah salah satu dokter di rumah sakit ini. Benar saja, seseorang yang dipanggil Siwan menolehkan kepalanya dan berjalan cepat menghampiri Siwan.

“Apa yang bisa saya bantu, anak muda?” tanya dokter itu ramah. Sebuah papan nama kecil yang tersemat di dadanya menunjukkan identitas dokter itu. Jung Yunho.

“Dokter Jung, saya ingin Anda memeriksa adik saya. Ibu saya beranggapan kalau adik saya sudah sadar dari komanya.” Jawab Siwan cepat.

“Baiklah. Dimana ruangan adik Anda?” tanya dokter itu lagi sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari perawat yang dapat membantunya.

“Di ruang 309 Dok. Mari ikut saya.” Jawab Siwan sambil mengarahkan dokter itu ke ruangan adiknya.

“Oke, tunggu sebentar. Saya harus memanggil.. ah! Itu dia. Suster! Suster! Bantu saya untuk memeriksa adik Tuan ini di kamar 309.” Perintah dokter Sang kepada salah seorang suster yang kebetulan lewat di hadapan mereka. Suster itu mengangguk patuh dan bergegas mengikuti langkah dokter Jung dan Siwan ke kamar 309.

Begitu dokter Jung dan perawat itu masuk ke dalam ruangan, Nyonya Lim langsung menarik tangan dokter dan suster itu ke ranjang tempat Yoona. Sementara dokter dan perawat itu memeriksa kondisi anaknya, Nyonya Lim bergegas mengambil ponselnya yang berada di dalam tas dan menghubungi suaminya yang sedang mencari makan malam di luar.

“Yeobo, Yoona sudah sadar. Cepat kemarilah.” Ucap Nyonya Lim dalam luapan kegembiraan. Siwan yang melihat itu terenyuh dan mendekati ibunya dari belakang.

“Eomma, kan belum pasti Yoona..” Perkataan Siwan terpotong oleh tepukan dokter Jung di bahunya.

“Syukurlah Tuan, adik Anda telah melewati masa kritis.” Ujar dokter itu sambil tersenyum lembut. Siwan membelalakkan matanya mendengar keterangan dokter itu. Mulutnya ternganga dan setetes air mata kebahagiaan berhasil menelusup keluar melalui matanya.

Benarkah Dok? Jadi benar dia sudah sadar?” tanya Siwan dan ibunya hampir berbarengan. Nyonya Lim menyeruak ke depan dan mendekati dokter Jung.

Benarkah itu Dokter? Apa itu artinya anak saya akan sembuh?” cecar Nyonya Lim lagi. Dokter Jung kembali tersenyum dan mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan keluarga pasien bernama Lim Yoon Ah itu.

Benar Nyonya. Nona Lim sudah sadar, meskipun kondisinya masih sangat lemah. Mengenai kemungkinan kesembuhan Nona Lim, kita harus memastikannya lewat serangkaian pemeriksaan laboratorium. Namun itu dapat dilakukan nanti setelah kondisi Nona Lim benar-benar pulih. Selain itu, saya juga harus mengabari dokter Shim yang telah  merawat Nona Lim selama ini.” Jelas dokter Jung panjang lebar.

“Oh, syukurlah! Syukurlah kalau Yoona benar-benar sudah sadar. Terima kasih Dok, terima kasih banyak.” Ujar Nyonya Lim sambil membungkuk rendah berkali-kali pada dokter Jung.

“Sudahlah Nyonya, jangan berlebihan seperti ini. Ini memang sudah tugas kami sebagai dokter.” Ujar Dokter Jung sambil menahan tubuh Nyonya Lim agar tidak lagi membungkuk padanya.

“Kalau begitu sekali lagi terima kasih Dok. Nanti biar saya atau suami saya yang akan menghubungi Dokter Shim. Sekali lagi terima kasih.” Ucap Nyonya Lim tulus. Dokter Jung mengangguk dan berpamitan keluar beserta dengan perawat yang tadi membantunya. Begitu Dokter Jung dan perawat itu keluar, Nyonya Lim menatap Siwan dengan mata berkaca-kaca dan memeluk erat putra pertamanya itu.

Yoona sudah sadar. Adikmu sudah sadar, Siwan-aa.” bisik ibunya tergugu. Siwan ikut terharu dan larut dalam suasana bahagia itu sampai ia mendadak ingat satu hal yang harus dilakukannya begitu Yoona sadar.

Minho!

-o0o0o-

Kabar tentang Yoona yang sudah sadar segera sampai di telinga Yuri keesokan harinya. Begitu mendapat kabar itu, yeoja yang sebenarnya ada kelas pagi ini memutuskan untuk membolos dan pergi ke rumah sakit tempat Yoona dirawat. Selesai mandi dan berdandan seperlunya, Yuri bergegas keluar kamar dan berpamitan pada ibunya yang kebetulan sedang menata meja makan untuk sarapan.

Eomma, aku berangkat dulu! Annyeong!” pamit Yuri cepat. Tangannya mengambil dua iris roti gandum yang langsung ia jejalkan ke dalam mulutnya. Sambil berkonsentrasi mengunyah agar tidak tersedak, ia meraih kunci mobilnya yang ia simpan di laci kedua dalam lemari kaca yang menjadi penyekat ruang tamu rumahnya.

“Aigoo, dasar anak itu! Selalu saja begitu kalau sudah terlambat. Ckck.” Decak ibunya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kegiatannya menata meja yang sempat terhenti karena ulah Yuri kembali ia lanjutkan karena tidak lama lagi suami dan kedua putranya akan turun dan sarapan bersama.

Sementara itu, Yuri yang sangat terburu-buru tampak kerepotan memasukkan kunci mobilnya ke dalam lubang kecil yang berada di samping kemudi.

“Aish, mana sih lubang itu? Tidak tahu apa kalau aku sedang buru-buru!” dumel yeoja itu kepada mobilnya. Ia terus meraba-raba bagian samping kemudinya sampai akhirnya menemukan lubang yang dimaksudnya.

“Ah! Ini dia!” pekiknya senang. Ia langsung memasukkan kunci dan menyalakan mobilnya. Baru saja ia hendak melepas rem tangan, masalah lain menghadangnya. Pintu gerbang rumahnya belum dibuka.

“Ya! Kemana sih satpam itu? Masa jam segini belum dibuka? Aish.” Dumel Yuri lagi. Ya, yeoja itu memang menjadi mudah marah di saat terburu-buru seperti ini. Hal ini sudah tidak asing lagi bagi keluarganya dan Yoona. Oleh karena itu mereka sudah maklum dengan kebiasaan Yuri yang satu ini, termasuk seluruh pekerja di rumah keluarga Kwon.

Tin! Tiin! Yuri menekan klakson mobilnya keras-keras dan membuat seorang namja dengan seragam satpam bergegas mendekati gerbang dan membukakannya. Begitu pintu gerbang terbuka setengah dan ada celah untuk mobilnya keluar, yeoja yang merupakan anak pertama dalam keluarga Kwon itu langsung menginjak gas dan melaju keluar dari rumahnya.

Selama melaju di jalan raya, pikiran Yuri hanya tertuju pada satu sosok yang seminggu ini menjejali dirinya dengan kekhawatiran tingkat tinggi. Ya, sosok itu adalah Lim Yoon Ah, sahabatnya sejak kecil yang telah seminggu tidak sadarkan diri. Dan kini doa-doa yang setiap malam dipanjatkannya terkabul. Pagi ini ia mendapat kabar dari Minho kalau sahabatnya itu sudah sadar.

Saat tengah berkonsentrasi untuk mengemudi, ponselnya yang berada di dalam tas memekik nyaring, menandakan ada panggilan masuk untuknya. Yuri melirik sebentar ke tas miliknya yang ia letakkan di kursi sebelah lalu kembali fokus ke jalanan di depannya. Namun ponselnya terus saja berdering dan membuat yeoja itu terpaksa menepikan mobilnya ke kiri.

“Yeoboseyo? Ne, joneun Yuri-rago hamnida. Apa ada yang bisa saya bantu?”

“…”

“Mworago?! Ne, ne, saya akan segera ke sana. Terima kasih untuk informasinya.”

Yuri segera meletakkan ponselnya dan membanting kemudi ke arah yang berlawanan dari rumah sakit tempat Yoona dirawat. Percakapan singkatnya di telepon tadi membuatnya langsung berubah pikiran.

Andwe! Andwe! Ini tidak mungkin! Ini pasti salah! Dia tidak mungkin menderita kanker! Andweyo! Racau Yuri dalam hati. Berkali-kali tangan kanannya membenahi rambutnya yang terurai panjang melewati bahunya. Pikirannya yang semula dijejali dengan bayangan Yoona yang dikabarkan sudah sadar kini berganti dengan bayangan orang lain yang telah lama dikenalnya. Orang lain yang berasal dari masa lalunya, masa lalu yang berusaha ia kubur dalam-dalam.

Kim Jong Woon, kau tidak boleh pergi! Kau harus menungguku, jebal!

-o0o0o-

“Yoona-aa, bagaimana kondisimu hari ini? Sudah mendingan?” tanya seorang namja berpostur tinggi kepada seorang yeoja yang masih tergolek lemah di atas ranjangnya.

“Aku sudah merasa baikan, Minho oppa.” Jawab Yoona sambil tersenyum lemah. Yeoja yang beberapa hari lalu mengalami serangan di ruang musik dan menyebabkannya tidak sadarkan diri selama satu minggu itu masih merasa lemas meski kondisinya sudah mulai membaik.

“Mana Yuri? Kenapa aku tidak melihatnya? Oppa sudah mengabari dia kan?” tanya Yoona sambil melirik ke kanan dan kiri, mencari sosok Yuri yang sudah lama tidak ditemuinya.

“Aku sudah mengabarinya, tetapi aku juga tidak tahu kenapa dia belum datang juga. Mungkin dia terjebak macet di jalan atau dia masih ada kelas.” Jawab Minho sedikit ragu. Namja itu sendiri tidak mengerti kenapa Yuri belum juga datang. Padahal dia tahu kalau yeoja yang diam-diam disukainya itu sangat menunggu kabar baik atas kondisi Yoona. Tetapi kini saat Yoona sudah sadar, Yuri justru tidak cepat-cepat datang.

“Mmh, mungkin saja oppa benar. Kalau begitu aku akan menunggunya.” Putus Yoona akhirnya. Minho yang menyadari kekecewaan Yoona langsung menghibur yeoja yang tak lain adalah seseorang yang sangat disayangi almarhum kakaknya, Choi Siwon.

“Sudahlah, jangan cemberut seperti itu. Kau terlihat jelek, tahu? Hahaha.” Ledek Minho yang dibalas dengan pelototan Yoona.

“Oppa! Mentang-mentang aku sedang sakit kau jadi seenaknya saja meledekku. Lihat saja nanti kalau aku sudah sembuh. Hidupmu tidak akan pernah tenang.” Ancam Yoona dari balik selimut dan peralatan medis lainnya yang masih melintang di atas tubuhnya.

“Aigoo, masih sakit saja sebegini menyeramkannya. Apalagi kalau sudah sembuh? Pantas saja Jinki tidak berani mendekatimu terang-terangan. Ckck.” Balas namja itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jinki oppa tidak berani mendekatiku? Maksud oppa apa?” tanya Yoona tidak mengerti. Minho yang baru menyadari kalau dia baru saja kelepasan berbicara segera menggeleng gugup.

“A.. Ani, aniyo.. Tidak ada maksud apa-apa, Yoona-aa. Tadi aku hanya asal bicara.” Jawab Minho sedikit terbata-bata. Yoona memicingkan mata curiga. Baru saja ia hendak bertanya lebih jauh tentang hal itu, pintu ruangan tempatnya dirawat terbuka dan menampakkan satu sosok yang tengah menjadi subjek pembicaraan mereka.

”Annyeong Yoona-aa. Mmh, bagaimana kondisimu hari ini? Sudah lebih baik?” sapa Jinki sambil tersenyum kikuk. Namja itu melangkah masuk ke dalam dan menghampiri Yoona yang balas tersenyum kepadanya.

“Annyeong oppa. Yah, seperti yang oppa lihat. Setidaknya aku sudah merasa lebih baik daripada semalam.” Jawab Yoona. Jinki mendekat ke arahnya dan meletakkan sekeranjang buah yang dibawanya ke atas meja di samping ranjang yeoja itu.

“Ini kubawakan buah. Dimakan ya, biar kau cepat sembuh.” Ucap Jinki yang terdengar lembut di telinga Yoona membuat yeoja itu menatap kebingungan ke arahnya.

“Terima kasih oppa. Err, oppa baik-baik saja kan?” tanya Yoona.

“Eh? Aku baik-baik saja kok. Kenapa kau bertanya seperti itu?” balas Jinki yang malah balik bertanya.

“Habis, nada bicara oppa sebelumnya beda. Terdengar sedikit lebih.. lembut dari biasanya.” Jawab Yoona jujur yang sukses membuat Jinki salah tingkah.

“Ah, Geuraeyo? Tapi aku merasa biasa saja. Mungkin itu hanya perasaanmu Yoona-aa. Hehe.” Balas Jinki diakhiri cengiran lebarnya.

“Hmm, baiklah, baiklah. Aku akan keluar dan memberimu kesempatan untuk berdua dengannya, Jinki-aa.” ucap Minho tiba-tiba yang membuat Yoona dan Jinki berpaling menatapnya. Yoona dengan tatapan tidak mengertinya, sementara Jinki dengan tatapan paniknya seolah mengatakan kau-mau-membuatku-malu-ya.

“Aku akan keluar dan menelepon Yuri. Sampai nanti.” Lanjut Minho yang mengabaikan dua pasang mata yang menatapnya itu. Namja itu segera berdiri dan melenggang santai ke arah pintu. Sebelum ia menghilang dari balik pintu, ia sempat menoleh ke belakang dan tersenyum penuh arti pada Jinki.

Kali ini kau harus berterima kasih padaku, Jinki-aa. Namja yang menjadi idola banyak gadis di kampusnya itu lalu menghilang di balik pintu, meninggalkan Jinki yang semakin panik ditinggal berdua dengan yeoja yang sudah lama mencuri hatinya itu.

“Oppa, ada apa dengan Minho oppa? Kenapa kalian berdua hari ini aneh sekali? Kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku ya?” cecar Yoona yang menambah tingkat kepanikan Jinki.

“Ah, itu.. itu.. aduh, bagaimana aku mengatakannya ya? Mmh, sebenarnya.. sebenarnya.. aku..” Jinki terlihat sangat salah tingkah dan hal itu semakin membuat Yoona kebingungan sekaligus penasaran.

“Sebenarnya oppa kenapa?”

“Aku.. aku..” baru saja Jinki ingin mengungkapkan perasaannya pada Yoona, mendadak ponsel yeoja itu yang berada di atas meja samping ranjangnya berdering. Yoona meraih ponselnya dengan susah payah dan membaca identitas sang penelepon.

My bestie Yuri is calling.

-o0o0o-

In Love With Noona (part 3)

Taemin tengah asik mengobrol dengan seorang trainee laki-laki yang terlihat lebih muda darinya. Mereka tampak akrab dan sesekali saling mencandai satu sama lain. Sebagian rambut dan kaus mereka yang basah seolah menyatakan kalau keduanya baru saja selesai latihan.

Tap. Tap. Tap. Hentakan hak tinggi dari alas kaki yang dikenakan seorang yeoja mengalihkan perhatian Taemin dari obrolan serunya. Kedua matanya mendadak berbinar senang saat mengenali siapa yeoja berhak tinggi yang baru saja memasuki lorong tempat ruang latihan berada.

“Yoona noona!” panggil Taemin kencang pada sesosok yeoja yang dekat dengannya beberapa tahun ini. Yoona yang mendengar namanya dipanggil mengangkat kepalanya yang tertunduk dan tersenyum lebar.

“Taemin-aa!” seru Yoona. Yeoja itu mempercepat langkahnya yang sayangnya kalah cepat dengan langkah lebar Taemin ke arahnya.

“Noona! Senang sekali bisa bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?” tanya Taemin saat ia sampai di hadapan Yoona.

“Nado. Kabarku baik, seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan debutmu?” jawab Yoona yang disusul pertanyaan mengenai debut grup SHinee, boyband baru besutan agensinya dimana Taemin menjadi salah satu membernya.

“Menyenangkan! Akhirnya aku debut juga setelah penantian 3 tahun menjadi trainee.” Jawab Taemin. Keduanya berjalan pelan menyusuri lorong sambil saling bertukar pertanyaan dan melupakan seseorang yang sebelumnya berjalan bersama dengan Taemin.

“Ya! Taemin hyung! Teganya kau meninggalkanku. Padahal jelas-jelas tadi kau yang menawariku untuk berlatih dance.” Ucap seseorang yang mendadak berada di samping Taemin dan membuat Yoona terlonjak kecil.

“Ah, Ya! Kau mengagetkanku saja!” balas Taemin setengah berteriak karena terkejut dengan keberadaan tiba-tiba namja itu di sampingnya.

“Hyung meninggalkanku..” rengek namja itu yang memandang Taemin dengan kelopak mata yang dikerjap-kerjapkan. Taemin langsung menghela napas melihat kelakuan namja di hadapannya itu yang menurutnya kekanak-kanakan dan memalukan.

“Taemin-aa, nuguya?” tanya Yoona. Taemin menoleh ke arah Yoona dan menyadari kalau sunbaenya ini masih bersamanya. Yoona bergantian memandang Taemin dengan tatapan penuh tanya dan melirik namja di samping maknae SHInee itu berulang kali.

“Ah, mianhae noona, aku belum mengenalkannya padamu. Dia trainee baru di sini, baru tahun lalu bergabung. Namanya Kim Jongin.” Jelas Taemin. Yoona mengangguk mendengarnya. Yeoja itu lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Kim Jongin yang segera disambut oleh namja itu.

“Naneun Im Yoona imnida. Kau bisa memanggilku Yoona. Aku tahu ini terlambat, tapi selamat bergabung di SM.” Sapa Yoona ramah. Sebuah senyum tulus terlukis di wajah cantiknya membuat trainee itu sedikit terpesona dengan salah satu sunbae yang dikenalnya sebagai face of SNSD.

“Na.. Naneun.. Kim Jongin imnida. Gomapseumnida noona, aku merasa beruntung bisa menjadi salah satu trainee di sini.” Balas Jongin gugup. Harus diakuinya kalau sunbae di hadapannya ini benar-benar cantik luar dan dalam.

“Noona? Kau lebih muda dariku?” tanya Yoona tidak percaya. Sosok namja yang diperkenalkan Taemin sebagai trainee baru itu tegap dan lebih tinggi darinya. Meski tubuhnya terbilang kurus, namun suaranya yang cukup berat telah menipu Yoona akan usia namja itu sebenarnya.

“Ne, aku kelahiran 94. Bahkan aku lebih muda dari Taemin hyung.” Jawab namja itu sambil melirik penuh canda pada Taemin yang hanya bisa mendelik padanya.

“Jeongmalyo? Aku pikir kau sebaya denganku, haha. Yah, sepertinya aku harus membiasakan diri sebagai sunbae di sini.” Canda Yoona yang memancing senyum canggung Jongin.

“Apa noona tadi tidak mendengarnya memanggilku hyung? Ckck. Oh iya, itu berarti noona harus sadar kalau noona mulai menua.” Ujar Taemin yang mendapat lirikan tajam dari Yoona.

“Apa yang kau bilang, Taemin-aa? Kau mau mati, huh?” tanya Yoona berpura-pura kesal. Taemin hanya mengangkat bahu seakan tidak peduli dengan ancaman Yoona.

“Aniyo. Aku masih muda dan baru saja debut, mana mungkin ingin mati secepat ini.” Balas Taemin ringan. Yoona hanya mendengus kesal mendengarnya. Ia tahu kalau Taemin dan banyak orang lagi sangat senang menggoda dan membuatnya kesal. Karena itulah ia mulai untuk tidak terlalu mengambil pusing apa yang mereka lakukan kepadanya. Termasuk tingkah Taemin kali ini. Namun, berbeda dengan Jongin yang baru saja mengenalnya. Namja itu terlihat kurang nyaman memperhatikan percakapan antara Yoona dengan Taemin yang dipikirnya tidak sehat.

“Ah, tapi noona tetap cantik dan tidak terlihat tua bagiku.” Ucap Jongin yang membuat Yoona dan Taemin memandangnya aneh. Lalu kedua orang itu mendadak tertawa dan menimbulkan kebingungan dalam dirinya.

“Hahaha, kau terlalu serius Jonginnie! Kami hanya bercanda.” Ujar Taemin dalam tawanya. Jongin tercengang selama sepersekian detik sebelum akhirnya semburat merah menghiasi kedua pipinya. Kepalanya tertunduk dengan tangan kiri yang menggaruk canggung rambut belakangnya.

“Jonginnie? Kyeopta!” Perkataan Yoona yang tiba-tiba itu menghentikan tawa Taemin dan semakin membuat Jongin merona.

“Nde? Apa noona bilang? Kyeopta?” tanya Taemin dengan nada tidak terima karena Yoona baru saja memuji Jongin di depannya. Matanya sedikit membelalak tidak percaya mendengar sunbae yang dikaguminya malah memuji orang lain, seorang namja pula!

“Ne. Jonginnie, panggilan yang lucu. Seperti orangnya.” Sambung Yoona tanpa merasa ada yang salah dengan hal itu. Taemin mengerang pelan. Sementara Jongin yang masih tersipu malu berusaha untuk mendongak dan mengucapkan terima kasih atas pujian sunbaenya ketika dilihatnya pemandangan itu. Seulas senyum paling manis dan paling indah yang pertama kali dilihatnya.

-o0o0o-

“Aarrgh, aku kesal!” teriak Taemin frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Namja yang belum genap berusia 17 tahun itu menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya yang berada di tingkat bawah. Kebetulan kamar yang berisikan dua tempat tidur bertingkat dan satu single bed itu kosong karena member lainnya tengah sibuk di dapur dan menyiapkan makan malam.

Teriakan Taemin rupanya cukup keras dan terdengar sampai ke dapur hingga membuat keempat member lainnya berlarian masuk ke dalam kamar untuk memastikan maknae mereka tidak apa-apa.

“Taeminnie, wae? Apa kau sakit?” tanya Minho sambil berlari ke arah Taemin yang telentang di atas ranjangnya dengan rambut acak-acakan dan wajah kusut. Onew, Jonghyun, dan Key menyusul di belakang Minho dan ikut ribut menanyakan kondisi Taemin.

“Taemin-aa, apa yang terjadi? Apa ada yang mengganggumu?” tanya Onew sambil menatap khawatir pada dongsaengnya itu.

“Siapa yang berani membuat rambutmu berantakan seperti itu, Min-aa? Sini, biar kurapikan.” Ucap Key yang langsung mendapat pelototan tajam dari Onew karena lebih memperhatikan tatanan rambut Taemin daripada kondisi sang pemilik rambut berantakan itu.

“Kau kenapa, Taemin-aa? Ditolak oleh seorang yeoja?” tanya Jonghyun yang kali ini ganti mendapat pelototan dari Onew.

“Ya! Kau dan Key malah sempat-sempatnya bercanda. Bisa tidak kalian lebih serius?” bentak Onew pada Jonghyun dan Key atas pertanyaan mereka yang menurutnya tidak relevan dengan penampakan Taemin saat ini.

“Jonghyun hyung benar.” ucap Taemin yang mengagetkan mereka semua.

“Nde?! Apa kau bilang tadi?” tanya Onew berusaha memastikan pendengarannya. Begitupun ketiga namja lainnya yang semakin mendekatkan diri pada Taemin.

“Jonghyun hyung benar, tapi aku bukannya ditolak. Aku hanya.. Huwaaaa..” tangisan Taemin yang tiba-tiba membahana dan mengguncang dorm SHinee itu membuat penghuni kamar lainnya semakin tidak mengerti dengan perilaku maknae mereka saat ini.

“Ya! Ya! Kenapa kau malah menangis seperti ini? Sebenarnya ada apa Taemin-aa?” tanya Minho yang berada di dekat kepala Taemin. Bukannya menjawab pertanyaan Minho, Taemin malah menatap Minho dengan mata sendunya dan hidung penuh air.

“Hyung..” bisik Taemin yang kemudian menabrakkan mukanya ke pelukan Minho dan membuat namja itu berjengit kaget sekaligus jijik.

“Ya! Ya! Ya! Ada apa denganmu? Hei, lepaskan! Bersihkan dulu air mata dan hidungmu sebelum memelukku!” teriak Minho yang semakin menghebohkan suasana dorm mereka. Melihat reaksi Taemin itu, ketiga member lainnya mundur secara perlahan dan tidak ingin bernasib sama seperti Minho.

“Hyuuunng, Yoona noona.. Yoona noona..” racau Taemin lagi sambil mengeratkan pelukannya pada Minho yang justru tengah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari Taemin.

“Ada apa dengan Yoona?” tanya Onew yang memberanikan diri untuk dua langkah mendekati Taemin. Bagaimanapun ia cukup dekat dengan Yoona dan telah menganggap Yoona seperti adiknya sendiri.

“Yoona noona.. Yoona noona mengatakan Jongin lucu.. huwaaa..” jawab Taemin yang kembali menangis tersedu-sedu di pelukan Minho. Yah, setelah berjuang dan tidak ada hasilnya, Minho merelakan kausnya ternodai oleh air mata dan ingus Taemin.

“NDEE?! Hanya itu dan kau jadi seperti ini? YA! Apa-apaan kau ini, Taemin-aa!” bentak Onew, Jonghyun, dan Key bersamaan. Sementara Minho masih saja sibuk memikirkan nasib kausnya yang menjadi korban paksa kesedihan Taemin. Taemin mengacuhkan bentakan itu dan malah memandang ketiganya dengan tatapan meminta dikasihani.

“Aku tidak rela, hyung. Bukankah aku juga lucu? Iya kan? Ne?” tanya Taemin dengan wajah aegyonya untuk meminta dukungan. Kedua tangannya yang tadi memeluk erat Minho terlepas dan kini menangkup pipinya. Minho menggunakan kesempatan itu untuk melesat pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak lupa dia melepas kaus yang menjadi korban Taemin itu dan memasukkannya ke mesin cuci dengan menambahkan sebanyak mungkin deterjen untuk menyucikannya kembali.

Sementara Onew, Jonghyun, dan Key masih tidak habis pikir atas perilaku Taemin dan alasan di baliknya yang menurut mereka sangat konyol dan tidak masuk akal. Kemudian satu persatu keluar dari dalam kamar dan membiarkan Taemin bergelung sendiri dengan ketidakrelaannya yang absurd itu.

“Huwaaa.. Hyuuunng, kenapa malah meninggalkanku? Aku kan sedang sedih. Huwaaa.. Yoona noona.. aku juga mau dibilang lucu..” tangis Taemin semakin menjadi-jadi dan tidak lagi ditanggapi oleh member lainnya. Akhirnya setelah lima belas menit menangisi pujian Yoona kepada Jongin, namja itu terdiam dan terisak pelan. Rupanya menangis sekencang itu membuatnya kelelahan dan…

“Kruyuk.” Taemin menatap ke arah perutnya, “Aku lapar, hiks.”

-o0o0o-

Yoona dan Seohyun tengah sibuk berkutat dengan beberapa buku pelajarannya di dalam kamar mereka ketika terdengar bel interkom dorm mereka berbunyi. Keduanya tidak beranjak sedikitpun karena mereka tahu kalau di ruang santai ada Yuri dan Sooyoung yang akan membukakan pintu.

Yoona tengah asik membaca buku panduan bahasa Inggrisnya ketika mendadak Yuri menyeruak masuk ke dalam kamar dengan diikuti oleh teriakan heboh Sooyoung.

“Yoong, ada kiriman untukmu.” Ucap Yuri dengan kedua tangan disembunyikan di belakang punggung. Yoona mendongak dan menelengkan kepalanya.

“Dari fans?” tanya Yoona. Ya, setelah debut grup mereka setahun yang lalu, hampir setiap hari selalu saja ada kiriman untuk mereka dari para fans. Terkadang kiriman itu untuk semua member, namun tidak jarang pula kiriman itu khusus untuk member tertentu saja.

“Ehm, bisa dibilang begitu.” jawab Yuri penuh misteri. Yeoja yang berusia setahun lebih tua dari Yoona itu mendekat ke arah Yoona dan mendudukkan diri di sampingnya.

“Tadaa!” teriak Yuri sambil menunjukkan satu  kotak pipih berukuran sedang yang dibungkus kertas coklat dengan pita merah di sudut kanan atas. Di atas pita itu terdapat secarik kertas kecil yang diduga Yoona sebagai pesan dari si pengirim untuknya.

“Apa ini, eon?” tanya Yoona kebingungan. Dia meletakkan pensilnya di selipan buku panduan bahasa Inggris miliknya lalu meraih bingkisan itu.

“Molla. Kau buka saja. Aku juga penasaran dengan isinya.” Jawab Yuri. Yoona menelusuri tiap sudutnya, berusaha menemukan petunjuk isi bingkisan itu sebelum membukanya. Sebuah terkaan melintas di kepalanya dan disuarakan oleh Seohyun.

“Mungkin itu.. lukisan?” tebak Seohyun yang ikut bergabung dengan eonnideulnya. Yoona menoleh menatap Seohyun dan mendapat tatapan aku-hanya-menebak-eon dari maknaenya itu.

“Bukalah Yoong!” pinta Sooyoung yang justru lebih bersemangat dari Yoona, si penerima kiriman. Setelah meneliti sekali lagi dan belum juga memiliki tebakan yang pasti, akhirnya yeoja itu membuka bungkusannya dengan hati-hati dan perlahan menarik keluar sebuah…

“Lukisan! Lihat, tebakanku benar eon!” pekik Seohyun senang. Yoona menarik keluar lukisan itu dari bungkusannya dan terkejut melihat apa yang dilukis pengirim itu. Ini kan waktu aku bertemu dengan Taemin dan trainee itu beberapa hari yang lalu? Memangnya ada fans yang berhasil masuk ke dalam SM sejauh itu? Banyak pertanyaan berkelebat dalam pikiran Yoona. Sementara Sooyoung, Yuri, dan Seohyun berebut untuk melihat lukisan atau lebih tepatnya sketsa wajahnya dengan pulasan pensil itu, Yoona mengambil kembali kertas pembungkusnya. Ia menarik secarik kertas yang menempel di pita merah pemanisnya dan membuka lipatannya. Sebuah tulisan tangan dalam huruf Hangeul yang naik-turun dan miring kesana-kemari menyapanya.

Ehm, hai Yoona noona. Aku pernah mengikuti kursus sketsa wajah sebelumnya dan ingin mencobanya lagi. Maaf kalau hasilnya tidak secantik noona sebenarnya. Semoga noona menyukai hadiahku. Dan, satu lagi, terima kasih untuk sambutan hangat noona kepadaku tempo hari.

Salam kenal,

Jonginnie~

nb : kalau noona ingin kubuatkan lagi, tidak perlu sungkan ^^

-o0o0o-

Mistake (part 5)

Malam ini langit kota Seoul tidak mendung dan gelap seperti biasanya. Langit yang kini tengah dipandangi oleh seorang yeoja cantik dari atap bangunan berlantai dua itu bertabur banyak bintang berkilauan hingga membuat yang memandangnya enggan untuk berpaling. Seperti yeoja itu yang masih asyik menengadahkan kepalanya menatap hamparan bintang di hadapannya sejak tiga puluh menit yang lalu. Meski telah memasuki akhir bulan Juli, namun pemandangan malam ini tidak mengisyaratkan akan turunnya hujan sebagaimana yang biasa terjadi menjelang kedatangan musim gugur. Saking asyiknya memandangi langit malam ini, yeoja itu tidak menyadari adanya gerakan pelan di belakangnya. Gerak ritmis langkah kaki yang perlahan mulai mendekati tempatnya berada.

“Kabur lagi ya dari latihan? Ini pakai selimutnya biar nyamuk-nyamuk tidak iseng menghisap darah dari tubuhmu yang kurus.” Bisik seseorang di telinga yeoja itu sambil menyelimuti punggung dan tangannya dengan sehelai selimut lembut berwarna biru gelap. Yeoja itu mengalihkan pandangannya dan bertemu pandang dengan sepasang mata yang menelusupkan rindu ke dalam hatinya belakangan ini.

“Kyuhyun oppa! Kau membuatku kaget saja!” pekik yeoja itu pelan sambil memukul lengan Kyuhyun yang masih memegang ujung selimut sehingga turut melingkari tubuh kurusnya. Kyuhyun tidak juga merubah posisinya sampai yeoja itu menggeliat pelan dengan maksud melepaskan diri dari back hug tiba-tiba namja itu.

“Ssh, diamlah Yoong. Jangan banyak bergerak. Aku ingin menikmati memelukmu dari belakang seperti ini. Jebal.” Pinta Kyuhyun. Yeoja itu yang tak lain adalah Yoona urung untuk melepaskan diri dan berusaha menikmati pelukan itu. Keduanya tidak beranjak selama beberapa menit dan saling tenggelam dalam pikiran masing-masing. Yoona yang tadi asyik memandangi langit malam kini malah menundukkan kepala dan menutup kedua matanya. Menikmati aroma khas yang menguar dari tubuh namja di belakangnya.

“Oppa, mau sampai kapan kita seperti ini?” tanya Yoona memecahkan keheningan yang tercipta di antara mereka. Yeoja itu tidak merasa keberatan untuk terus dipeluk seperti itu, namun eonnideul dan Seohyun pasti akan panik mencarinya karena hampir satu jam ia menghilang dari ruang latihan. Ditambah ia meninggalkan ponselnya di dorm, lengkaplah kepanikan member SNSD lainnya jika dalam beberapa menit lagi ia tidak muncul di ruang latihan.

“Yoong-aa, naega.. naega jeongmal noreul.. saranghanta.” Ungkap Kyuhyun sedikit terbata-bata. Ia merasakan kekakuan mendadak dari tubuh yang tengah dipeluknya, namun namja itu tidak peduli. Perlahan ia menghadapkan wajahnya sampai sejajar dengan arah pandang Yoona dan menatap yeoja itu tepat di kedua manik bening matanya.

“Maukah kau menjadi yeojachinguku?” tanya Kyuhyun penuh harap. Yoona yang masih terpaku memandang Kyuhyun belum dapat memproses apa yang baru saja namja itu katakan. Kedua matanya berkedip cepat dengan bola mata yang membulat kebingungan. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, akhirnya Kyuhyun nekat menyentuh bibir yeoja itu dengan bibirnya dan melumatnya tanpa paksaan. Ciuman hangat itu berlangsung selama lima detik sebelum Yoona menarik lepas bibirnya dan mengangguk pelan.

“Ne, aku mau oppa. Nado.. jeongmal neo saranghae.”

-o0o0o-

Seminggu telah berlalu, namun baik Kyuhyun maupun Yoona tidak berniat untuk memberitahukannya kepada seluruh member masing-masing. Hanya orang-orang bermata jeli yang dapat melihat adanya perubahan dan ikatan tak kasat mata di antara keduanya. Orang-orang tersebut adalah Sungmin, Taeyeon, dan Tiffany. Ketiganya memang terkenal dekat dengan Kyuhyun dan Yoona, maka tak aneh jika mereka adalah orang pertama yang langsung menginterogasi mereka begitu mendapati keduanya memasuki lobi kantor SMEnt berdua.

“Hei, Kyu-aa, Yoona-aa, kalian darimana?” tanya Sungmin sambil melambaikan tangan dan tersenyum senormal mungkin. Di belakang namja itu tampak Taeyeon dan Tiffany yang tengah jalan berbarengan, juga sambil menyunggingkan senyum seolah tidak menyembunyikan apapun. Kyuhyun dan Yoona yang awalnya melenggang santai sambil sesekali melemparkan candaan satu sama lain terpaksa berpaling dan menghadapi tiga orang tersebut.

“Ah, annyeong Taeng eonnie, Fany eonnie, Sungmin oppa.” Sapa Yoona ramah sambil membungkuk dalam pada ketiganya yang dibalas bungkukan serupa. Sementara Kyuhyun hanya membungkuk singkat dan bersiap dalam posisi melarikan diri masuk ke dalam lift yang berjarak hanya tiga meter dari tempatnya berdiri. Rupanya namja itu mencium gelagat tidak enak dari ketiga orang tersebut.

“Kau buru-buru sekali Kyu? Jangan bilang kau ingin menghindar dari interogasiku.” Ujar Sungmin dengan senyum tipis dan sebelah alis terangkat. Kyuhyun mendengus dan memajukan bibir bawahnya.

“Arraseo, arraseo. Ruangan mana yang telah hyung desain sebagai tempat interogasiku?” tanya Kyuhyun dengan nada menantang yang menimbulkan kebingungan dari Yoona.

“Oppa, apa yang kau maksud dengan interogasi?” tanya Yoona polos sambil menarik lengan jaket Kyuhyun. Kedua matanya membulat dengan dua-tiga kerutan vertikal muncul di dahinya. Sementara Taeyeon dan Tiffany malah terkikik geli melihat kepolosan dongsaengnya itu.

“Hihihi, kau ini polos sekali! Tentu saja interogasi tentang hubungan kalian saat ini.” Jawab Tiffany sambil mengarahkan jari telunjuknya kepada mereka berdua secara bergantian.

“Mwoya? Hubungan kami berdua?” pekik Yoona pelan sambil memandang tidak percaya pada Tiffany. Pandangannya lalu beralih pada Taeyeon dan Sungmin yang terlihat menaik-turunkan kedua alisnya penuh arti seakan menegaskan perkataan Tiffany. Melihat gelagat itu, pandangan Yoona beralih pada Kyuhyun yang tengah menunduk memandangnya.

“Ne, tentang hubungan kita.” Ucap Kyuhyun sambil tersenyum tipis. Yoona masih terlihat bingung, namun ia tidak melawan saat Taeyeon dan Tiffany menggiringnya ke dalam sebuah ruang latihan kosong bersama dengan Kyuhyun yang ditarik paksa oleh Sungmin. Di sanalah terungkap seluruh kebenaran yang telah menjadi kecurigaan Sungmin, Taeyeon dan Tiffany akan hubungan kedua orang tersebut. Kebenaran bahwa hubungan Kyuhyun dengan Yoona saat ini tidak lagi sebatas sahabat, melainkan telah berubah menjadi hubungan sepasang kekasih. Baik Kyuhyun maupun Yoona meminta dengan sangat kepada ketiga orang tersebut untuk tidak memberitahukannya kepada yang lain dengan alasan ketatnya peraturan manajemen mereka. Sungmin, Taeyeon dan Tiffany mengangguk maklum dan berjanji untuk tidak membongkar hubungan mereka.

“Jadi benar kalau Kyuhyun oppa dan Yoona eonnie berpacaran.” Desis seseorang dari balik pintu ruangan yang rupanya tidak tertutup rapat. Suaranya mengandung kekecewaan sekaligus keputusasaan begitu mendengar apa yang dibicarakan kelima orang tersebut di dalam. Dengan hati yang remuk redam, orang tersebut berjalan meninggalkan ruangan itu dan mematung di depan pintu lift yang terbuka.

“Seohyun-aa, kau mau masuk?” tanya seorang namja yang telah berada di dalam lift. Salah satu tangannya menekan tombol open untuk mencegah pintu lift tertutup demi melihat Seohyun yang masih berdiri di luar.

“Ah, ne Donghae oppa.” Jawab Seohyun sambil membungkuk singkat dan melangkah masuk ke dalam lift. Namja yang bernama Donghae menatap bingung atas perilaku Seohyun yang dirasanya aneh. Namun, ia tidak memiliki niat lebih jauh untuk menanyakan penyebab maknae SNSD berperilaku seperti itu. Ia hanya mengangkat bahu dan memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana, sementara tangan satunya tergantung bebas di luar setelah menekan tombol angka lantai yang menjadi tujuannya.

-o0o0o-

Malam ini adalah latihan terakhir artis-artis di bawah naungan manajemen SMEnt menjelang diselenggarakannya SMTown di Olympic Main Stadium Seoul. Seluruh artis yang menjadi pengisi acara sibuk berlatih semaksimal mungkin demi kesuksesan acara tahunan itu. Tidak terkecuali member Super Junior dan SNSD. Mereka semua tampak bersemangat mengikuti latihan terakhir di suatu ruangan luas dalam gedung SMEnt sebelum besok malam melakukan gladi bersih di tempat acara. Keringat tampak membasahi pakaian yang mereka kenakan, paras kelelahan pun dapat dengan mudah dijumpai di antara mereka, namun niat mereka untuk membuktikan diri sebagai entertainer sejati tidaklah surut. Untuk menghindari kejenuhan, mereka bercanda satu sama lain dan tak jarang malah membuyarkan konsentrasi gerakan dan nyanyian yang tengah mereka praktikkan.

Dalam suasana seperti itu, seorang namja yang telah banjir keringat tampak tersengal-sengal dengan salah satu tangan menekan dadanya. Namja itu hampir saja jatuh ke lantai kalau tidak segera disangga oleh tubuh seorang temannya.

“Kyu-aa! Neo gwaenchana?” tanya Sungmin panik melihat Kyuhyun yang mendadak oleng dengan wajah pucat pasi. Ditambah napasnya yang tidak beraturan dan cengkeraman erat di dadanya membuat Sungmin segera menghambur ke arah Kyuhyun dan membawa namja itu menjauh dari area latihan kelompoknya. Member lainnya yang menyadari hal tersebut bergegas membantu Sungmin untuk mengevakuasi Kyuhyun dari ruang latihan. Beruntung di depan ruang latihan tersebut ada satu ruangan kosong dengan sebuah sofa tua memanjang di salah satu sudut dindingnya. Leeteuk selaku leader Super Junior membantu Sungmin untuk merebahkan Kyuhyun di atas sofa tersebut. Sementara Ryeowook dan Yesung telah berlari keluar ruangan dan kembali beberapa saat kemudian dengan sebotol air putih di tangan.

“Ini Kyu, minumlah.” Ujar Ryeowook sambil mengangsurkan botol minuman itu kepada Kyuhyun. Karena namja itu masih terlihat lemas dan kesakitan, Sungmin menawarkan diri untuk menerima botol tersebut dan membantu Kyuhyun meminumnya secara perlahan. Dicobanya untuk menahan punggung Kyuhyun dengan bahunya sementara tangan kanannya yang bebas mendekatkan ujung botol dengan bibir Kyuhyun.

“Minum pelan-pelan Kyu,” perintah Sungmin. Kyuhyun memaksakan diri untuk duduk tegak dan meminum cairan bening dalam botol tersebut. Setelah cairan itu memasuki tubuhnya, namja itu berusaha untuk duduk bersandar ke punggung sofa yang menempel di dinding. Sungmin dan Leeteuk membantunya mendapatkan posisi yang nyaman. Sementara member lainnya sibuk memijat kaki dan tangan Kyuhyun pelan-pelan.

“Kolaps lagi?” tanya Leeteuk khawatir. Kyuhyun hanya mengangguk dengan kedua mata terpejam. Ia masih berjuang untuk menormalkan laju napasnya dan menghilangkan sakit yang mendera paru-parunya.

“Dimana obatmu Kyu? Biar kuambilkan.” Tawar Eunhyuk yang berada paling dekat dengan pintu. Satu kakinya telah berada di luar menandakan ia siap melakukan perintah. Namun Kyuhyun malah menggeleng dan menjawab lemah, “Aku.. tidak apa-apa. Hanya.. butuh istirahat”. Eunhyuk memalingkan muka khawatir pada Leeteuk, menunggu instruksi selanjutnya.

“Sudahlah, biarkan dia istirahat.” Ujar Leeteuk pelan namun tegas. Kyuhyun membuka matanya dan menatap penuh terima kasih pada Leeteuk. Leeteuk hanya tersenyum dan menggenggam kuat tangan maknaenya itu.

“Ayo kita kembali latihan! Kyu biar dijaga oleh Sungmin.” Perintah Leeteuk pada member lainnya yang masih mengerubungi Kyuhyun. Tatapan tidak percaya dilayangkan padanya begitu mereka mendengar perintah tersebut.

“Ayolah, Kyu akan baik-baik saja seperti biasa. Dia hanya butuh istirahat.” Bujuk Leeteuk dengan nada yang tidak bisa dibantah. Maka mau tidak mau mereka harus menuruti perintah Leeteuk untuk kembali berlatih. Sungmin menatap ke seluruh member yang telah dianggapnya sebagai saudara itu dengan pandangan menenangkan.

“Tenanglah, Leeteuk hyung benar, Kyuhyun hanya butuh istirahat dan kalian harus kembali berlatih. Begitu Kyu sudah merasa baikan, kami akan menyusul ke sana.” Ucap Sungmin. Akhirnya seluruh member beranjak meninggalkan ruangan dan menyisakan Kyuhyun-Sungmin di dalamnya.

“Apa perlu kupanggilkan Yoona?” tanya Sungmin sambil memijat pelan tangan Kyuhyun. Namja yang ditanya hanya menggeleng pelan dengan kedua mata yang kembali tertutup. Napasnya kini mulai berangsur normal dan sakit yang mendera paru-parunya perlahan menghilang.

“Baiklah. Sekarang istirahatlah, kalau perlu tidurlah sebentar. Aku akan menjagamu.” Ujar Sungmin mengalah. Tangannya masih sibuk memijat tangan dan kaki Kyuhyun. Sesekali ia memaksa namja itu untuk minum beberapa teguk lagi sampai air dalam botol yang diberikan Ryeowook habis diminumnya. Sungmin menghembuskan napas lega begitu melihat kondisi Kyuhyun yang mulai membaik. Tak beberapa lama dada namja yang terkenal jahil itu naik turun secara teratur. Kerut kesakitan di dahinya juga telah lenyap, meskipun masih menyisakan kepucatan di wajahnya. Sungmin melirik sekilas dan menyadari Kyuhyun tertidur. Tanpa banyak suara, namja itu menarik ponsel yang berada di saku celananya dan menekan perintah call pada satu nama di kontak ponselnya. Manajer Kibum hyung.

“Yeoboseyo? Ne, ini aku Sungmin-aa. Hyung ada dimana? Aku ingin minta tolong.”

“…”

“Paru-paru Kyu kolaps lagi, tetapi kondisinya sekarang sudah membaik. Saat ini dia tertidur di ruang kosong depan ruang latihan untuk konser lusa. Maukah hyung membantuku mengantar Kyu kembali ke dorm?”

“…”

“Ne, dia butuh istirahat. Bisa kan hyung?”

“…”

“Arraseo. Kalau begitu aku tunggu hyung sekarang. Annyeong.”

Klik. Sambungan telepon diputus. Sungmin memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan mendadak benda itu bergetar pelan yang menandakan adanya pesan masuk. Segera ditariknya keluar benda itu dan tangannya menekan perintah view untuk melihat pesan tersebut.

From : dongsaeng Yoona

Oppa, apa kau bersama Kyuhyun oppa? Kenapa aku tidak melihat kalian di ruang latihan bersama oppadeul Suju lainnya? Kyu oppa tidak mengajak oppa kabur dari latihan kan?

Sungmin tertegun sejenak membaca pesan dari Yoona. Aish, ottokhae? Aku harus membalas apa? gumam namja itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Belum sempat ia mengetikkan pesan balasan untuk Yoona, ponselnya kembali bergetar kencang dan berkedip-kedip menyala. My hunny bunny sunny is calling.

-o0o0o-

When The Last Teardrop Falls (part 6)

But my destination still unknown, oh yeah

Sudah dua hari ini Yoona terbaring di rumah sakit akibat terserang radang usus besar. Sebagian jadwal aktivitasnya terpaksa diundur karena kondisinya yang memang tidak memungkinkan. Banyak orang mengirimkan ucapan semoga lekas sembuh lewat media jejaring sosial dikarenakan pihak manajemen merahasiakan rumah sakit tempat ia dirawat. Hal ini sengaja dilakukan agar Yoona benar-benar bisa beristirahat total. Meskipun begitu, beberapa teman dekat yeoja itu tetap diperbolehkan untuk menjenguk dan menjaganya.

Di hari kedua ia berada di rumah sakit, ayahnya masih setia menungguinya. Meskipun ia menempati kamar VVIP dengan berbagai fasilitas yang memadai, namun Yoona tak sampai hati melihat ayahnya harus menginap di rumah sakit untuk menjaganya. Dari kemarin ia telah membujuk ayahnya untuk pulang dan kembali esok paginya, namun bujukan itu tidak ditanggapi oleh lelaki paruh baya yang sangat disayanginya itu. Dan pagi ini ia mendapati ayahnya baru saja keluar dari kamar mandi dengan kelelahan yang tergambar di wajahnya.

“Appa, pulanglah. Appa pasti lelah. Masih ada Seulong oppa yang bisa menungguiku.” Ucap Yoona begitu ayahnya kembali duduk di samping ranjangnya. Ayahnya tersenyum dan membelai lembut wajah putri bungsunya itu.

“Tidak apa-apa sayang, Appa tidak lelah. Appa akan menungguimu sampai dokter menyatakan kamu sembuh dan boleh pulang.” Yoona merasa terharu dengan segala pengorbanan yang telah dilakukan lelaki itu untuknya. Selama hidupnya, lelaki itu telah berperan ganda bagi dia dan Seulong. Sosok ibu yang tak pernah diketahui olehnya berhasil digantikan oleh keberadaan ayahnya seorang. Seulong dan Yoona ditinggal pergi oleh ibu kandungnya ketika Yoona baru berumur sepuluh hari. Entah alasan apa yang mendasari ibunya melakukan hal itu, dan memang Yoona tidak pernah ingin tahu.

“Baiklah appa. Oh iya, Seulong oppa kemana? Aku belum melihatnya pagi ini.” Tanya Yoona. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan mencari sosok kakak satu-satunya itu.

“Tadi pagi-pagi sekali dia pulang, katanya mau menaruh pakaian kotor ke laundry apartemen dan mengambil beberapa baju bersih untuk dibawa ke sini. Kamu tentu tahu kalau kakakmu itu pecinta kebersihan.” Jawab Tuan Im.

“Ne, aku sangat tahu itu appa. He’s the real cleanest boy that I have ever know, hehe.” Ujar Yoona dengan setengah bercanda. Tuan Im ikut tertawa kecil mendengar candaan putrinya itu. Yoona tetaplah Yoona, seseorang yang senang bercanda bagaimanapun kondisinya.

“Bagaimanapun ia tetaplah kakakmu, Im Yoona.” ujar Tuan Im lembut.

“Aku tahu itu, appa. Bukankah itu jelas tertulis di catatan sipil negara? Hmm, seandainya boleh, aku ingin bertukar kakak dengan …” ucapan Yoona terpotong oleh pintu kamarnya yang terbuka. Dari balik pintu muncul seorang namja bersetelan jeans biru dan kaus putih. Wajahnya yang putih bersih sedikit tertutupi oleh topi biru yang dipakainya. Baik Yoona maupun Tuan Im memperhatikan namja itu yang kini tersenyum canggung.

“Annyeonghaseyo Tuan Im, annyeong Yoona-aa.” Sapa namja itu sambil membungkuk sopan yang segera dibalas oleh bungkukan kecil Tuan Im. Sementara Yoona hanya bisa mengangguk sebagai balasan sapaan namja itu. Yoona menelisik namja yang kini ada di ruangannya. Ia merasa tidak lagi asing dengan postur dan suara namja itu. Sebelum ia sempat menyuarakan dugaannya, namja itu melepas topi yang dipakainya. Seraut wajah yang familiar menyapanya, sekaligus membentuk lengkungan tipis di wajah cantiknya.

“Annyeong Donghae oppa.” Begitu mengetahui kalau namja itu adalah Donghae, Tuan Im beranjak dari kursinya dan menawarkan namja itu untuk menggantikan posisinya. Namun tawaran itu ditolak dengan halus oleh Donghae.

“Tidak perlu Tuan Im, aku hanya bisa berkunjung sebentar. Pagi ini aku ada agenda.” Tuan Im tersenyum maklum. Lain halnya dengan Yoona. Senyumnya perlahan memudar dan tergantikan oleh segaris tipis kekecewaan.

“Oh iya, aku ke sini bersama seseorang. Dia juga ingin menjenguk Yoona. Sebentar, aku akan memanggilnya.” Perkataan Donghae membuat Tuan Im dan Yoona mengerutkan kening, menebak-nebak siapa yang datang bersama Donghae. Tidak perlu waktu lama untuk mengetahui jawabannya. Seseorang yang dibicarakan oleh Donghae kini telah berada di dalam ruangan bersama mereka.

Setelan skirt dress berwarna biru muda melekat indah di tubuh seorang yeoja yang berdiri di samping Donghae. Rambutnya dibiarkan tergerai lurus tanpa hiasan rambut apapun. Sapuan make up tipis tampak menyempurnakan penampilannya. Yoona membeku sesaat begitu melihat dan mengenalinya.

“Annyeonghaseyo Im sajangnim, Yoona-ssi.” Sapa yeoja itu sambil membungkuk dalam kepada ayah Yoona.

“Annyeonghaseyo agasshi. Keundae, nuguseyo?” tanya Tuan Im pada yeoja itu.

“Ah, jusonghamnida. Naneun Son Eun Soo imnida, Donghae chingu.” Jawab Eun Soo sambil memperkenalkan dirinya. Perkenalan yang dirasa tidak perlu oleh Yoona. Kini yeoja yang masih terbaring di ranjang itu menatap mata Donghae seakan meminta penjelasan. Donghae mengelak dan berusaha mengacuhkan tatapan Yoona.

“Maaf Tuan Im, tapi pagi ini aku ada agenda dengan Eun Soo-ssi. Kami harus berangkat sekarang. Kalau sempat, saya akan datang lagi. Dan …” arah mata Donghae beralih ke Yoona “cepatlah sembuh Yoona-aa. Aku pamit. Annyeong.” Pamit Donghae yang segera ditahan oleh Yoona.

“Oppa!” Donghae menatap yeoja itu dan menunggunya kembali berbicara. “Kemarilah, ada yang ingin aku katakan.” Nada suara Yoona seakan merajuk padanya. Donghae tidak bisa menolak karena di sana ada Tuan Im, ayah Yoona yang ia hormati. Maka namja itu berjalan menghampiri Yoona dan mendudukkan diri di atas ranjang.

“Wae geureyo?” tanya Donghae. Yoona tidak menjawab. Yeoja itu malah meminta Donghae untuk mendekat dan membisikkan sebaris kalimat yang langsung membekukan persendian Donghae begitu mendengarnya.

“Nan bogoshipposoyo, oppa.”

 

Will there be a time when I’ll fall in love again?

Setelah lima hari dirawat, Yoona dinyatakan sembuh oleh dokter dan diperbolehkan pulang. Di hari kepulangannya, kedelapan member SNSD menjemputnya dan memberinya kejutan kecil yang telah disiapkan di ruang tamu keluarga Im. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, kedua mata Yoona ditutup rapat oleh secarik kain merah. Ia tidak dibolehkan untuk membuka penutup itu sebelum ada perintah dari Taeyeon.

“Eonnie, kenapa mataku harus ditutup seperti ini? Aku ingin melihat indahnya kota Seoul setelah lima hari terkurung di kamar rumah sakit. Ayolah eonnie, jebal.” Pinta Yoona yang mendapat gelengan tegas dari Taeyeon. Tentu saja gelengan itu tidak dilihatnya.

“Andweyo. Penutup itu akan kulepaskan begitu kita sampai di suatu tempat. Setelah itu kamu bebas menikmati kota Seoul-mu sepuas-puasnya. Arraseo?” jelas Taeyeon yang menyiratkan ketegasan dalam suaranya. Yoona tidak berani membantah, namun dia mulai mencari cara lain. Yaitu meminta dukungan Seohyun, maknae SNSD yang terkenal tidak tegaan itu.

“Hyunnie, bantulah aku. Tolong bujuk Taeyeon eonnie untuk membuka penutup ini.” Pinta Yoona dengan wajah memelasnya. Seohyun bergerak-gerak gelisah. Sebenarnya ia ingin membantu Yoona melepas penutup di matanya, namun ia tahu kalau perintah Taeyeon tidak bisa dibantah.

“Mianhaeyo eonnie, aku tidak bisa. Aku telah berjanji pada Taeyeon eonnie.” Jawab Seohyun sambil menundukkan kepalanya. Meskipun Yoona tidak bisa melihat rasa bersalah yang tergambar di wajah Seohyun, namun ia tahu pasti kalau yeoja itu benar-benar merasa bersalah dari nada suaranya.

“Hufht, Yuri eonnie…” bujuk Yoona, kali ini pada Yuri yang memang dekat dengannya.

“Mian Yoongie, aku tidak bisa.” Jawab Yuri sambil menggeleng. Yoona berusaha membujuk eonniedeulnya yang lain, namun jawabannya sama. Mereka tidak bisa membantah perintah Taeyeon karena telah berjanji sebelumnya. Yoona mendesah pelan. Taeyeon yang melihat usaha gigih Yoona dalam membujuk member lainnya hanya bisa menatap nanar. Sebenarnya ia juga merasa bersalah, namun apa boleh buat. Ia harus melakukan apa yang menjadi tugasnya dalam kejutan kecil ini. Kejutan atas kepulangan dan kesembuhan Yoona.

“Sabarlah Yoong, sebentar lagi kita akan sampai.” Ujar Jessica sambil mengusap tangan yeodongsaeng tersayangnya itu.

“Ne, Sica eonnie.” Ujar Yoona sambil mengangguk patuh dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang didudukinya. Ia mencoba untuk tidak berpikiran negatif pada member lainnya dan membayangkan berbagai kemungkinan menyenangkan yang sedang dilakukan oleh mereka untuknya.

Tak lama kemudian minibus yang ditumpangi kesembilan yeoja cantik itu dan seorang laki-laki yang ternyata adalah manajer mereka berhenti di suatu tempat. Yoona mendengar pintu minibus dibuka dari luar dan sesuatu meraih tangannya, menuntunnya turun dari minibus itu.

“Apakah kita sudah sampai, Taeyeon eonnie?” tanya Yoona dengan salah satu tangannya meraba-raba udara kosong di depannya. Satu tangan lainnya berada dalam genggaman seseorang yang ia yakini sebagai Yuri, membantunya berjalan ke arah yang benar.

“Ne, kita sudah sampai Yoong. Tinggal beberapa langkah lagi dan aku akan membuka penutup di matamu. Ikuti saja aba-aba dari Yuri.” Jawab Taeyeon. Yoona memiringkan kepalanya sedikit. Ia merasa suara Taeyeon berada agak jauh di depannya. Ia bermaksud untuk menebak dimana mereka sekarang, namun aba-aba dari Yuri memaksanya kembali berkonsentrasi pada langkah kakinya.

“Ayo Yoong, tinggal beberapa langkah lagi. Ya, maju ke depan, err sekitar dua langkah, eh tidak, satu langkah lagi. Ya, begitu. eh, tidak tidak, agak serong sedikit ke kiri, ya seperti itu. Tunggu tunggu, berhenti dulu Yoong. Nah, sekarang aku harus menempatkanmu dimana ya?” ujar Yuri yang sedari tadi sibuk memberi aba-aba pada Yoona. Ia membuka bibirnya tanpa suara, berusaha mengatakan sesuatu pada seseorang yang berada satu meter di depan mereka.

“Sekarang aku harus kemana, eonnie?” tanya Yoona setelah menyadari tidak ada lagi aba-aba dari Yuri. Tangannya tetap meraba-raba dan tidak menemukan apapun di sekitarnya. Udara yang semakin panas menandakan ada banyak orang yang kini mengelilinginya.

“Err, tetap di sini Yoong. Ya, kamu tetap di sini. Sebentar lagi Taeyeon eonnie akan membuka penutup matamu. Eh, bukan, aku yang akan membukanya. Siap Yoong?” tanya Yuri. Yoona masih kesulitan mencerna perkataan Yuri sebelumnya, namun begitu dia mendengar Yuri akan membuka penutup matanya, ia segera mengangguk bersemangat.

“Ne, eonnie, aku siap!” Tak lama ia merasakan kedua tangan Yuri yang tengah membuka ikatan penutup kepalanya dan disusul dengan hilangnya sensasi kain yang melekat di area matanya.

“Sudah Yoong, kamu boleh membuka mata sekarang.” Perintah Yuri. Yoona mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya, berusaha mengumpulkan cahaya. Awalnya cahaya itu terasa menyilaukan baginya, namun setelah kedua matanya terbiasa, ia melihat pemandangan yang membuatnya terharu dan bahagia.

“Selamat datang kembali Im Yoona!” teriak semua orang yang berada di ruangan itu. Ruangan bercat putih gading yang tidak terlalu luas dengan karpet menutupi hampir seluruh lantainya itu penuh dengan orang-orang yang dikenal dekat dengan Yoona. Kedelapan member SNSD, ayahnya, kakak laki-lakinya, serta beberapa member Super Junior (Leeteuk, Ryeowook, Kyuhyun, Sungmin, Eunhyuk, dan Yesung). Dan di sana, tepat di tengah semua orang yang mengelilinginya, berdirilah seorang namja dengan kue krim berukuran sedang di tangannya. Wajahnya sedikit tertutup oleh topi hitam yang dipakainya, namun Yoona tidak akan salah mengenali identitas namja itu.

“Donghae oppa? Kaukah itu?” tanya Yoona yang langsung membuat semua orang yang awalnya ribut menjadi diam. Diam yang tidak mengenakkan.

“Aniyo Yoona-ssi. Aku bukan Donghae oppa.” Jawab namja itu tenang dan membuka topinya. Saat itulah Yoona melihat siapa sebenarnya dia. Ia membelalakkan mata begitu menyadari kesalahan yang dilakukannya.

“Jonghyun-ssi?” tanya Yoona retoris.

“Ne, ini aku, Lee Jong Hyun. Maaf kalau aku mengecewakanmu.” Jawab Jonghyun. Sebersit kekecewaan terdengar dalam suaranya begitu ia tahu kalau yeoja yang dicintainya tidak pernah mengharapkan kehadirannya barang sekalipun. Yoona tersenyum tulus dan menggeleng.

“Ani, aku tidak kecewa. Aku berterima kasih kau mau datang. Dan maaf kalau tadi aku salah mengenalimu sebagai Donghae oppa. Seharusnya aku sadar kalau Donghae oppa tidak setinggi ini.” Perkataan Yoona kontan mengundang gelak tawa semua orang. Dan yeoja itu bersyukur telah berhasil mencairkan suasana. Meskipun ia harus bersiap menghindar dari Eunhyuk yang akan mencincangnya setelah mendengar candaannya tadi mengenai soulmate tercintanya.

“Ya! Yoona-aa! Awas kau! Berani-beraninya kau menghina Donghae di depanku!” teriak Eunhyuk sambil berlari mengejar Yoona yang sudah terlebih dulu berlari keluar ruangan.

“Aissh, lagi-lagi dua orang itu, ckck.” Gerutu Taeyeon saat melihat Yoona dan Eunhyuk berkejaran seperti dua anak kecil. “Ya, Hyoyeon-aa, cepat hentikan mereka!” perintah yeoja itu pada Hyoyeon yang mendelik kaget begitu mendengar perintah tersebut. Tanpa mengatakan apapun, akhirnya Hyoyeon berlari menyusul keduanya.

“Ya! Hyukkie-aa, berhenti!” teriak Hyoyeon. Mendengar namanya disebut tanpa penghormatan seperti itu, Eunhyuk berhenti mengejar Yoona dan berputar menghadap Hyoyeon.

“MWO? Kau memanggilku apa tadi? Hyukkie-aa? Hei, aku ini lebih tua darimu, Kim Hyoyeon! Dan yang paling penting aku ini namjachingumu. Mana bisa kau memanggilku seperti itu?” tanya Eunhyuk dengan nada tidak percaya. Bukannya gentar dengan sikap Eunhyuk yang mendadak berubah seperti monster, Hyoyeon justru mendekati namja itu.

“Umurmu memang lebih tua dariku, tapi tingkahmu seperti anak kecil. Dan apa kau bilang tadi? Kau mengaku sebagai namjachinguku? Kuterima saja belum, ckck.” Cibir Hyoyeon yang langsung mendapat amukan sesi kedua dari Eunhyuk.

“MWOYA? Belum kauterima? Ya! Kau … aissh, kau benar-benar membuatku gila Kim Hyoyeon!” teriak Eunhyuk gusar. Namja itu lupa pada Yoona dan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Kau salah telah mengirim Hyoyeon untuk menenangkan Eunhyuk, chagiya.” Bisik seorang namja ke telinga Taeyeon. Yeoja itu segera menoleh dan mendapati seraut wajah yang selalu membuatnya salah tingkah jika berada di dekatnya.

“Leeteuk oppa?! Sejak kapan kau ada di sampingku?” tanya Taeyeon bingung.

“Sejak kau terlahir ke dunia ini, Taeyeon-aa.” Jawab Leeteuk dengan rayuan mautnya. Muka leader SNSD kini memerah seperti tomat matang mendengar rayuan namja di sampingnya itu.

“Oppa! Berhenti merayuku! Dan aku tidak merasa salah telah meminta Hyoyeon untuk menenangkan Eunhyuk oppa. Yah, setidaknya Eunhyuk oppa tidak lagi membuat Yoona berlari mengelilingi halaman rumahnya. Dia baru saja sembuh dan aku tidak mau Eunhyuk oppa membuatnya kembali berada di rumah sakit menyebalkan itu.” jelas Taeyeon yang tidak ingin disalahkan begitu saja.

“Ne, ne, arrachi.” Ujar Leeteuk mengalah. Dan keributan yang berlangsung di halaman rumah Yoona tidak berhenti begitu saja. Eunhyuk masih saja beradu argumen dengan Hyoyeon, sementara Leeteuk tengah melancarkan jurus rayuan mautnya pada Taeyeon, dan yang lainnya heboh mengerubuti kue yang awalnya dibawa oleh Jonghyun. Hanya Tuan Im dan Jonghyun yang tidak ikut ambil bagian dalam memperparah keributan itu. Keduanya tengah menatap objek yang sama meskipun posisi mereka berjauhan. Seorang yeoja yang menunduk kelelahan dengan raut wajah gembira. Kedua pipinya bersemu merah dan bibirnya sesekali masih menderaikan tawa melihat kekonyolan Eunhyuk dan Hyoyeon. Hingga sedetik kemudian pandangan yeoja itu terkunci pada sepasang mata yang terus memperhatikannya.

Jonghyun tersentak begitu menyadari Yoona kini tengah memandangnya. Ia terlambat untuk mengalihkan tatapannya karena saat ini namja itu larut dalam kejernihan bola mata yeoja yang telah lama dipujanya.

In Love with Noona (part 2)

            “Noona!” teriak seorang namja yang masih mengenakan kostum panggung lengkap dengan tatanan rambut dan polesan make up di wajahnya. Ia melambaikan tangan dengan semangat kepada seorang yeoja yang terlihat kebingungan. Yeoja itu memalingkan mukanya dan menatap lurus ke arah sumber teriakan. Begitu sepasang matanya mengenali siapa namja itu, ia melangkahkan kaki lebih cepat sambil berusaha menerobos kerumunan di depannya.

            “Taemin-aa! Ternyata di sini ruang ganti kalian. Aku dan Yuri eonnie beberapa kali salah mengetuk pintu.” terang seorang yeoja berambut panjang lurus kehitaman itu yang kali ini hanya mengenakan jaket hoodie kuning dengan paduan legging hitam dan sepatu kets putih.

            “Bagaimana dengan syuting drama terbarumu, noona? Apa semuanya lancar?” tanya namja bernama Taemin sambil menggiring yeoja itu masuk ke dalam ruang ganti yang diberi keterangan ‘SHinee’s room’. Keempat namja lainnya yang masih sibuk mematut diri mereka di depan cermin langsung menoleh dan terkejut begitu mendapati salah seorang seniornya di agensi mendadak ada bersama mereka.

            “Yoona noona! Sejak kapan noona ada di sini?” tanya salah seorang dari mereka yang berpostur paling tinggi.

            “Baru saja. Dan sebentar lagi Yuri eonnie juga akan datang.” jawab Yoona, menampilkan senyum manisnya. Sepasang mata namja yang tadi bertanya padanya membulat tidak percaya.

            “Mworago?! Yuri noona juga datang? Ah, bagaimana ini? Apa dandananku sempurna? Ani, apa aku terlihat tampan dengan kostum ini?” racau namja itu sambil meraba dan merapikan penampilannya. Tangannya bergerak gugup yang mengakibatkan tatanan rambutnya sedikit berubah dari seharusnya.

            “Ya! Choi Minho! Kau malah membuat rambutmu berantakan!” bentak salah seorang dari mereka yang notabene adalah leader SHinee, Onew. Minho langsung menurunkan tangannya dan menatap Onew sambil meringis kecil. Sementara itu Yoona malah tertawa kencang melihat keajaiban yang baru saja terjadi.

            “Hahaha, ada apa denganmu Minho-aa? Kenapa kau selalu gugup dan salah tingkah tiap kali aku menyebut nama Yuri eonnie? Jangan-jangan kau menyukainya ya?” tuduh Yoona. Kedua matanya menyipit curiga dengan telunjuk kanan teracung lurus ke arah Minho. Sontak keempat orang lainnya yang juga dikenal sebagai member SHinee memusatkan perhatian mereka pada Minho dan menunggu jawaban namja itu.

            “Ah, ani, aniyo. Bukan begitu, aku.. aku bukannya menyukai Yuri noona. Jangan salah paham, tapi aku..” Minho belum menyelesaikan kalimatnya ketika mendadak pintu ruangan mereka terbuka ke dalam.

            “Annyeong! Ah, mian aku terlambat. Aku membeli ini dulu untuk kalian.” ujar seorang yeoja sambil mengangkat sekantong penuh belanjaan. Kelima orang yang berada di ruangan itu langsung memalingkan muka dan menatap penuh harap ke arah kantong tersebut.

            “Makanaan!” teriak mereka bersamaan sambil menghambur ke arah yeoja yang membawanya. Yeoja itu langsung menyadari situasi yang tidak diinginkannya itu dan segera menahan mereka di tempatnya.

            “Ya! Berhenti atau ini akan aku berikan pada artis lainnya!” ancam yeoja itu dengan menjauhkan kantong belanjaan itu dari mereka. Rupanya ancaman itu ampuh untuk menghentikan lima orang beringas yang sangat sensitif jika bertemu dengan makanan. Sayangnya karena ia terlalu berkonsentrasi untuk menghindari serangan lima manusia setengah shiksin itu, ia tidak memperhatikan kalau sedari tadi ada seorang namja yang bertingkah canggung setelah kedatangannya. Namja itu malah tersenyum tidak jelas dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Namja itu belum juga menyadari kalau tindakannya itu akan berhadiah amukan dahsyat dari hair stylish mereka.

            “Ayolah Yuri-aa, kita sudah lapar. Ani, sangat lapar malah. Berikan makanannya, ne?” bujuk Onew yang mendapat dukungan dari Taemin sambil memasang wajah memelas mereka.

            “Benar noona, kita lapar sekali sampai-sampai kita hampir saja memakan Yoona noona kalau noona tidak segera datang membawa makanan.” bujuk salah satu namja paling stylish di grup tersebut, Key, yang langsung mendapat jitakan keras di kepalanya.

            “Mwo? Kau ingin memakanku? Aish, analogimu jelek sekali Key-aa. Berapa sih nilai bahasamu di sekolah?” omel Yoona pada Key yang hanya bisa menatapnya sambil meringis kesakitan.

            “Yah, nilainya masih standarlah kalau seingatku.” jawab namja yang berpostur paling pendek namun menempati posisi sebagai main vocalist di grupnya, Jonghyun. Key mendelik ke arah Jonghyun yang ditanggapi dengan pandangan benar-kan-apa-yang-kubilang oleh lawannya.

            “Sudah sudah, ini makanannya.” lerai Yuri sambil meletakkan kantong berisi beberapa bungkus makanan ringan itu di atas meja panjang yang terletak di dalam ruangan. Kontan kelima orang tersebut langsung menyerbu makanan-makanan itu.

            “Aku mau yang ini!” teriak Onew sambil menarik satu kantong makanan ringan berupa keripik kentang beraroma ayam bakar.

            “Dasar ayam.” ejek Jonghyun dalam bisikan yang rupanya masih terdengar oleh Onew. Onew mendelik padanya dan menjauh sambil mendekap erat makanan ringan favoritnya. Jonghyun dengan santai mengambil satu bungkus keripik rumput laut kering beraroma pedas, “Aku ambil yang ini noona”.

            “Aku mau yang ini.. Ya! Kenapa kau merebut makananku? Ya! Kembalikan Taemin-aa!” teriak Key frustasi sambil mengejar Taemin yang mengambil sebungkus keripik bulat rasa keju kesukaannya. Taemin yang tidak merasa bersalah langsung membuka bungkusan itu dan memakannya dengan nikmat.

            “Key-aa, sudahlah, biarkan Taemin makan itu. Ini, kau berbagi denganku saja.” tawar Yoona yang bermaksud untuk melerai perebutan makanan antara Taemin dan Key. Yoona melambaikan tangan kanannya, meminta Key untuk bergabung dengannya dan Yuri di atas sofa. Sementara Onew dan Jonghyun memilih untuk memakan makanan mereka di kursi rias masing-masing. Key yang mendapat tawaran itu langsung berbalik dan tersenyum senang begitu Yoona mau berbagi makanan dengannya.

            “Jeongmalyo? Ah, kau memang malaikat noona! Tidak seperti Taemin.” sindir Key pada Taemin yang memajukan bibir bawahnya. Bahunya melorot dengan pandangan cemburu yang terang-terangan diperlihatkannya kepada Key dan Yoona.

            “Aigo, ada apa denganmu Taemin-aa? Apa kau mau bergabung bersamaku dan Key di sini?” ajak Yoona yang menyadari perubahan raut wajah Taemin. Mendadak raut itu menampilkan seluas senyum bahagia khas anak-anak begitu mendengar ajakan noona yang dikaguminya.

            “Andwe! Kenapa kau mengajaknya juga noona? Dia kan sudah mendapat makanan yang diinginkannya.” protes Key.

            “Key-aa, berhenti bersikap seperti anak kecil. Memang apa salahnya kalau Taemin ikut bergabung? Toh kalian malah bisa saling bertukar makanan kan?” jelas Yoona berusaha bijak dalam menanggapi protes dongsaengnya itu. Kali ini giliran Key yang memajukan bibir bawahnya. Dengan enggan akhirnya Key mengalah dan menggeser tempat duduknya.

            “Gomawoyoo noona!” ujar Taemin dengan gaya aegyonya. Yuri yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah kehebohan tadi mereda, yeoja itu akhirnya menyadari kalau ada satu orang yang belum mengambil makanannya. Matanya beredar mengelilingi ruangan dan berhenti di tempat seorang namja berdiri kebingungan sambil melihat ke arahnya.

            “Minho-aa, kenapa kau diam saja di situ? Sini, ambil makananmu dan makanlah sebelum kalian tampil.” ajak Yuri pada Minho. Namja yang diajaknya membulatkan mata dan membuka mulut yang sukses membuat Yuri tertawa melihatnya.

            “Hahaha, kau kenapa? Habis melihat hantu?” tanya Yuri ketika Minho tidak juga memberikan reaksi berarti atas ajakannya. Minho tergeragap dan menggeleng cepat.

            “A.. Aniyo, noona. Aniyo.” jawab Minho. Selanjutnya guna menghindari pertanyaan lebih jauh dari Yuri, namja itu memutuskan untuk menerima ajakan yeoja yang diam-diam disukainya itu. Dengan canggung ia meraih sebungkus makanan ringan dan berusaha membukanya. Namun tangannya yang berkeringat akibat sensasi aneh yang muncul karena kehadiran seorang yeoja itu membuatnya kesulitan untuk merobek bagian atas pembungkusnya. Yuri yang menyadari kesulitan Minho segera beranjak dan menjajari tinggi namja itu yang berbeda hampir 10 cm lebih dari tinggi tubuhnya sendiri.

            “Sini aku bantu untuk membukanya.” tawar Yuri. Tanpa menunggu persetujuan  dari Minho, yeoja itu langsung mengambil bungkusan makanan yang berada di genggaman tangan Minho. Tanpa mengalami kesulitan berarti ia mampu merobek pembungkus atasnya dan menyerahkan kembali makanan itu kepada Minho.

            “Ini, makanlah. Waktu kalian tampil tinggal setengah jam lagi.” ucap Yuri mengingatkan. Minho hanya mengangguk patuh dan mulai memasukkan makanan satu persatu ke dalam mulutnya. Ia masih terbuai oleh kelembutan dan senyum manis Yuri sampai sebuah tangan mencengkeram bahunya dan menjatuhkannya ke atas kursi rias dengan sedikit kasar.

            “Ya! Choi Minho! Apa tadi yang sudah aku katakan padamu? Jangan terlalu banyak menggerak-gerakkan tanganmu. Lihatlah rambutmu sekarang, aish, menyusahkan hair stylish saja.” omel Onew pada salah satu dongsaengnya itu. Rupanya ia telah selesai memakan camilan sebelum tampilnya dan kembali bersiap untuk pertunjukan malam ini. Minho tersentak kaget. Naasnya namja itu tersedak makanan yang masih memenuhi mulutnya.

            “Uhuk uhuk! Uhuk uhuk” Onew dengan sigap mengambil botol minuman yang berada di meja rias Minho dan mengangsurkannya pada namja itu. Minho meraih botol yang berisi setengah dari takarannya dan menenggak isinya dengan cepat.

            “Pelan-pelan saja minumnya, pabo.” tegur Jonghyun dari belakang. Minho terpaksa menahan diri untuk tidak memukul atau setidaknya membalas Onew dan Jonghyun yang telah mempermalukannya di depan Yuri. Setelah menghabiskan air yang berada di dalam botol, Minho lagi-lagi terpaksa menahan diri saat hair stylish grup mereka datang dan ikut memarahi perbuatannya. Yuri yang tidak tega melihat salah satu namdongsaengnya diperlakukan seperti itu memutuskan untuk menyemangati Minho.

            “Minho-aa, hwaiting! Aku yakin penampilanmu malam ini akan charming seperti biasanya.” ujar Yuri yang berhasil memunculkan rona merah di pipi namja itu.

            “Mengaku sajalah kalau kau memang menyukainya, Minho-aa.” bisik Onew penuh kemenangan saat melihat perubahan rona itu di pipi Minho, namja yang ia tahu sangat dingin kepada yeoja-yeoja yang dikenalnya. Minho menoleh dan menatap panik pada Onew seakan meminta hyungnya untuk merahasiakan hal tersebut dari member lainnya.

            “Ah, arraseo.” bisik Onew yang langsung mengerti isyarat Minho. Segera setelah ia menggoda Minho, namja yang bernama asli Lee Jinki itu berbalik menghadap ke tiga member lainnya yang telah siap.

            “Kalian sudah siap untuk malam ini?” tanyanya pada Jonghyun, Key, dan Taemin. Ketiganya mengangguk mantap dan menjawab, “Ne, hyung! Kami siap!”.

            “Baiklah, sambil menunggu Minho, lebih baik kita saling berpegangan tangan dan berdoa untuk kesuksesan pertunjukan malam ini. Yoona-aa, Yuri-aa, ayo bergabung dan berdoalah untuk kita semua.” ajak Minho. Yoona dan Yuri mengangguk setuju dan bergegas membentuk lingkaran bersama empat member SHinee. Jemari kedua yeoja itu langsung bertautan dengan jemari keempat namja yang baru beberapa bulan ini memulai debutnya.

            Minho mengerang pelan saat melihat jemari Yuri berkaitan dengan Onew dan Jonghyun, bukan dengannya. Sementara salah seorang di antara mereka merasakan denyut jantungnya meningkat. Bukan karena pertunjukan malam ini, tetapi karena jemarinya kini menaut jemari seseorang yang dengan lancangnya mencuri hati serta pikirannya. Seseorang yang dengan sukses menjadi cinta pertamanya.

-o0o0o-

            “Noo..” langkah Taemin terhenti begitu melihat seorang namja datang dan menghampiri seseorang yang hendak dipanggilnya. Kedua matanya menyipit, berusaha untuk mengenali siapa namja tersebut. Begitu ia tahu siapa gerangan namja itu, mulutnya mendesiskan satu nama dengan intonasi bertanya yang ia tujukan untuk dirinya, “Kibum hyung?”.

            Sementara itu, kedua orang yang tengah diamati oleh Taemin tampak terlibat dalam perbincangan seru. Dari kedekatan jarak serta ekspresi mereka saja orang lain dapat menduga kalau keduanya sudah kenal dekat.

            “Annyeong Kibum oppa! Tumben kau masih di sini?” sapa seorang yeoja dengan jaket tebal yang dikenakannya. Rambut panjangnya diikat satu dengan aksen sedikit acak. Namja yang disapa tersenyum dan berjalan mendekati yeoja itu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam celana hitam longgarnya.

            “Annyeong Yoona-aa. Ah, itu, tadi ada barangku yang tertinggal. Jadi aku harus kembali ke sini untuk mengambilnya.” jelas Kibum. Yoona mengangguk pelan mendengarnya. Mendadak pikirannya kembali dijejali oleh satu pertanyaan yang terus menghantuinya ketika ia mengingat atau bertemu dengan namja yang kini ada di hadapannya.

            Rupanya Kibum memperhatikan Yoona yang mendadak diam dan seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ah, mungkin malam ini aku bisa keluar bersamanya sebentar. Sudah lama aku tidak menikmati waktu berduaan dengan Yoona, batin namja itu. Setelah merasa yakin dengan niatnya, namja itu memanggil Yoona yang masih diam saja.

            “Yoona-aa, Yoona-aa, apa kau baik-baik saja?” tanya Kibum sambil melambaikan tangannya di depan muka yeoja itu. Yoona tergeragap dan kembali menjejak dunia nyata begitu mendengar seseorang memanggilnya.

            “Ah, ne, aku baik-baik saja oppa. Apa kau mau pulang sekarang?” tanya Yoona. Namja itu menggeleng yang mengundang kerut kebingungan di kening Yoona.

            “Ani, aku belum mau pulang. Mendadak aku ingin mengajakmu berjalan-jalan. Apa kau mau?” tanya namja itu. Sontak Yoona membulatkan matanya tidak percaya mendengar ajakan tiba-tiba dari namja yang menjadi partner beraktingnya semasa mereka menjadi trainee.

            Sama halnya dengan Yoona, Taemin pun merasakan keterkejutan yang sama dengan yeoja itu. Kibum hyung mau mengajak Yoona noona berjalan-jalan? Apa mereka biasa melakukan itu? tanya namja yang baru berusia 16 tahun itu dalam hati. Namja itu makin kaget saat melihat Yoona menganggukkan kepalanya.

            “Ne, baiklah oppa. Kebetulan aku masih ada waktu satu jam sebelum harus ke tempat syuting. Memang oppa mau mengajakku kemana?” tanya Yoona penasaran. Kibum mengangkat bahunya dengan kepala sedikit ditelengkan ke kiri, “Molla. Tempat biasa mungkin?”.

            Mendengar itu Yoona mendaratkan cubitannya ke lengan Kibum yang membuat namja itu mengaduh kesakitan.

            “Aw! Ya, kenapa kau mencubitku?” tanya Kibum sambil menggosok-gosok lengannya yang menjadi korban cubitan Yoona. Meski tidak keras, namun cubitan yeoja itu dikenal mampu merubah kulit menjadi merah, bahkan membiru untuk beberapa kasus yang memancing respon lebih dahsyat.

            “Aniyo. Aku hanya ingin mencubit oppa, haha. Sudahlah, lebih baik kita pergi sekarang. Kajja!” ajak Yoona sambil menarik tangan Kibum untuk keluar dari bangunan berlantai empat itu. Kibum mengalah dan mengikuti langkah yeoja itu keluar dari pintu dorong. Keduanya segera lenyap dari pandangan Taemin menembus warna-warni lampu daerah Apku Jung di malam hari.

            “Mereka mau kemana semalam ini? Aish, aku bahkan tidak sempat memberikan ini untuk Yoona noona. Mengesalkan!” ucap Taemin dengan kekesalan yang tidak berusaha untuk disembunyikannya. Akhirnya setelah 15 menit menguping serta mengamati Yoona dan Kibum, namja itu memutuskan untuk kembali ke ruang latihan grupnya.

-o0o0o-

            “Oppa, kapan kau akan kembali?” tanya seorang yeoja yang menghadapkan wajahnya pada aliran tenang sungai Han di bawahnya. Namja yang berada di sebelahnya menoleh dan menaikkan salah satu alisnya, “Maksudmu?”.

            “Aku yakin oppa tahu maksudku.” desah yeoja itu. Kepalanya yang tadi lurus menatap ke depan kini tertunduk. Namja itu turut mendesah begitu menyadari arah pertanyaan yeoja yang sudah lama dikenalnya itu.

            “Yoona-aa, aku tidak tahu kapan akan kembali. Tapi kau tidak perlu khawatir, sebagian diriku tetap beridentitaskan member Super Junior. Aku pun berharap dapat kembali dan berkumpul bersama mereka lagi, tapi bukan sekarang.” jelas namja itu setenang mungkin. Emosinya mulai tercampur tidak karuan saat orang-orang yang dekat dengannya menanyakan hal yang sama.

            “Kibum oppa, kami merindukanmu. ELF merindukanmu.” ucap Yoona yang berjuang keras menahan air matanya agar tidak jatuh. Dan aku juga merindukanmu, sambung yeoja itu dalam hati.

            “Suatu saat nanti aku pasti kembali. Aku menjanjikan itu padamu, Yoona-aa. Aku pasti akan kembali.” ujar Kibum pelan. Meski dia tidak tahu kapan tepatnya, tetapi dia yakin kalau dia akan kembali. Terlebih ada seorang yang sangat berharga baginya kini tengah menunggunya pulang.

            Yoona tidak mampu untuk berkata apapun setelah mendengar janji yang Kibum ikrarkan di hadapannya. Ia berusaha untuk mempercayai janji itu dan bertahan untuk tetap berharap akan sebuah keajaiban yang membawa Kibum kembali pada grupnya.

            Kibum seolah merasakan apa yang dirasakan yeoja itu. Tanpa dapat dicegah namja itu menarik tubuh Yoona ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap lembut rambut Yoona dan untuk beberapa detik mengeratkan pelukannya pada yeoja itu.

            Dalam pelukan Kibum, Yoona tidak mampu menahan air matanya lebih lama lagi. Ia terisak perlahan dan membenamkan diri di pelukan Kibum yang selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan untuknya. Setelah membiarkan dirinya terhanyut, Yoona akhirnya melepaskan diri dari pelukan Kibum dan menatap namja itu.

            “Antar aku ke tempat syuting ya oppa? Aku pasti terlambat kalau harus menunggu manajer oppa menjemput dan mengantarkan ke sana. Ne?” pinta Yoona dengan wajah memelasnya. Kibum tertawa dan refleks mengacak puncak kepala yeoja itu. Namja itu mengerti kalau Yoona tidak ingin membahas lebih lanjut tentang pertanyaannya tadi.

            “Arraseo. Aku akan mengantar tuan putri kemanapun dia ingin pergi.” balas Kibum setengah bercanda. Yoona ikut tertawa mendengarnya. Tak lama keduanya berjalan ke tempat mobil Kibum diparkir dan masuk ke dalamnya dengan campuran rasa yang berusaha untuk mereka tutupi satu sama lain.

            Mereka tidak pernah tahu kalau sedari tadi ada dua orang yang mengawasi keduanya sejak mereka datang. Kedua orang itu tersembunyi di dalam mobil van hitam yang dikemudikan oleh supir kepercayaan mereka.

            “Tuh kan, apa yang kubilang hyung. Sepertinya Kibum hyung dan Yoona noona ada hubungan khusus.”bisik seorang namja yang berusia dua tahun lebih muda itu kepada namja di sampingnya.

            “Aish, kita kan belum tau pasti Taemin-aa. Lagipula baru sekali ini kita melihat mereka pergi berdua.” sanggah namja itu sambil beringsut menjauh dari namja yang dipanggilnya Taemin. Selama 30 menit keduanya mengawasi Kibum dan Yoona dari dalam van dengan menggunakan teropong mini yang mereka pinjam dari dua orang trainee perempuan di agensinya.

            “Tapi tadi hyung melihat mereka berpelukan kan? Apa itu bukan bukti kalau mereka ada apa-apa?” ucap Taemin yang masih bertahan dengan kecurigaannya.

            “Berpelukan bukan berarti mereka sepasang kekasih, Taemin-aa. Apa kau tidak pernah melihat Yoona noona berpelukan dengan seorang namja?” balas namja itu yang membangkitkan keingintahuan Taemin lebih jauh.

            “Apa? Yoona noona pernah berpelukan dengan namja selain Kibum hyung?!” teriak Taemin histeris yang membuatnya mendapat jitakan keras dari lawan bicaranya.

            “Ya! Bisakah kau tidak berteriak? Telingaku masih berfungsi normal tahu?” sungut namja itu sambil mengusap-usap telinganya. Taemin memperlihatkan cengiran tanpa dosanya.

            “Hehehe, mianhae Key hyung. Aku hanya kaget saat kau bilang pernah melihat Yoona noona berpelukan dengan namja lain. Tapi apa itu benar?” tanya Taemin lagi. Kini keduanya sudah meluncur di jalanan lapang menuju dorm mereka untuk menghindari kemarahan Onew jika tahu kedua dongsaengnya malah keluar malam-malam padahal besok siang mereka harus kembali tampil dalam rangka debut grup mereka.

            “Tentu saja! Hei, memangnya kau hidup di dunia mana sih? Tidak pernah kenal dengan yang namanya internet ya?” tanya Key setengah mencibir. Taemin memberengut begitu mendengarnya.

            “Aish, tentu saja aku tahu hyung! Cuma aku tidak punya banyak waktu untuk online seperti hyung.” balas Taemin. Key menutup kedua telinganya dan berlagak seolah tidak mendengar apa yang Taemin katakan.

            “Hei, hyung, memang apa yang pernah kau temukan tentang Yoona noona? Kau bilang pernah melihatnya berpelukan dengan namja lain? Dimana kau melihatnya hyung?” cecar Taemin.

            “Y-O-U-T-U-B-E. Aku melihatnya di youtube, arraseo?” jawab Key singkat yang tentu saja tidak memuaskan Taemin.

            “Apa itu? Bagaimana cara menggunakannya?” tanya Taemin gigih.

            “Aish, youtube saja kau tidak tahu? Benar-benar.. Ya sudahlah, nanti di dorm aku akan mengajarimu apa-apa yang perlu kau tahu. Sekarang lebih baik kau biarkan aku istirahat, ne? Seharian ini latihan dan mendadak harus menemanimu memata-matai sunbae kita sendiri, haah, capeknya.” ucap Key. Namja itu menguap lebar dan menggeliat tidak nyaman sebelum akhirnya jatuh tertidur hanya dalam hitungan detik.

            “Gomawo hyung!” pekik Taemin tertahan. Matanya berbinar dan tidak menunjukkan kelelahan sama sekali setelah dijanjikan Key untuk mempelajari hal yang baru baginya. Namun binar itu tidak bertahan lama karena lima menit kemudian kedua matanya tertutup rapat dan namja itupun tertidur lelap di kursi sebelah Key.

 

Mistake (part 4)

Waktu masih menunjukkan pukul 05.00 KST ketika sebuah ponsel bergetar pelan dan mengusik mimpi indah seorang yeoja berparas cantik. Yeoja itu menggeliat sebentar dan sebelah tangannya menggapai-gapai ke segala arah, berusaha mencari sumber getaran itu. Begitu tangannya berhasil meraih benda yang dimaksud, ditariknya benda itu dan dihadapkannya tepat di depan wajahnya. Kedua matanya memicing untuk menghalangi sinar lampu yang menerobos tanpa ampun ke dalam retinanya. Setelah berhasil menyesuaikan dengan rangsang cahaya di sekitarnya, kedua mata yeoja itu terbuka dengan kelopak yang sedikit menggantung menahan kantuk. Dengan gerakan lamban, ia memiringkan kepala dan menyipitkan mata untuk melihat apa yang tertera di layar ponselnya. 1 new message. Kening yeoja itu langsung berkerut begitu mendapati satu pesan terpampang di layar ponsel itu. Siapa sih yang berani sms pagi-pagi buta begini? rutuk yeoja itu dalam hati. Ia segera menekan perintah view dan terpampanglah sederet kalimat dari orang yang memiliki janji dengannya hari ini.

From : GameKyu Oppa

Hei nenek rusa, bangun! Ingat janjimu hari ini untuk menemaniku berjalan-jalan. Cepat bersiaplah karena 30 menit lagi aku akan sampai di dorm-mu. Arra?

“Aish, hampir saja aku lupa kalau hari ini ada janji dengan Kyuhyun oppa.” Desah yeoja itu. Dengan berat hati ia menyingkap selimut yang menyelubungi tubuhnya dan beranjak bangun dari tempat tidur. Tanpa berkata apapun, ia mengambil selembar handuk bersih dari dalam lemari dan sebuah sikat gigi dari tempat penyimpanannya lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian terdengarlah guyuran shower dari dalamnya. Sepuluh menit kemudian yeoja itu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah yang segar setelah terbasuh air shower. Badannya menguarkan harum sabun mandi beraroma apel yang menyegarkan. Rambutnya yang panjang terlihat basah dengan wangi bergamodt yang tercium samar-samar. Setelah menyampirkan handuk di tempat jemuran dan meletakkan kembali sikat giginya, yeoja itu berjalan ke arah lemari kayu yang berada di sudut ruangan lalu membuka salah satu pintunya. Ia sibuk memilah-milah baju yang akan dipakainya sampai ia menemukan setelan dress putih kasual dengan lengan pendek berenda dan pita yang menjuntai manis di bagian pinggang. Ia menarik dress itu dan segera berganti pakaian. Begitu selesai berpakaian, ia melangkah ke meja rias dan mengambil hair dryer. Ujung kabel alat itu dimasukkan ke dalam stop kontak yang berada di samping meja rias. Begitu tersambung dengan aliran listrik, alat itu dinyalakan dan diarahkan ke rambutnya yang masih basah. Perlu waktu 10 menit untuk membuat rambutnya kering sempurna. Setelah itu, ia mengambil sisir dan menata rambutnya dengan membuat belahan samping dan menjepitnya dengan jepitan sederhana. Belahan lainnya dibiarkan menjuntai begitu saja. Sebagai sentuhan terakhirnya, ia memoleskan make up tipis ke wajahnya dan menyemprotkan parfum ke leher, belakang telinga, serta pergelangan tangannya.

“Selesai. Sekarang aku tinggal menunggu Kyuhyun oppa sambil membuat sarapan.” Ujar yeoja itu sambil mematut dirinya di depan cermin meja rias sekali lagi. Setelah puas dengan hasilnya, ia melangkah keluar dan menuju ke dapur dimana telah ada seorang yeoja lainnya di sana tengah menyeduh susu putih.

“Annyeong Hyunnie-aa.” Sapa yeoja itu pada yeoja lainnya yang tengah menyeduh susu. Yeoja yang disapa mendongak dan terlihat kaget saat melihat siapa yang menyapanya barusan.

“Ah, annyeong… Yoona eonnie? Tumben sekali sepagi ini sudah rapi? Apa hari ini eonnie ada jadwal?” tanya Seohyun sambil menatap bingung ke arah Yoona. Susu putih yang diseduhnya sudah jadi dan tinggal diminum.

“Ani, hari ini aku tidak ada jadwal tapi ada janji dengan Kyuhyun oppa. Kemarin dia memintaku untuk menemaninya berjalan-jalan entah kemana.” Jawab Yoona sambil membuka lemari dapur dan mengambil mangkuk serta gelas dari dalamnya. Tanpa memperhatikan kerutan di kening Seohyun yang semakin dalam, ia menuangkan sekotak sereal ke dalam mangkuk dan mencampurnya dengan susu kotak dingin yang berada di kulkas.

“Berjalan-jalan? Dengan Kyuhyun oppa? Apa itu tidak bahaya eonnie? Maksudku, kalian kan sama-sama public figure yang diincar media. Apa tidak apa-apa berjalan-jalan seperti itu?” tanya Seohyun lagi. Yoona memandang dongsaengnya dan tersenyum menenangkan.

“Tenanglah, aku dan Kyuhyun oppa tidak sebodoh itu. Tentu saja kami sudah menyiapkan kostum penyamaran masing-masing agar tidak mudah dikenali. Oh iya, ngomong-ngomong mala mini kita ada jadwal perform ya?” tanya Yoona sambil membawa semangkuk sereal dan segelas air putih ke ruang makan dan meletakkan kedua benda itu di atas meja makan.

“Ne, malam ini kita ada jadwal perform untuk mempromosikan single terbaru kita. Eonnie tidak berniat untuk pulang malam kan?” selidik Seohyun. Sekarang yeoja itu telah duduk berhadapan dengan Yoona yang asyik melahap sarapannya.

“Tentu saja tidak! Aku tahu kewajibanku, Hyunnie.” Jawab Yoona sambil menyuapkan sesendok sereal ke dalam mulutnya. Seohyun hanya mengangguk mengerti dan meminum susunya. Kedua yeoja itu terlarut dalam kegiatan masing-masing dan tidak lagi terlibat dalam percakapan. Beberapa saat kemudian, baik Yoona maupun Seohyun sudah menyelesaikan santapan paginya masing-masing. Yoona berdiri dan baru saja mau membawa mangkuk dan gelas kotornya ke dapur ketika Seohyun mencegahnya.

“Biar aku saja eonnie. Eonnie bersiap-siaplah dulu.” tawar Seohyun sambil mengambil alih mangkuk dan gelas kosong dari tangan Yoona.

“Baiklah, gomawo Hyunnie-aa.” Balas Yoona sambil tersenyum berterima kasih. Seohyun hanya mengangguk kecil dan membawa peralatan makan yang kotor itu ke bawah keran air di dapur. Yoona telah berada di kamarnya ketika didengarnya kucuran air keran dari dapur. Yeoja itu baru saja keluar dari kamar ketika didengarnya Seohyun bertanya lagi.

“Apa eonnie berjanji dengan Kyuhyun oppa di suatu tempat untuk bertemu?” Yoona menelengkan kepalanya menndengar pertanyaan itu dan menggeleng cepat.

“Ani, dia yang akan menjemputku. Waeyo?” balas Yoona. Seohyun tampak salah tingkkah dan memainkan jemarinya di depan dada.

“Aniyo, eonnie. Aku hanya ingin tahu. Oh iya, apa manajer Kibum oppa sudah tahu hal ini? Kalau eonnie akan pergi dengan Kyuhyun oppa?” tanya Seohyun lagi.

“Ne, aku sudah meminta izin padanya kemarin. Aku juga sudah memberitahu Taeng eonnie dan Fany eonnie tentang janjiku ini. Jadi kau tenanglah, arraseo?” jawab Yoona tersenyum kecil. Seohyun mengangguk singkat. Sebelum ia sempat mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya, bel pintu dorm berbunyi.

“Ah, itu pastilah Kyuhyun oppa! Kalau begitu aku berangkat dulu ya. Tolong sampaikan pada yang lain kalau aku akan pulang setelah makan siang. Oh iya, dan tolong kau kunci pintunya dari dalam Hyunnie-aa. Annyeong!” pamit Yoona. Yeoja itu segera mengambil mantel coklatnya yang berada di tiang gantungan dan sepasang sepatu hak tingginya dari barisan rak di dinding lorong menuju pintu keluar. Seohyun mengikuti langkah Yoona dan hanya mampu melihat nanar pada satu sosok yang berada di balik tubuh Yoona. Cho Kyuhyun.

Kyuhyun menyadari ada orang lain di belakang Yoona dan menjulurkan kepala melewati bahu Yoona untuk melihatnya. Senyumnya terkembang begitu melihat Seohyun.

“Ah, Seohyun-aa, annyeong! Maaf kalau aku membangunkanmu.” Sapa Kyuhyun ramah. Sementara itu Seohyun hanya tersenyum kecil dan menjawab, “Annyeong Kyuhyun oppa! Aniyo, kau tidak membangunkanku. Kebetulan aku bangun lebih dulu karena ingin melanjutkan membaca buku yang baru saja kubeli kemarin”.

“Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, aku dan Yoona pergi dulu ya. Annyeong.” Pamit Kyuhyun sambil menggamit tangan Yoona dan menariknya keluar dari dorm.

“Annyeong Hyunnie-aa.” Pamit Yoona sambil menatap Seohyun tanpa melepaskan pegangan tangan Kyuhyun dari tangannya.

“Annyeong Kyuhyun oppa, Yoona eonnie. Semoga perjalanan kalian menyenangkan.” Balas Seohyun. Matanya yang semula melihat kedua wajah yang dikenalnya itu langsung turun ke pemandangan yang membuat sebelah hatinya nyeri. Tautan tangan Kyuhyun dan Yoona yang seakan tak akan pernah bisa terpisahkan.

Begitu kedua orang itu pergi, Seohyun melangkah ke pintu dan meraih pegangannya lalu menutupnya dengan pelan. Tanpa bersuara, ia segera memasukkan serangkaian kombinasi angka yang merupakan kode kunci pintu dorm mereka. Setelah itu, yeoja yang berusia setahun lebih muda dari Yoona itu menghembuskan napas berat dan melangkah kembali ke dalam kamarnya.

-o0o0o-

Di dalam sebuah mobil sedan berwarna biru gelap, terdapat seorang namja dan yeoja yang terlibat dalam pembicaraan hangat. Namja yang duduk di kursi pengemudi itu berpakaian kasual dengan mantel hitam tebal tersampir di bantalan kursi. Sebuah kacamata hitam bertengger manis di hidungnya yang mancung. Kulit putihnya yang tampak terawat terkena berkas pantulan sinar matahari yang baru saja merangkak naik menerangi penjuru kota Seoul. Sementara itu, seorang yeoja yang duduk di sebelahnya tampak bersandar nyaman sambil sesekali memainkan tangannya seolah tengah memimpin sekelompok orkestra di atas panggung. Yeoja itu juga mengenakan kacamata hitam untuk melindungi matanya dari pantulan cahaya yang menyorot langsung ke matanya.

“Oppa, sebenarnya kita mau kemana?” tanya yeoja itu masih dengan tangannya yang bermain-main di udara mengikuti alunan musik yang terdengar dari perangkat audio di dalam mobil itu.

“Rahasia. Kau akan tahu nanti saat kita sampai di sana.” Balas namja itu sambil tersenyum misterius. Wajahnya sempat berpaling sebentar menatap yeoja yang ada di sampingnya. Kedua alisnya terangkat penuh makna yang membuat yeoja itu semakin penasaran.

“Aish, pakai main rahasia-rahasiaan segala! Oppa tidak asyik!” ujar yeoja itu sambil mengerucutkan bibir mungilnya. Kedua tangannya yang tadi bermain kini bersedekap terlipat di depan dada.

“Begitu saja marah. Sudahlah Yoong, kau tenang saja. Aku tidak akan membawamu ke tempat yang aneh-aneh. Percayalah padaku.” ujar namja itu sambil mengusap pelan bahu yeoja itu.

“Bagaimana aku bisa percaya? Selama ini kan oppa selalu saja menjahiliku.” Ucap yeoja itu sambil memiringkan kepalanya dengan pandangan mata yang sedikit disipitkan.

“Hahaha, itu tidak akan terjadi kali ini Yoong. Percayalah padaku, ne?” pinta namja itu. Pandangannya terfokus pada jalanan di depannya yang mulai ramai dipadati oleh kendaraan lainnya.

“Aku akan percaya kalau oppa memberitahuku kemana kita akan pergi.” Balas yeoja itu tidak mau kalah. Namja di sebelahnya menghembuskan napas pelan dan berbalik menghadap yeoja itu. Untunglah saat itu mobil tengah berhenti karena terhalang lampu merah yang menyala.

“Yoong, aku mohon.” Pinta namja itu sekali lagi. Yeoja di sebelahnya hanya mengangkat bahu acuh.

“Aniyo, Kyuhyun oppa. Katakan dulu kita mau kemana baru aku mau percaya padamu.” Balas yeoja itu tetap pada pendiriannya. Namja yang dipanggil Kyuhyun itu mendesah dan memajukan badannya ke arah yeoja itu yang tak lain adalah Yoona. Melihat tubuh Kyuhyun yang condong ke arahnya membuat Yoona sedikit memundurkan punggungnya dan menatap dengan mata membeliak lebar.

“Kyuhyun oppa! Apa… apa yang ingin kau lakukan?” tanya Yoona dalam bisikan. Kyuhyun tidak menjawab pertanyaan itu dan malah semakin memajukan tubuhnya sampai akhirnya kedua bibir mereka bertemu dalam kecupan singkat.

“Diamlah Yoong, atau aku terpaksa menutup mulutmu dengan ciumanku lagi.” ujar Kyuhyun sambil mengerling nakal. Posisi tubuhnya kini sudah kembali ke tempat semula. Salah satu tangannya tampak menggeser persneling mobil dan memindahkan gigi lalu menginjak rem untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka. Sementara itu Yoona masih terlihat shock dengan perlakuan Kyuhyun tadi dan hanya bisa menatap Kyuhyun dalam sepersekian detik sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

“Kau… Ya! Apa yang baru saja kau lakukan huh? Seenaknya saja menciumku! Memangnya aku mainan yang bisa seenaknya kau cium begitu saja? Cih.” Cibir Yoona sambil memalingkan wajah keluar jendela. Sebenarnya ia melakukan hal itu bukan karena marah, namun karena ia harus menyembunyikan wajahnya yang merona merah setelah ciuman itu. Ia hanya tidak ingin Kyuhyun melihatnya memerah seperti kepiting rebus.

“Sudahlah Yoong, aku tahu kau tidak marah padaku. Aku bahkan yakin kalau kau menyukai ciumanku. Benar kan?” tanya Kyuhyun dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Tanpa sadar senyumnya terkulum saat ia mengingat kembali perasaan ketika ia mencium yeoja itu. Meski singkat, namun ia menikmatinya. Ingatannya itu segera buyar saat sebuah pukulan ringan mendarat di bahunya.

“Ya! Enak saja! Siapa bilang kalau aku menyukainya? Kau sembarangan saja oppa.” Bantah Yoona. Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya tanpa memandang yeoja itu, “Benarkah? Lalu kenapa tadi tidak ada perlawanan sedikitpun darimu saat aku menciummu?”. Yoona tampak terkejut mendapat pertanyaan seperti itu.

“Itu… itu karena kau tiba-tiba saja menciumku! Bagaimana mungkin aku melawan? Hahaha, ada-ada saja kau oppa.” Jawab Yoona sambil memaksakan tawa untuk menutupi kecanggungannya. Kyuhyun hanya tersenyum tipis mendengarnya dan tetap berkonsentrasi pada jalanan di depannya. Tidak berapa lama kemudian, namja itu membelokkan kemudinya ke suatu area parker yang cukup luas dengan sebuah bangunan menjulang tinggi di tengahnya. Yoona mendongak untuk melihat bangunan apakah itu. Begitu menyadari kemana Kyuhyun membawanya, Yoona menatap namja itu dengan penuh pertanyaan.

“Katedral Myeongdong? Untuk apa kau membawaku ke sini oppa? Bukankah hari ini bukan hari Minggu?” cecar Yoona. Kyuhyun hanya berpaling sebentar dan mulai memarkir mobilnya di salah satu garis batas yang terdapat di sana. Setelah yakin mobilnya terparkir dengan benar, Kyuhyun membuka sabuk pengamannya dan membuka kunci mobil secara otomatis. Ia melangkah turun dan melihat melalui sudut matanya kalau yeoja itu juga mengikuti gerakannya.

“Oppa, kau belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa kau membawaku ke sini?” tanya Yoona lagi sambil berjalan memutari bagian depan mobil dan berdiri bersisian dengan Kyuhyun. Kini keduanya telah mengenakan mantel masing-masing dengan topi yang menutupi kepala mereka sampai sebatas mata. Kacamata hitam tetap bertengger di hidung mereka untuk menyempurnakan penyamaran kali ini.

“Ayo kita masuk!” ajak Kyuhyun tanpa menjawab pertanyaan Yoona. Sebagai gantinya dia menggenggam tangan Yoona dan menariknya untuk memasuki katedral yang cukup terkenal itu. Mau tidak mau Yoona mengikuti langkah kaki Kyuhyun dan berjalan memasuki ruangan dalam katedral yang luas. Barisan bangku kayu coklat tempat para jemaat biasa duduk dan mendengarkan khotbah pemuka agama berjajar rapi di kanan-kiri jalan utama menuju altar. Pagi itu tidak banyak jemaat yang datang karena memang tidak ada jadwal ibadah. Kyuhyun mengajak Yoona terus berjalan melewati barisan bangku-bangku tersebut dan berhenti tepat di depan altar dan patung Bunda Maria. Yoona menolehkan wajahnya ke arah Kyuhyun dan melihat namja itu menutup matanya.

“Berdoalah bersamaku, Yoong. Berdoalah untuk hubungan kita.” Perintah Kyuhyun dalam bisikan lembut yang membuat Yoona memajukan badannya untuk memastikan pendengarannya.

“Nde? Apa katamu oppa? Berdoa untuk hubungan kita? Maksudmu?” tanya Yoona. Kyuhyun membuka matanya dan menatap lembut ke arah Yoona.

“Ikuti saja apa yang kuperintahkan Yoong, jebal.” Pinta Kyuhyun. Yoona bermaksud menolak permintaan itu, namun batinnya menolak dan mengikuti Kyuhyun yang telah berlutut di bawah patung Bunda Maria dengan kedua tangan ditangkupkan di depan dada. Seulas senyum kecil tersungging di wajah yeoja itu ketika ia melihat keteduhan dan kedamaian di wajah Kyuhyun dengan kedua mata yang terpejam. Yoona turut memejamkan mata dan membisikkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Tuhan, aku mohon lindungilah kami, umatMu, dimanapun kami berada. Berkahilah kami dengan karuniaMu dan limpahilah kami dengan cinta kasihMu. Bukakan jalan rezekiMu dan tuntunlah kami untuk tetap berada di jalanMu. Tuhan, aku meminta padamu akan satu hal, tolong berikan aku kesempatan untuk terus melindungi Yoona, untuk tetap berada di dekatnya, untuk tetap bersamanya. Aku mencintainya Tuhan, aku mencintainya dengan segenap jiwaku. Jika Kau izinkan, sandingkan aku dengannya dalam ikatan suci pernikahan di depan altar suciMu. Amin. Kyuhyun mengakhiri doanya dan membuat tanda salib di dadanya. Kemudian dia membuka mata dan mendapati Yoona tengah menatapnya sambil tersenyum manis.

“Waeyo?” tanya Kyuhyun saat melihat Yoona tersenyum seperti itu padanya. Yeoja itu hanya menggeleng. Kyuhyun hanya mengangkat bahu dan tidak berminat untuk bertanya lebih lanjut. Namja itu kemudian berdiri dan membersihkan sedikit debu yang menempel di celananya. Setelah selesai, ia kembali menggamit tangan Yoona dan menggenggamnya. Kemudian kedua orang itu melangkah keluar.

“Sepertinya doamu panjang sekali oppa.” Tebak Yoona sambil berjalan bersisian dengan Kyuhyun yang dibiarkannya menggenggam tangannya. Kyuhyun menoleh dan tersenyum penuh rahasia.

“Benarkah? Yah, mungkin saja doaku memang lebih panjang darimu.” Jawab Kyuhyun santai. Mendadak langkahnya terhenti dan membuat Yoona tersentak.

“Ada apa oppa? Apa ada yang tertinggal?” tanya Yoona bingung. Kyuhyun menggeleng dan menatap Yoona penuh selidik.

“Apakah aku boleh tahu apa isi doamu tadi?” tanya Kyuhyun dengan mimik penasaran. Yoona menarik dagunya dan menatap tidak mengerti. Beberapa detik kemudian dia kembali melemaskan kepalanya dan tersenyum penuh arti.

“Aniyo. Aku tidak akan memberitahu oppa. Itu rahasia!” jawab Yoona sambil mengedipkan sebelah matanya. Kyuhyun tampak kecewa dengan jawaban Yoona, namun hal itu tidak terlalu dipikirkannya.

“Arraseo. Kalau begitu, ayo kita ke perhentian selanjutnya. Kajja!” ajak Kyuhyun semangat sambil menarik Yoona keluar dari katedral. Sinar matahari yang baru sepenggalah naik langsung menyinari keduanya saat mereka telah berada di luar. Dengan langkah ringan, keduanya berjalan menghampiri sebuah mobil yang terparkir agak jauh dari pintu masuk katedral. Kyuhyun membuka kunci otomatis mobilnya dan membukakan pintu penumpang untuk Yoona. Yeoja itu menggumamkan terima kasih sebelum Kyuhyun menutup pelan pintu itu. Kemudian ia berjalan memutari bagian depan mobil dan membuka pintu pengemudi lalu masuk ke dalam dan memasang sabuk pengaman. Namja itu memasukkan kunci mobil ke lubang di bawah kemudi dan memutarnya. Tak lama kemudian terdengarlah deruman halus dari mesin mobil itu dan perlahan mobil itu meninggalkan area parker katedral kembali menembus jalanan Seoul.

Yoona menoleh ke arah Kyuhyun dan tersenyum kecil. Oppa ingin tahu apa doaku? Aku berdoa agar kita selalu sehat dan sukses, terutama untukmu. Aku memohon padaNya untuk menyembuhkanmu atau setidaknya mengurangi sakit paru-parumu. Aku berharap kau sehat selamanya oppa, gumam yeoja itu dalam hati dan kembali mengalihkan pandangannya ke jalanan di depannya.

Previous Older Entries